Tampilkan postingan dengan label *Karakter*. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label *Karakter*. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Agustus 2018

23.04 -

Mental miskin tetap miskin




A: "Mas, apakah bisa bantu saya dapat pekerjaan"

B: "Oke, apa pekerjaan yang diinginkan?"

A: "Apa saja deh mas, yang penting kerja"

B: "Ok, mungkin saya bisa minta kolega saya untuk kamu jadi sales disana"

A: "Kalau bisa jangan yang suruh jualan deh mas, saya tidak terlalu suka jualan"

B: "Oh gitu yah, oke ... oke bentar ya, saya coba telp teman saya di Jakarta."

Setelah menghubungi teman saya, sayapun memberitahu yang bersangkutan.

B: Ok, ... kata teman saya dia sedang butuh admin untuk input penjualan.

A: "Waduh pak, saya tidak bisa komputer"

B: "Ok, mengapa tidaka bisnis saja"

A: "Wah, itu butuh modal pak, saya tidak punya modal"

B: " Oke, kalau misalnya saya ada teman yang bisa membantumu bisnis dengan modal kecil/tanpa modal?"

A: "Itu pasti MLM multi level? Kalau yang kayak gituan nggak deh pak, saya tidak suka MLM."

He..he...Saya belum selesai menjelaskan namun rasanya mendadak kehilangan kesabaran untuk membantu orang ini.

Banyak orang susah bukan karena tidak ada KESEMPATAN, namun masalahnya ada pada SIKAPNYA

Teringat pesan Jack Ma sang pendiri Alibaba, didunia ini orang yang paling sulit dilayani adalah orang BERMENTAL MISKIN.

Dikasih gratis "Saya mau diperalat apa nih?", dikasih murah "Ini pasti barang jelek", dikasih yang bagus "Ini pasti mahal", dikasih yang modern, "Saya tidak berpengalaman", dikasih yang mudah, "Ah itu tradisional"

Hilangkan mental miskin ... Belajarlah untuk ber-MENTAL KAYA ... apapun harus dipelajari, dicoba, dan dijalankan BUKA HATI LEBIH BESAR tentunya dengan KEJUJURAN dan KESABARAN

Orang bermental miskin adalah orang yang paling susah dilayani

- Diberi suatu peluang dengan gratis mereka pikir jebakan.
- Ditawarkan investasi kecil mereka bilang hasilnya tidak banyak.
- Diajak investasi besar tidak ada duit katanya.
- Diajak melakukan hal-hal baru merasa tidak ada pengalaman.
Diajak jalanin bisnis tradisional katanya berat persaingannya.
Diajak menjalankan model bisnis baru katanya Ribet
Diajak buka toko ngeluh tidak bebas.
Diajak bisnis apa aja bilang ga punya keahlian.

Mereka punya kesamaan: 

- Nanya google, dengerin teman yang sama-sama hopeless.
- Mereka berpikir lebih banyak dari pada professor, namun bertindak lebih sedikit dari pada orang buta.
Tanyakan apa yang dapat mereka lakukan untuk hidup mereka, niscaya mereka tidak bisa menjawab.

Orang bermental miskin gagal karena satu kesamaan sikap : "SEPANJANG HIDUP MEREKA HANYA MENUNGGU"

Kawan ... Benarkah kalian mau mengubah kehidupan kalian?

Teman-teman Jack Ma semua menolak saat diajak kerjasama. Semua menunggu hasil Jack Ma. Namun saat dia sukses dengan Alibaba, teman-teman-nya sudah tidak sanggup untuk ikut menikmati karena saham Alibaba sudah tak terbeli oleh mereka.

Sebagian lainnya hanya bergumam : "Ya dia memang beda". Ya... Jack Ma beda. Bukan beda dari makanannya karena dia pun orang biasa. Bukan beda dari kecerdasan karena dia pun hanya guru bahasa inggris.

Tapi yg membedakan adalah ACTIONnya. Saat teman-temannya menunggu perubahan datang, Jack Ma melakukan sesuatu untuk berubah.

Sampai kapan kita hanya menunggu dan tertinggal? Lebih baik gagal dalam melakukan sesuatu. Daripada tidak melakukan apa-apa dalam hidup.

Selasa, 31 Oktober 2017

01.06 -

Kaum pemberontak



Kaum pemberontak adalah orang yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar (Yeh 12:2).

Hal ini terjadi karena dia telah dijerat dan diikat Iblis pada kehendaknya sehingga ada yang menyelubungi hatinya dan dia tidak mau bertobat (2 Tim 2:26).

Kaum pemberontak (Yes 30:1, 9; 48:8; Mzm 78:8):

1. Yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku.

2. Yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah.

3. Suka bohong.

4. Enggan mendengar pengajaran Tuhan. Tidak mendengarnya ataupun mengetahuinya, berbuat khianat sekeji-kejinya.

5.Tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah.

Siapa yang bijaksana, biarlah memahami semuanya ini, siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ (Hos 14:10).

Marilah dengan sabar dan lemah lembut kita menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran (2 Tim 2:24-25).

(Sumber: Warta KPI TL No. 176/XII/2019).

Senin, 27 Maret 2017

08.22 -

Hidup berkelimpahan

Udang memakai kerangka pada bagian luar tubuhnya, dan diketahui bahwa ia menanggalkan kulitnya sebanyak dua puluh enam kali selama hidup. Udang melepaskan kulitnya untuk mengakomodasi pertumbuhan badannya.

Kita dapat mengambil pelajaran dari udang. Apakah kita mempunyai topeng yang perlu dibuang? Suatu ide yang baik untuk memeriksa kehidupan kita dan melepaskan topeng-topeng kita. 

Pribadi yang berkembang akan terus menerus membuka topeng-topengnya (egoisme, iri hati, kesombongan, kemarahan, dan ketidakpedulian kita).

Orang yang pesimis dibatasi oleh keraguan-keraguan, dan dijerat oleh ketidakpastian. Orang yang optimis dibebaskan oleh iman, didorong oleh harapan, dan diberanikan oleh keyakinan. Yang dunia butuhkan sekarang adalah antusiasme yang besar untuk hidup.

Marilah kita ikuti teladan Guru Agung kita, Yesus.

(Sumber: Warta KPI TL No. 09/I/2005).

Minggu, 22 Januari 2017

17.49 -

Pembunuhan karakter



Ada dua hal penting dalam self-image (gambar diri) seseorang, yaitu karakter dan reputasi. Bagi sebagian orang, kedua hal ini terlihat sama. Padahal sebetulnya ada perbedaan tipis antara karakter dan reputasi. 


Karakter adalah sifat yang tumbuh dari dalam diri seseorang dan terus berubah seumur hidup. Sedangkan reputasi adalah apa yang orang lain katakan tentang seseorang dan berasal dari luar diri sendiri.

Karena itu banyak orang berusaha menjaga reputasinya agar tetap baik di mata orang lain. Reputasi yang baik akan melancarkan segala usaha dan pekerjaan. 

 Saat pemilihan idol di TV, awalnya banyak orang simpatik akan penampilan para peserta, ini yang disebut reputasi. Tapi setelah mengetahui karakter mereka, maka secara perlahan reputasinya pun akan hilang.

Injil hari ini (Mat 10:24-33) membahas soal orang yang menyebut kafir kepada sesama. Selain penghakiman, ini adalah salah satu bentuk penghancuran reputasi

Reputasi yang hancur akan menyebabkan karakter yang tertekan dan negatif. Begitu juga karakter yang negatif akan menghancurkan reputasi

Kedua hal ini saling terkait dan berpengaruh. Dengan kata lain, hari ini kita diingatkan untuk membentuk reputasi dan karakter yang baik. (Ch)

Apakah saya mendukung atau menghancurkan reputasi dan karakter sesama?

(Sumber: Renungan Katolik "Bahasa Kasih" Sabtu, 12 Juli 2014)

Senin, 31 Oktober 2016

20.53 -

Mengalah itu indah

Mengalah itu indah, namun sebagai orang Kristen kita tidak boleh mengalah terhadap hal-hal tertentu:


Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (Yak 4:7).

Kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Jadi, manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Rm 6:3, 6).

Sikap mengalah merupakan suatu pertanda kedewasaan rohani. Kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Jadi, setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya (Rm 15:1-2).

Sikap mengalah adalah kunci untuk membuka hikmat Allah yang tersembunyi

Marilah kita belajar dari Salomo (1 Raj 3:16-28):

Pada waktu itu masuklah dua orang perempuan sundal menghadap raja.

Kata perempuan yang satu: “Ya tuanku! Aku dan perempuan ini diam dalam satu rumah, dan aku melahirkan anak, pada waktu itu dia ada di rumah itu. 

Pada hari ketiga sesudah aku melahirkan, perempuan inipun melahirkan anak; kami sendirian, tidak ada orang luar bersama-sama kami dalam rumah, hanya kami berdua saja dalam rumah. 

Pada waktu tengah malam anak perempuan itu mati, karena ia menidurinya. Pada waktu tengah malam ia bangun, lalu mengambil anakku dari sampingku; sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu di pangkuannya, sedangkan anaknya yang mati itu dibaringkannya di pangkuanku. 

Ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui anakku, tampaklah anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi itu, tampaklah bukan dia anak yang kulahirkan.”

Kata perempuan yang lain itu: “Bukan! Anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati.”

Tetapi perempuan yang pertama berkata pula: “Bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.”

Begitulah mereka bertengkar di depan raja. … Sesudah itu raja berkata: “Ambilkan aku pedang.” Lalu dibawalah pedang ke depan raja. Kata raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.”

Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.”

Tetapi yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!”

Tetapi raja menjawab, katanya: “Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, janganlah sekali-sekali membunuh dia; dia itulah ibunya.”

Jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukanlah milik Kristus. Roh Kristus adalah roh yang rela mengalah (Rm 8:9; Bdk.Flp 2:6)

(Sumber: Warta KPI TL No. 85/V/2011 » Mengalah Itu Indah, Derek Prince).




Selasa, 11 Oktober 2016

07.51 -

Manusia cacat karakter

Keahlian dapat dipelajari atau diajarkan dalam waktu relatif singkat, tetapi manusia berkarakter baik dan berintegritas tidak bisa diajari dalam waktu singkat atau bahkan tidak bisa dibentuk oleh sebuah perusahaan ternama sekalipun. 


Memang semua orang punya kelemahan atau kekurangan, tetapi kita harus beranjak keluar dari kelemahan atau kekurangan yang pada akhirnya dapat merugikan diri kita sendiri. 

Ketika keahlian, karakter baik dan banyak hal yang bermutu berpadu di dalam diri seseorang, saat itulah ia akan menjadi manusia unggul. Seorang manusia unggul pasti dicari dan dipakai oleh perusahaan-perusahaan ternama, tetapi manusia yang cacat karakter akan tersisihkan.

Bukan hanya perusahaan yang membutuhkan manusia yang dapat dipercaya, namun juga persahabatan atau hubungan kita dengan orang lain pun membutuhkan kredibilitas atau kepercayaan.

Marilah kita berubah menjadi manusia baru di dalam Kristus; mengoreksi diri, membangun karakter sepotong demi sepotong dengan pikiran, tekad, keberanian bersama Roh Kudus sehingga diri kita menjadi manusia unggul yang dapat dipercaya.

(Sumber: Warta KPI TL No. 79/XI/2010 » Manusia Cacat Karakter, Mansor Juli 2005 No. 88 Tahun VIII).

Jumat, 07 Oktober 2016

23.05 -

Bagaimana caranya membangun citra diri yang benar

Ada beberapa langkah yang dapat kita pakai untuk membangun citra diri yang benar


1. Milikilah tujuan hidup yang mulia 



Sepatu kulit dibuat manusia untuk dipakai ke kantor, tetapi jika tujuannya salah (dipakai ke sawah), maka sepatu itu cepat rusak dan pemakainya pun tidak nyaman.

Demikian pula dengan hidup kita. Allah menciptakan kita dengan suatu tujuan tertentu, itulah sebabnya kita masih diberi kesempatan hidup di dunia ini. Jika kita hidup taat sesuai dengan rencana-Nya, maka Dialah yang akan buka jalan, sehingga kita sukses dan bahagia

Tetapi banyak orang yang hidup tanpa tujuan yang mulia (ya...pokoknya mengalir begini saja) sehingga orang itu tidak pernah menghasilkan apa-apa dalam hidupnya atau akan berhenti berusaha setelah mencapai kemapanan dan kehilangan antusias serta gairah

Dan jika menghadapi masalah, dia begitu mudah menuntut, mengeluh dan kurang bersukacita di dalam kehidupannya... akhirnya dia mudah berputus asa.

Bahagia bukan ditentukan dengan apa yang kita miliki tetapi reaksi kita terhadap apa yang kita miliki

Sebagai orang Kristiani yang sudah dipilih, ditetapkan dan dibangkitkan, seharusnya kita mempunyai tujuan hidup untuk Kerajaan Sorga, memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Kita harus pergi dan menghasilkan buah yang tetap bagi semua orang (Yoh 15:16; Flp 1:22; Kol 3:1-2). 

Untuk menghasilkan buah yang tetap syaratnya
Jangan pernah menuntut apa pun dengan Tuhan. 
Jangan membanding-bandingkan kita dengan orang lain, orang lain dengan orang lain. 

Marilah kita belajar pada Margaret Haughery

Ada seorang bayi yatim piatu yang bernama Margaret Haughery. Ia diangkat anak oleh sepasang pasutri muda yang sama miskinnya dan sama baik hatinya dengan orang tuanya. 

Ketika dewasa, ia menikah dan mempunyai seorang bayi. Tetapi suami dan bayinya meninggal, sehingga ia hidup sebatangkara di dunia ini.

Sepanjang hari dari pagi sampai petang ia bekerja menyetrika pakaian di sebuah tempat pencucian. Dari jendela ia melihat anak-anak yatim piatu yang ada di panti asuhan sedang bermain-main. 

Tidak berapa lama sesudah itu suatu penyakit yang hebat melanda kota itu dan begitu banyak ayah dan ibu yang meninggal dunia akibat wabah itu. Sehingga lebih banyak anak-anak yatim piatu dari pada jumlah panti asuhan yang bisa menampung mereka. 

Pikirnya: “Kasihan anak-anak itu. Mereka pasti membutuhkan teman yang baik. Aku akan menyediakan diriku untuk mereka.” 

Margaret langsung menghadap pengelola panti asuhan itu dan memberitahukan bahwa ia akan memberikan sebagian dari upahnya untuk anak-anak itu

Lalu ia semakin giat bekerja keras, ia makan seadanya dan melatih dirinya untuk hidup sederhana. Upah yang diterimanya sebagian diberikan pada panti asuhan dan sebagian lagi ditabung. 

Dari hasil tabungan itu, ia membeli dua ekor sapi dan sebuah kereta kecil. Setiap pagi ia memeras susu dan mengantarkan susu itu ke pelanggannya dengan kereta kecil itu. 

Dan ia juga minta sisa-sisa makanan yang masih baik dari hotel-hotel dan rumah-rumah mewah untuk diberikan pada anak-anak panti asuhan yang kelaparan

Setelah selesai mengantar susu ke pelanggan-pelanggannya, ia tetap bekerja menyetrika pakaian seperti biasanya. Beberapa tahun kemudian ia bisa membangun panti asuhan itu menjadi besar dan lebih bagus.

Margaret begitu trampil dan berhati-hati dalam mengelola usahanya sehingga ia bisa membeli lebih banyak sapi dan memperoleh lebih banyak uang lagi.

Dengan uang itu dia membangun sebuah rumah untuk bayi-bayi yatim piatu dan menamakan rumah itu dengan nama bayinya.

Setelah beberapa waktu dari hasil kerja kerasnya, ia berhasil membuka sebuah pabrik roti. Sekarang dia beralih profesi dari penjual susu menjadi penjual roti dengan mengendarai keretanya. Dan ia pun masih setia menjadi donatur bagi panti asuhan itu.

Pada suatu hari terjadi perang saudara di daerahnya, banyak penyakit dan ketakutan pada masa itu. Entah bagaimana caranya ia selalu mempunyai cukup banyak roti untuk diberikan kepada prajurit-prajurit yang kelaparan dan untuk bayi-bayi disamping roti-roti yang dijualnya

Sekalipun ia selalu menyisihkan sebagian dari penghasilannya buat anak-anak di panti asuhan, dia tidak pernah berkekurangan. Malahan setelah perang selesai, ia membangun sebuah pabrik roti yang besar yang menggunakan mesin uap.

Semua orang di kotanya mengenalnya, anak-anak di seluruh penjuru kota mencintainya. Dia biasa duduk di pintu kantornya yang terbuka dengan menggunakan gaun dari kain mori dan sebuah syal kecil dan memberikan nasihat yang baik pada setiap orang, baik yang kaya maupun yang miskin.

Ketika orang-orang New Orleans mendengar kabar bahwa Margaret meninggal dunia, mereka mengatakan: “Dia merupakan ibu bagi anak-anak yang tidak memiliki ibu. Dia merupakan sahabat bagi orang-orang yang tidak mempunyai teman dan dia mempunyai kebijaksanaan yang lebih besar daripada yang bisa diajarkan oleh sekolah-sekolah. Kita tidak akan membiarkan kenangan akan dirinya pergi begitu saja dari kita.”

Sewaktu surat wasiatnya dibacakan, ternyata dia masih menyimpan uang yang sangat banyak, dan uang itu diwariskannya kepada berbagai panti asuhan di kota itu. 

Dan surat wasiat yang luar biasa itu ditanda tangani tanda salib dan bukan dengan namanya karena Margaret buta huruf.

Inilah teladan hidup seorang manusia yang mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya tetapi dia tetap bergairah untuk hidup karena ia memiliki tujuan hidup yang mulia.

Milikilah tujuan yang mulia dalam hidup ini, jangan hanya hidup untuk diri kita sendiri.

2. Ingatlah kebaikan Allah selalu dan bersyukurlah.

Banyak sekali orang yang lebih mengingat penderitaan yang dialaminya dari pada kebaikan Allah dalam hidupnya (Mzm 103:2-5). 

Kebaikan Allah dalam hal kesehatan, keamanan, udara yang segar, pekerjaan dll. dianggapnya lumrah dan sepatutnya. Jika ada hal yang tidak enak yang terjadi, itulah yang dipersoalkannya. 

Akibatnya dia akan menjadi orang yang mengasihi diri sendiri, dan semakin tenggelam dalam sikap: “Betapa malangnya nasibku ini.” Mereka selalu menuntut keadilan, tetapi keadilan yang dituntut adalah keadilan yang menguntungkan dirinya

Belajarlah untuk menghitung berkat-berkat yang kita terima, maka kita akan berbahagia.

* Jika kita menghitung semua berkat yang kita terima, kita pasti mendapati diri kita sebagai orang yang beruntung. (Robert Quillen).

* Siapakah orang yang kaya? Dialah orang yang bersukacita dengan bagian yang dia terima (Benyamin Franklin).

Jika kita mengalami sedikit penderitaan, janganlah terlalu mempersoalkan tetapi ingatlah kebaikan Tuhan.

3. Memperkatakan firman.

Apa yang dikatakan oleh mulut seseorang akan sangat mempengaruhi kehidupan orang tersebut, sebabnya jangan mengucapkan kata-kata negatif, sebaliknya ucapkanlah kata-kata positif.

Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, ia akan mamakan buahnya (Ams 18:21).

Kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar (Yak 3:4-5) dll.

Alkitab adalah sumber kata-kata positif yang paling baik dan benar. Kalau kita merasa down, ucapkanlah firman Tuhan yang positif dengan mulut sampai suara tersebut terdengar oleh telinga kita sendiri. Kalau kita memperkatakan firman Tuhan, iman kita akan bertumbuh dan citra diri kita menjadi lebih baik.

Sekalipun ... meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku (Mzm 27:10).

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib (Mzm 139:14).

Roh Allah ada padaku ... (Yes 61:1).

Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita (Mzm 108:14).

Dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Rm 8:37).

Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib... (1 Ptr 2:9-10) dll.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119:105)

4. Tingkatkan kemampuan berkomunikasi.

Menurut Zig Ziglar

Mulailah dengan proses melihat diri sendiri di cermin, lihat langsung mata anda dan bicaralah hal-hal yang positif. 
Belajar kontak mata. Caranya: dimulai dengan bermain bersama anak-anak kecil dan tatap mata mereka ketika anda bermain. 
Belajarlah untuk memandang lawan bicara anda. 
Melihat setiap orang yang kita ajak berkomunikasi dan beri salam langsung pada mata mereka. 
Jangan menghindar ketika diminta untuk berbicara di depan umum. 

Jadikanlah kekurangan sebagai motivasi untuk berusaha lebih baik lagi, bukan untuk dimaklumi.

5. Berikan penghargaan buat prestasi-prestasi kecil.

Ada banyak orang tidak bisa memberi penghargaan buat dirinya sendiri, sehingga ketika Tuhan mau pakai dia secara luar biasa, dia bilang “tidak bisa”. 

Ada juga orang yang merasa mampu, tetapi ketika dikritik dia merasa kecewa. Jadi, kita harus bisa menilai diri sendiri, harus “pas” tidak boleh lebih/kurang; peneguhan itu akan datang sendiri dari orang lain

Keberhasilan kita dalam hal-hal yang nampaknya kecil akan sangat bermanfaat saat kita menghadapi persoalan-persoalan yang besar di kemudian hari.

Marilah kita belajar dari Daud (1 Sam 17:33-37)

Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi ... sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari mudanya telah menjadi prajurit.”

Daud berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba. Apabila datang singa atau beruang ... maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini.

Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemoh barisan dari pada Allah yang hidup.”

Pula kata Daud: “Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.”

» Daud bisa memberi penghargaan buat dirinya sendiri, dia tahu apa yang harus dilakukannya. Karena dia teringat pengalaman-pengalaman “kecil” yang telah dia lewati sewaktu menggembalakan kambing domba. Tuhan telah beberapa kali melepaskan dia dari cakar singa dan beruang, maka tentunya Tuhan akan melepaskan dia dari tangan Goliat.

Janganlah meremehkan pengalaman-pengalaman “kecil” yang Tuhan hadapkan pada hidup kita. Kalau ada tugas kerjakan sebaik-baiknya.

6. Pergaulan 

Dua tahun lamanya Harold Abbott membuka toko bahan makanan di Webb City, ia terlibat utang yang baru bisa lunas setelah tujuh tahun. 

Sabtu sebelum tokonya ditutup polisi, ia berencana untuk pergi ke Kansas City untuk mencari pekerjaan di sana. Saat itu ia berjalan seperti orang yang sudah kalah total, putus asa dan tak berdaya. Semangat juang dan kepercayaannya sudah hilang.

Ketika ia sedang berjalan dalam keputus asaan, tiba-tiba ia melihat ada orang menyeberang jalan. Orang itu tidak mempunyai kaki sama sekali. Ia duduk di atas papan kayu yang diberi roda bekas sepatu roda. Ia berjalan sendirian dengan jalan mendorong ‘keretanya’ dengan kedua belah tangannya.

Ketika orang itu sampai di seberang jalan, matanya bertemu pandang dengan mata Harold Abbot, dan orang itu menyapanya dengan senyum lebar dan nada riang: “Selamat pagi pak, hari ini cuaca cerah bukan? Ketika ia mengamati orang itu, ia tersadar bahwa ia sangat kaya, karena ia mempunyai tubuh yang lengkap.

Ada suara di hatinya: “Kalau orang itu dapat begitu bahagia, riang gembira dan mempunyai kepercayaan diri, padahal ia tidak mempunyai kaki sama sekali, seharusnya aku juga dapat bergembira apalagi aku mempunyai dua kaki utuh. Mulai saat itu hati dan pikirannya terbuka, dan sejak saat itu ia mempunyai kepercayaan diri yang kuat dan mampu untuk berkata: “Aku akan berhasil.” Akhirnya ia berhasil...

Kenapa Harold Abbott tiba-tiba mempunyai keyakinan bahwa ia akan mendapatkan pekerjaan? Karena ia melihat sikap yang antusias dan positif dari pria yang tidak punya kaki yang ia jumpai di jalan West Dougherty Street di Webb City.

Perjumpaan yang hanya 10 detik itu telah merubah hidupnya, ia mendapat pelajaran tentang kehidupan manusia dan bagaimana harus menikmati kehidupan ini. Itu jauh lebih bermanfaat daripada yang ia pelajari 10 tahun sebelumnya. 

Jadi, bergaullah dengan orang-orang yang optimis dan antusias; belajar dan bergabunglah dengan orang-orang yang berhasil, yang bersikap positif serta membangun, dan hindarilah kelompok orang-orang yang bersikap negatif. Karena pergaulan menentukan bagaimana cara kita merespon kehidupan ini.

Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Kor 15:33)

(Sumber: Warta KPI TL No. 74/VI/2010 » Renungan KPI TL tgl 3 Juni 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).




13.37 -

Manifestasi citra diri yang buruk

Ada seseorang (A) yang ingin menjual tanahnya seharga 2 juta/m, luas tanahnya 100 m2 Tetapi tanah itu tidak laku terjual selama dua tahun. 

Pada suatu hari ada seorang anak Tuhan yang jujur, dia (B) hendak membeli tanah itu seharga 3 juta/m untuk dijadikan ruko. Dengan sendirinya A sangat menyetujuinya. Tetapi B mengemukakan permasalahannya, bahwa saat ini dia mengalami kesulitan keuangan. Dan B berjanji akan membayar lunas tanah itu setelah 6 bulan dan juga akan memberi 20% dari harga jual ruko tersebut.



B mencari kontraktor. Sang kontraktor menyetujuinya untuk membangun ruko itu seharga 450 juta. Lalu B berusaha memasarkan ruko yang akan dibangunnya. 

Akhirnya ... ruko itu laku terjual semua dengan harga 2 M. Dengan sendirinya B mendapatkan DP dari masing-masing pembelinya. DP itu langsung dibayarkan ke A sehingga lunas sebelum jatuh tempo. 

Jadi, A mendapatkan keuntungan sebanyak: 300 juta à tanah 100 m, dijual 2 juta/m nggak laku, justru dibeli 3 juta/m: (100 x 3 juta – 100 x 2 juta) + 20% dari 2 M.

Sedangkan B, tanpa modal uang dia mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, yaitu: 2 M – (300 juta + 450 juta) = 1 M 250 juta à modalnya hanya kepercayaan dan jujur.

Sebagai anak Tuhan seharusnya kita mempunyai prinsip hidup ini “win (orang lain untung dulu) ... win (saya untung kemudian tetapi keuntungan saya lebih banyak)”, syaratnya harus jujur - berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncangkan dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu (Luk 6:38).

Manifestasi dari orang yang memiliki citra diri yang buruk.

1. Takut sekali untuk mengalami kegagalan.

Kegagalan adalah hal yang biasa. Ketika kita mengalami kegagalan, jangan mau dicap oleh Iblis sebagai orang yang kalah/orang yang sudah ditakdirkan menjadi orang yang gagal, sehingga kita tidak mempunyai ide dan semangat lagi ... akhirnya kita tidak akan pernah berusaha. 

Janganlah kegagalan dipakai sebagai status/label/gelar, apalagi merasa sudah ditakdirkan menjadi orang yang gagal.

Sekalipun peristiwa kegagalan berkali-kali terjadi, itu bukan berarti kita adalah orang yang gagal atau orang yang selalu gagal, tetapi kita mengalami peristiwa gagal.

Ingatlah! Tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang, dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang (pemenang), oleh karena Dia telah mengasihi kita (Rm 8:35-37). Jadi, kita ditakdirkan menjadi pemenang, bahkan menjadi seorang yang lebih dari pemenang. 

Salah satu cara yang baik untuk menghadapi kegagalan yaitu dengan tidak berusaha menyembunyikannya. Tetapi juga bukan berarti kita perlu memberitahukan atau mengumumkan kegagalan kita kepada setiap orang.

Menyembunyikankegagalan yang memalukantidak akan menyelesaikan masalah, tetapi bahkan menambah beban hidup kita, karena kita menjadi tegang dan merasa takut kalau ada orang yang mengetahui rahasia hidup dan kegagalan kita.

Seorang yang sudah dewasa akan menerima peristiwa dari kegagalan hidupnya, dia akan menarik hikmah dari balik kegagalan tersebut dan terus melangkah maju - belajar menerima kegagalan dan bertumbuh dari peristiwa kegagalan tersebut. 

Kesalahan terbesar yang dibuat oleh seseorang yaitu takut untuk membuat kesalahan (Elberd Hubbard - The greatest mistake a person can make is to be afraid of making one).

Semakin baik seseorang, maka semakin banyak kesalahan yang akan dia buat, karena semakin banyak hal-hal yang akan dia coba. Saya tidak akan mau memberikan jabatan pimpinan puncak kepada seseorang yang tidak berani melakukan kesalahan ... Pastilah dia orang yang biasa-biasa saja (Peter F. Drucker - The better a man is, the more mistakes he will make, for the more things he will try. I would never promote into a top level job a man who was not making mistakes... He is sure to be mediocre).

2. Takut ditolak

Orang yang mempunyai citra diri buruk pasti akan down kalau dia ditolak. Bahkan hal-hal yang bukan merupakan penolakan pun bisa dia anggap sebagai penolakan terhadap dirinya.

Kalau ada orang yang menolak pendapat kita atau bahkan menolak diri kita, itu adalah hal-hal yang wajar dan pasti dialami oleh semua manusia. Perbedaan pendapat adalah hal yang biasa

Karena sebaik-baiknya kita, kita pasti pernah melakukan kesalahan. Kalau ada teman yang menyatakan tidak senang dengan perbuatan kita itu bukan berarti dia tidak senang dengan diri kita.

Contoh: Meskipun jemaat takjub ketika mendengar hikmat dan melihat mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus, mereka pun ada yang kecewa dan menolak-Nya. Padahal Dia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya (Mrk 6:3; Yoh 1:11). Jadi, kita pun tidak mampu untuk menyukakan semua orang.

Seorang pemimpin yang punya citra diri buruk, dia pasti tidak senang punya anak buah yang berbeda pendapat dengannya. Akibatnya, anak buahnya akan sulit untuk bertumbuh dan berkreatifitas, mereka tidak berkembang.

Orang yang mempunyai citra diri buruk

* Sulit menerima jikalau pendapatnya ditolak oleh orang lain, karena dia menganggap pendapatnya adalah identik dengan dirinya. Dia merasa ditolak oleh komunitas atau orang itu ... akhirnya muntaber (mundur tanpa berita). 

Lebih parah lagi kalau dia beranggapan bahwa orang yang menolak pendapatnya itu berarti musuhnya atau orang yang tidak senang dengan dia. 

Jadi, dia berusaha menyerang orang yang menolak pendapatnya. Itulah sebabnya orang yang mempunyai citra diri buruk seringkali bentrok dengan orang lain, dan sulit berhubungan dengan orang lain.

* Sangat mendambakan penerimaan dari seseorang atau komunitas. Untuk mendapatkan penerimaan itu, maka dia bersedia untuk melakukan apa saja, yang menjadi hal-hal persyaratan penerimaan tersebut.

3. Suka mencela dan mengkritik

Orang yang mempunyai citra diri buruk melihat dirinya sendiri jelek, itulah sebabnya dia selalu minder dan selalu iri hati

Mereka tidak senang melihat orang lain yang memiliki kelebihan atau diberkati, mereka senang melihat orang lain susah. 

Prinsipnya: “Jikalau saya bisa merendahkan orang lain (menjatuhkan orang), maka saya akan nampak tinggi - prinsip ini timbul dari orang yang merasa dirinya rendah dan berada di tempat yang rendah. 

Padahal, pada saat kita merendahkan orang lain, maka kita pun akan ikut turun jadi rendah juga. Jadi, orang seperti ini tidak dapat rendah hati.

Hal ini dapat diumpamakan seperti bokor emas dan periuk. 

Bokor emas letaknya di tempat yang tinggi, jika digosok akan bertambah mengkilat, artinya: ketika kita mendengar perkataan dan perbuatan yang tidak baik, maka kita tidak akan tersinggung. 

Sedangkan periuk letaknya di bawah, jika digosok akan mudah pecah, artinya: ketika kita mendengar perkataan dan perbuatan yang tidak baik, maka kita mudah tersinggung.

Orang yang mempunyai citra diri baik tidak minder melihat kelebihan orang lain, tetapi justru dengan tulus akan mengakui dan menghargai kelebihan orang lain.

4. Merasa tidak aman 

Kalau kita mempunyai pikiran yang positif terhadap diri sendiri, maka kita akan bisa berpikir positif terhadap orang lain. Tuhan Yesus sangat realistis dalam memberikan perintah-Nya untuk kita (Mat 22:39 – Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri). Kalau kita bisa menerima diri kita apa adanya, maka kitapun bisa menerima orang lain dengan keberadaan mereka masing-masing. 

Sebaliknya, orang yang merasa dirinya rendah maka akan sulit untuk menghargai atau memuji orang lain. Karena dia sendiri masih membutuhkan pujian dan penghargaan. Jadi, bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri dan bagaimana dia menempatkan dirinya, sangatlah mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya.

Jika kita masih mau mencoba berkenan kepada manusia, kita bukanlah hamba Kristus (Gal 1:10).

Perasaan tidak aman (insecure) ini bisa diwujudkan dalam banyak hal antara lain:

* Membutuhkan sesuatu atau gelar sebagai simbol status.

* Bicara berlebihan dan muluk-muluk.

* Membutuhkan pengakuan dan pujian terus-menerus, akibatnya: ia akan terlalu memperhatikan apa kata orang tentang dirinya, apa penilaian orang lain terhadap dirinya, padahal penilaian orang sangatlah berbeda-beda.

5. Malu yang berlebihan 

Setiap orang harus punya rasa malu, tetapi orang yang mempunyai citra diri buruk memiliki rasa malu yang berlebihan. 

Mereka malu kalau kelemahannya atau kekurangannya diketahui orang. Mereka juga malu kalau keadaan dirinya diketahui oleh orang lain. Mereka takut untuk tampil di depan. 

6. Tidak punya identitas 

Orang yang tidak punya identitas akan merasa minder terhadap diri sendiri dan melihat diri sendiri tidak baik, lalu ketika dia melihat ada orang lainsuksesmaka dia akan meniru identitas orang lain

Dia pikir: “Kalau saya jadi orang itu, maka saya akan sukses dan banyak diterima orang” , maka dia akan meniru orang yang dia anggap “sukses” itu. 

Begitu kuatnya rasaminderini sehingga banyak anak-anak remaja “merubah dirinya”, merubah tampak luar mereka dan berani bayar mahal pakaian dan asesoris. 

Hal-hal seperti itu tidak dilakukan oleh mereka yang memiliki citra diri yang baik. Karena mereka bisa “berprestasi” dan “diterima” di bidang lain seperti akademik, talenta yang kuat, atau prestasi lainnya. 

Orang yang tidak punya identitas suka memalsukan dirinya: pura-pura baik, pura-pura melayani, yang akhirnya adalah kemunafikan. 

Banyak orang besar dan berhasil yang mengalami banyak kegagalan dalam hidupnya. Tetapi mereka bangkit dan mereka katakan bahwa kegagalan adalah suatu pengalaman yang harus mereka lalui dalam hidup mereka. Mereka maju terus, memperbaiki diri dan satu saat berhasil.

Marilah kita belajar dari Abraham Lincoln. Meskipun dia sering gagal, tetapi sejarah mencatat bahwa dia bukanlah orang yang gagal. 

Kunci keberhasilannya adalah: “dia tidak melihat kegagalan sebagai suatu kejatuhan ataupun akhir dari segala-galanya.”

Katanya: “Jalan hidup saya jelek dan licin. Kaki saya seringkali tergelincir, tetapi saya bangun kembali dan mengatakan kepada diri saya sendiri, bahwa ‘ini hanyalah tergelincir saja bukan suatu kejatuhan’”

Inilah riwayat kehidupan Abraham Lincoln:

Tahun 1816 - keluarganya diusir dari rumahnya, hidup di jalanan.
Tahun 1818 - ibunya meninggal dunia.
Tahun 1831 - gagal dalam bisnis.
Tahun 1832 - kalah dalam pemilihan anggota Dewan Legislatif; kehilangan pekerjaan; ingin sekolah hukum tapi tidak diterima.
Tahun 1833 - pinjam uang untuk bisnis, dan bangkut pada tahun itu. Utang tersebut baru dilunasinya setelah 17 tahun.
Tahun 1834 - terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif.
Tahun 1835 - bertunangan, tapi tunangannya meninggal dan dia patah hati.
Tahun 1836 - mengalami Nervous Breakdown dan harus berbaring selama 6 bulan.
Tahun 1838 - gagal menjadi ketua Dewan Legislatif.
Tahun 1840 - gagal menjadi elektor.
Tahun 1842 - menikah, tapi hanya satu dari 4 anak laki-lakinya yang hidup sampai lewat 18 tahun.
Tahun 1843 - gagal menjadi anggota Kongres.
Tahun 1846 - berhasil menjadi anggota Kongres.
Tahun 1849 - melamar pekerjaan Land Officer, tetapi ditolak.
Tahun 1854 - gagal menjadi anggota senat.
Tahun 1856 - mencalonkan diri untuk wakil presiden, hanya mendapat suara kurang dari 100.
Tahun 1858 - ingin menjadi anggota senat lagi, tapi kalah.
Tahun 1860 - mengikuti pemilihan Presiden Amerika, dan terpilih menjadi Presiden.

(Sumber Warta KPI TL No. 73/V/2010 » Renungan KPI TL tgl 29 April 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).

12.58 -

Citra diri yang benar

Suatu ketika tikus dan gajah jalan bersama-sama melewati sebuah jembatan. Ketika mereka berjalan melewati jembatan tersebut goncanglah jembatan itu. Sesampainya di seberang si tikus berkata kepada gajah: “Wah saya berjalan bersama dengan anda membuat jembatan itu goncang.”

Si gajah menjawab: “Betul.” - tidak pernah keberatan dengan perkataan tikus. Padahal tanpa gajah, si tikus tidak bisa membuat jembatan tersebut goncang.


Citra diri kita dipengaruhi oleh cara pandang kita terhadap diri kita sendiri - bagaimana kita memandang diri kita, itulah yang membatasinya. Sebesar apa yang ditaruh di kepala kita, sebesar itu yang terjadi.

Kita akan mampu melakukan apa saja, yang kita percaya kita mampu melakukannya. Semuanya tergantung diri kita sendiri. Tuhan memberikan anugerah, harus kerjasama dengan manusia. Tidak bisa doa-doa tanpa usaha.

Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak lawan kita (Yoh 14:12; Mzm 60:14)

Luka batin pertama kali terjadi di dalam keluarga, bukan karena teman yang tidak menolong. Jadi, dalam menghadapi segala sesuatu janganlah kita mengandalkan manusia atau kekuatan kita sendiri. Hal ini tidak akan mengalami datangnya keadaan baik (Yer 17:5-7). Karena kadangkala Tuhan mengeraskan hati seseorang (Kel 9:12; 10:20, 27; 11:10) dan kadangkala Tuhan juga membuat hati seseorang murah hati (Kel 11:3).

Kalau kita ingin mempunyai citra diri yang benar, kita harus menanggalkan manusia yang lama dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya (Kol 3:9-10).

Marilah kita belajar dari Daud:

Samuel menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu ... Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel tetapi Samuel berkata: “Inikah anakmu semua?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” (1 Sam 16:1-13).

Isai berkata kepada Daud: “... Bawalah cepat-cepat kepada kakak-kakakmu.” Berlari-larilah Daud. Sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat. 

Ketika Eliab, kakaknya yang tertua mendengar perkataan Daud, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu...” Tetapi jawab Daud: “Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!” (1 Sam 17:17, 22, 28-29).

Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedangkan dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.” (1 Sam 17:33).

» Banyak orang yang terpuruk hidupnya karena kata-kata orang, entah oleh suaminya/istrinya/anaknya/sahabat-sahabatnya. Citra dirinya rusak karena penolakan, penghakiman, direndahkan, disalahkan. Orang-orang seperti ini kurang mengalami dan merasakankasihdalam hidupnya. Padahal Allah sangat mengasihi kita (1 Yoh 4:19).

Hidup kita tidak ditentukan oleh kata-kata orang, tetapi hidup kita ditentukan oleh firman Tuhan (Bdk. Luk 4:1-13)

Meskipun panah-panah iblis diluncurkan, Daud tidak kepahitan. Hal ini dapat kita pelajari dari:

* Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadian dahsyat dan ajaib, ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya (Mzm 139:13-16

» Meskipun fisik Daud imut-imut menurut ukuran orang Israel, dia sudah bisa menerima dirinya sendiri dan bersyukur menjadi dirinya sendiri. Karena dia menyadari bahwa dia diciptakan secara dahsyat dan ajaib oleh Tuhan

Yang membuat orang tidak dapat berprestasi karena pikiran, perasaan dan kehendaknya bukan fisiknya. 

Misalnya: 

anak muda - menyesali kelahirannya (kenapa aku lahir cacat seperti ini, kenapa aku lahir di keluarga yang miskin, kenapa aku tidak cantik seperti ... ); 

orang dewasa – menyesali nasibnya (seandainya aku kawin dengan... aku akan kaya, keadaanku tidak akan seperti sekarang ini; seandainya...).

* Sekalipun ayah dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku (Mzm 27:10

» karena hubungannya yang akrab dengan Tuhan, meskipun diremehkan, tidak berpengaruh pada dirinya.

Orang yang memiliki citra diri yang baik membawakan dirinya dengan tepat. Karena dia sadar bahwa Tuhan selalu menyertainya sehingga dia selalu berpengharapan. Dia akan berpikir positif, dan akalnya banyak sekali (kreatif). 

Misalnya: ketika Daud menghadapi Goliat. Daud menanggalkan baju perangnya, tetapi dia yakin Tuhan menyertainya. Jadi, dia berpikiran positif sehingga kreatifitasnya muncul, diumbannya dahi Goliat dengan batu sehingga dia terjerumus mukanya ke tanah. Pikirnya: “lebih mudah menembak gajah dari pada menembak tikus.” (1 Sam 17:45-51).

(Sumber Warta KPI TL No. 73/V/2010 »  Renungan KPI TL tgl 5 Mei 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).




12.31 -

Citra diri

Tuhan menciptakan manusia pertama menurut rupa dan gambar-Nya yang sempurna (Kej 1:26-27 - memiliki sifat-sifat, karakter, temperamen dari Allah yang tidak kelihatan). 

Manusia diciptakan-Nya untuk mewakili-Nya berkuasa di bumi. Jadi, manusia harus bertanggung jawab atas keadaan bumi ini, karena manusia hanya dipinjami untuk sementara waktu saja (Kej 2:15 - mengusahakan dan memeliharanya).

Tetapi setelah berdosa, manusia tidak lagi mencerminkan gambar Allah yang sempurna, gambar Allah dalam diri manusia sudah pudar/rusak (Kej 3; 5:3 – Adam memperanakkan menurut rupa dan gambarnya). Jadi manusia yang berdosa memiliki gambar yang rusak, kemudian mempunyai anak yang tentunya gambarnya rusak juga, demikian seterusnya.

Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23)

Meskipun kita sudah memohon ampun pada Tuhan, iblis akan terus-menerus menuduh kita dengan menggunakan dosa masa lalu dan berusaha menghancurkan citra diri manusia dengan selalu berkata: “Ngaca-o, kamu orang berdosa, kamu orang cemar, kamu orang najis, kamu orang bejat, kamu tidak mampu, kamu tidak ada gunanya.” 

Akhirnya tanpa sadar kita terperangkap jebakannya dan berkata: “Ya... saya memang orang berdosa, saya memang orang cemar, saya memang orang najis, saya memang orang bejat, saya memang tidak mampu, saya memang tidak berguna, saya memang tidak punya apa-apa.” 

Dengan tuduhan-tuduhan ini, manusia menjadi minder, tidak berani datang kepada Tuhan, merasa hina, merasa jauh sekali dengan Tuhan dan akhirnya manusia kehilangan otoritas.

Gambar Allah pada manusia rusak karena dosa, tetapi Darah Yesus menyucikan kita dari dosa dan memulihkan gambar diri kita yang rusak. Jadi, Tuhan Yesus memulihkan hidup kita melalui penebusan dan pengampunan dosa.

Sebagai orang yang sudah dipilih dan ditentukan dari semula, kita menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Rm 8:29). 

Karakter Yesus adalah gambaran Allah yang sempurna. Kalau kita menjadi serupa dengan Yesus, berarti kita menjadi serupa dengan gambar Allah yang sempurna (Mat 5:48).

Citra diri yang benar adalah bagaimana memandang dan menilai diri sendiri sama dengan Tuhan menilai kita.

Tuhan memandang kita luar biasa, tetapi kita memandang diri kita biasa-biasa saja. Sehingga ketika kita diberi tanggung jawab, jawaban kita: “Selalu nggak bisa.” Padahal sebenarnya kita bisa tetapi kita malas/nggak mau repot-repot (masuk dalam zona kenyamanan).

Mengapa citra diri penting? Karena citra diri sangat mempengaruhi bagaimana kita membawakan diri kita. Dan juga mempengaruhi cara kita memandang dan memperlakukan orang lain. Secara otomatis kelakuan kita akan mengikuti pandangan kita tentang diri kita sendiri.

Orang yang mempunyai citra diri yang baik akan berkata kepada dirinya: “Kalau sekarang saya gagal, besok saya pasti akan berhasil. Nggak apa-apa, karena hari ini saya kurang persiapan. Besok akan saya persiapkan lebih baik lagi.” - tidak mencari kambing hitam.

Orang yang memiliki citra diri yang buruk akan berkata kepada dirinya: “Apa kata orang kalau mereka tahu bahwa saya gagal.” - dia menganggap peristiwa kegagalan adalah pukulan yang sangat berat bagi dirinya

Itulah sebabnya dia selalu takut menghadapi kegagalan. Dia berupaya bagaimana caranya tidak gagal. Karena takut gagal maka cara yang paling gampang dan umum dilakukannya yaitu “tidak berani mencoba.” 

Orang yang mempunyai tipe ini “tidak akan mengalami kemajuan dan sulit untuk berhasil.” Tanpa dia sadari keputusannya untuk menghindari kegagalan adalah suatu bentuk kegagalan yang lebih besar lagi.

Orang yang berpikir negatif selalu melihat musuh mereka sebesar raksasa (Bil 13:31-33). Mereka tidak mungkin memiliki mimpi besar, selama jiwanya kerdil, hatinya kikir (selalu melihat dirinya tidak mampu/jelek) atau selama citra dirinya rusak.

Marilah kita belajar pada kutu loncat, anak rajawali dan kumbang badak:

* Ada seekor kutu loncat yang dimasukkan sebuah toples yang tertutup. Dia hanya akan meloncat sebatas toples tersebut. Sebulan kemudian tutup toples tersebut dibuka, ternyata dia tidak meloncat keluar. Mengapa? Karena dia berpikir hanya dapat meloncat sebatas toples tersebut.

Keadaan ini banyak terjadi pada manusia. Orang lain bilang “kamu bisa” tetapi jawabannya “nggak bisa”. Mengapa hal ini terjadi? Karena mereka sudah sekian lama dibatasi oleh keadaan, latar belakang keluarga, lingkungan, dll. sehingga mereka berpikir bahwa mereka tidak mungkin bisa lebih tinggi dari suatu prestasi tertentu. 

Pikirnya: “Saya sudah hampir mencapai batas kemampuan saya. Jadi walaupun saya berusaha lagi, saya sudah tidak akan bisa lebih tinggi lagi”

* Pada suatu hari terdamparlah sebutir telur rajawali di kandang ayam, lalu menetaslah telur tersebut. Sesudah menetas, anak rajawali itu bergaul terus dengan anak ayam.

Suatu saat, dia melihat seekor rajawali terbang, lalu dia bertanya pada induk ayam tersebut: “Mama, aku ini kok lain dengan saudara-saudaraku. Anak siapakah aku? Jawab induk ayam tersebut: “Kamu anak ayam.”

Ketika induk ayam itu mau mati, anak rajawali itu bertanya lagi: “Mama, aku ini anak siapa sebenarnya?” Jawab induk ayam tersebut: “Kamu anak ayam.”

Karena terbiasa bergaul dengan anak ayam, maka ketika ada badai, anak rajawali juga ikut lari tunggang langgang untuk mencari perlindungan seperti anak ayam

Andaikata anak rajawali itu sadar akan jati dirinya, maka dia akan belajar terbang dengan memakai kekuatan angin untuk menghadapi badai tersebut.

* Kumbang badak adalah serangga yang berbadan besar dan cukup kuat, sayapnya kecil pendek dan tipis. Jika dia mengerti ilmuaerodinamika”, mungkin dia akan takut untuk terbang. Untungnya dia tidak mengerti ilmu ini.

Teori ilmuaerodinamikadengan badan yang besar, sayapnya kecil pendek dan tipis tidaklah mungkin bisa terbang.

Sebagai orang Kristiani yang sudah “Lahir Baru”, tutup yang menyelubungi kita sudah dibuka; segala belenggu dan kuk sudah dipatahkan Tuhan. Karena Roh yang ada di dalam kita, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4), melebihi roh manajemen, roh koneksi dan kolusi bahkan lebih dari roh jaringan. 

Jika kita percaya pada-Nya, maka kita akan dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar bersama Roh Kudus (Yoh 14:12). Asal batas yang ada dipikiran kita, kita buka ( “mind set” diubah).

Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan barumereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesumereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes 40:31).

(Sumber Warta KPI TL No. 73/V/2010 » Renungan KPI TL Tgl 24 April 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).

Artikel terkait: