Jumat, 31 Juli 2015

20.28 -

Katekismus Gereja Katolik


***


***
Katekismus sebagai satu penjelasan organis seluruh iman Katolik. Dengan demikian, orang harus membacanya sebagai satu kesatuan. Guna Katekismus untuk memperdalam pengetahuan iman, agar iman semakin matang, semakin berakar dalam kehidupan, dan semakin bercahaya dalam kesaksian (KGK 18, 23).

Sumber-sumber utamanya (KGK 11):

1. Kitab Suci

2. Bapa-bapa Gereja (sebutan bagi para teolog dan filsuf yang berpengaruh dan hidup di era awal Gereja Kristen, para pujangga dan pengajar di gereja).

3. Liturgi (KGK 1070 – Dalam Perjanjian Baru kata "liturgi" tidak hanya berarti "perayaan ibadat", tetapi juga "pewartaan Injil" (Rm 15:16; Flp 2:14-17; 2:30) dan "cinta kasih yang melayani" (Rm 15:27; 2 Kor 9:12; Flp 2:25).

4. Magisterium Gereja (KGK 85-87: adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar (Magisterium) Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus).

Isi katekismus:

1. Pengakuan Iman.
2. Perayaan Misteri Kristen
3. Kehidupan dalam Kristus
4. Doa Kristen

Seluruh nasihat dan pengajaran harus diarahkan kepada cinta yang tidak mengenal titik akhir. Jadi, kalau orang hendak menjelaskan sesuatu yang harus diimani, diharapkan atau dilaksanakan - maka selalu harus terutama cinta kepada Tuhan kita dianjurkan, supaya setiap orang dapat mengerti bahwa semua amal kebajikan kesempurnaan Kristen hanya bersumber pada cinta dan hanya mengenal satu tujuan, yaitu cinta (KGK 25).


01.53 -

Teladan Kesetiaan Keluarga Kudus Nasaret

Hidup kita tidak lepas dari tuntutan kesetiaan. Sekalipun hidup sendirian, orang juga dituntut kesetiaan terhadap dirinya, baik untuk memenuhi kebutuhan/tujuan hidup, nazar, dan sebagainya. 

Apalagi kesetiaan yang dijanjikan di hadapan Tuhan dan sesama dalam janji setia perkawinan. Kesetiaan hidup berkeluarga bukan hanya soal suami-istri tidak bercerai/pisah ranjang/anak-anak yang tidak melawan orang tuanya. 

Misalnya: dewasa ini senjadi suatu “trend” kalau suami mempunyai WIL/ istri mempunyai PIL. Bahlan ada orang berpandangan bahwa “selingkuh” itu merupakan “selingan indah bagi keluarga utuh”. Inilah suatu penjungkirbalikan nilai-nilai kesetiaan perkawinan

Perselingkuhan terjadi karena pasangannya tidak ada disisinya, tetapi ketika berhadapan dengan pasangannya dia bersikap baik supaya tidak diketahui kejahatannya.

Pada awalnya hidup perkawinan sangat indah, saling memperhatikan dan melayani. Namun setelah anak mereka lahir mulailah istri sibuk dengan kegiatan rumah tangga, sehingga waktu untuk memperhatikan kebutuhan suaminya semakin berkurang

Suami pun mulai mencari kesibukan sendiri dengan pekerjaannya sehingga kurang memperhatikan istrinya. Bahkan sebagai ayah, dia juga kurang setia mendidik anak-anaknya. Akibatnya mereka sulit diatur dan nakal. 

Akhirnya sang suami/istri bertemu dengan orang lain yang menaruh perhatian padanya, maka terjadilah perselingkuhan. Hal itu sebenarnya tidak akan terjadi kalau mereka saling setia dalam perkara kehidupan sehari-hari.

Kita dapat bercermin pada teladan kesetiaan Keluarga Kudus Nasaret.

Mereka hidup dalam ketaatan kepada Allah. Misalnya tiap-tiap tahun mereka pergi ke Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan Paskah. 

Kemudian ketika Yesus berusia dua belas tahun, mereka bertiga pergi bersama-sama ke Bait Allah. Kesetiaan Yusuf dan Maria sebagai orang tua tercermin juga ketika Yesus hilang dalam perjalanan pulang ke Nasaret setelah merayakan Paskah. 

Tiga hari penuh mereka mencari puteranya sampai menemukan kembali di kota suci tersebut. Ketika mereka menemukan-Nya, mereka tidak mendakwa/memarahi tetapi mencoba menerima dan merenungkannya di dalam hati walau tidak mengerti dengan alasan Yesus (Luk 2:42-51). 

Mereka dengan kehendak yang bebas mau menjawab “ya” kepada kehendak Allah. Walaupun di dalam hidup berkeluarga selalu ada duka dan sengsara namun ikatan yang tak kunjung putus terdapat di mana mereka saling mengasihi yang bersumber pada Yesus Kristus.

Bagaimana supaya setia

1. Kesetiaan saudara kepada Allah akan menentukan kualitas kesetiaan di dalam keluarga. Kalau kita menghadapi tantangan/godaan tanpa bantuan rahmat Allah, saudara akan mudah jatuh dalam ketidaksetiaan. Misalnya: melihat suami serong maka istri lari ke dukun, persoalan tidak selesai tetapi justru semakin parah.

2. Mohonlah kepada Allah agar Dia mengaruniakan rahmat kesetiaan, agar Roh Kudus membimbing dan menguatkan saudara untuk setiia. 

3. Ciptakan kebiasaan berdoa bersama dalam keluarga.

4. Bertekunlah merenungkan sabda Tuhan dan menghayati sakramen-sakramen dalam Gereja terutama Ekaristi dan perkawinan.

5. Berkumpullah dalam komunitas beriman yang mendukung saudara untuk tetap setia dalam hidup berkeluarga.

6. Usahakan adanya komunikasi yang terbuka, baik antara suami-istri maupun orang tua dengan anak. Menciptakan suasana harmonis dalam perkara-perkara kecil sehari-hari.

7. Bersedia dengan tulus mengampuni bila ada konflik/perselisihan/dilukai.

8. Berusahalah untuk memperbaiki apa yang salah dan berusaha untuk memahami serta menerima kelemahan.

Keberhasilan memelihara kesetiaan dalam hidup rumah tangga akan dirasakan bukan hanya milik anggota keluarga itu sendiri, tetapi akan menjadi kesaksian bagi keluarga-keluarga yang lain

(Warta KPI TL No. 12/IV/2005; Sumber: Teladan Kesetiaan Keluarga Kudus Nasaret, HDR Maret-April 2005).






01.28 -

Saat Engkau Hendak Menceraikanku, Gendonglah Aku

Pada hari pernikahanku, aku menggendong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk menggendongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kugendong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia. Ini kejadian 10 tahun yang lalu. 

Hari hari selanjutnya berlalu demikian sederhana seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, aku terjun ke dunia usaha dan berusaha menghasilkan uang banyak. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut

Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah, ketika Dew hadir dalam hidupku. Hatiku terbenam dalam aliran cintanya. Di apartement yang kubelikan, Dev berkata: “Kamu adalah jenis pria yang menarik para gadis.”

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkan pada istriku. Aku tahu kalau aku telah mengkhianati istriku, tapi aku tak sanggup menghentikannya. Ide perceraian menjadi jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. 

Ketika istriku menyiapkan makan malam, kupegang tangannya: “Ada sesuatu yang harus kukatakan, aku ingin bercerai.” Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi bertanya secara lembut: “Kenapa?” tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, sebab hatiku telah dibawa pergi Dew. 

Dengan perasaan bersalah, aku menuliskan surat perceraian di mana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan menyobeknya jadi beberapa bagian

Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan. 

Akhirnya ia menangis dengan keras di depanku, di mana hal tersebut tak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. 

Istriku menuliskan syarat-syarat perceraiannya: ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan untuk hidup bersama seperti biasa dengan alasan: anak kami akan segera menyelesaikan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. 

Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya: “Andy, apakah kamu ingat bagaimana aku memasuki rumah kita pada hari pernikahan kita?”

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. “Kamu menggendongku di lenganmu”, katanya, “Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu harus menggendongku setiap pagi selama sebulan keluar dari kamar tidur ke pintu.” 

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis. 

Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. “Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini”, ia mencemooh.

Ketika aku menggendongnya di hari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Ia rebah di dadaku, kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi bajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. 

Hari keempat, ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra seperti suami istri dan aku masih menggendong kekasihku di lenganku. Bayangan Dew menjadi samar. Perasaan kedekatan terasa semakin erat. 

Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya di lenganku, aku melangkah dengan berat. Ia berkata: “Sesungguhnya aku berharap kamu menggendongku sampai kita tua.” Aku memeluknya dengan kuat dan berkata: “Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra.”

“Maaf Dew, aku tidak ingin bercerai, karena kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan kami tidak bisa merasakan nilai-nilai kehidupan, bukan disebabkan tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku menggendongnya, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua.”

Tiba-tiba Dew tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisnya meledak. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 12/IV/2005).

01.17 -

Resep Perkawinan yang Bahagia

Murah hati dan sabar – banyak perkawinan terjadi percekcokan karena unsur ini diabaikan.

Cemburu – didasarkan pada rasa benci terhadap apa yang dipunyai orang lain, dan menginginkan untuk diri sendiri – suami istri harus bersukacita atas kelebihan yang dipunyai pasangannya.

Kesombongan dan kemegahan diri harus dijauhkan – melontarkan kata-kata yang menyakitkan.

Kesediaan untuk mengampuni dan mempercayai – merupakan minyak pelumas yang memungkinlan perkawinan berjalan mulus dan lancar.

(Sumber: Warta KPI TL No. 11/III/2005).



01.11 -

Cinta itu Menyembuhkan

Lebih dari obat-obatan, kehangatan cinta sesama manusia, terutama orang-orang terdekat (kekasih, sanak keluarga dan para sahabat), merupakan dukungan yang tak ternilai harganya.

Aku baru saja terjaga dari tidurku. Kutatap pipa-pipa yang menghubungkan respirator dengan kerongkonganku, yang menjalar melalui kepala dan pipiku. Semuanya itu alat-alat yang membantuku bernafas. Beberapa hari aku terbaring di rumah sakit karena paru-paruku lemah.

Kuhela nafas yang tinggal satu-satu. Pelan-pelan ... seakan-akan sayang membuangnya percuma. Tapi, uffh! Tiba-tiba dadaku terasa berat dan sesak. Sedetik kemudian, paru-paruku terasa hampa udara. “Apa yang terjadi?” bisikku panik. Kucoba lagi bernafas pelan-pelan. Namun dadaku sakit sekali. Aku merasakan tubuhku begitu lemah. Beberapa detik aku hanya terdiam pasrah sambil merasakan nafas yang kian sesak. Aku berpikir, apakah aku diambang sakratul maut?

Namun aku merasakan sesuatu di dadaku. Aku berjuang mengangkat kepalaku yang terasa berat. Mencoba sekuat tenaga memalingkan penglihatanku ke arah dadaku.

Oh, kulihat kepala istriku terbaring di sana. Seketika, kehangatan menjalari tubuhku. Ya, aku tak akan pernah lupa. Setiap hari, sepanjang malam ia setia menunggui dan melayaniku dengan penuh cinta. Rupanya tak sengaja ia tertidur di dadaku.

Anehnya, nafasku tak lagi sesesak tadi. Aku merasa lebih lega sekarang. Sebuah tenaga baru seakan merambatiku. Dan aku pun mulai menangis haru.

Namun sedu sedanku membangunkan istriku. Buru-buru ia mengangkat kepalanya. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya kuatir, dengan suara parau dan mata yang masih sangat mengantuk. Aku makin terharu melihatnya.

Terima kasih atas cintamu padaku”, tulisku pada sebuah buku kecil yang memang sering kugunakan untuk menyampaikan pesan-pesanku.

“Ya Tuhan, aku telah membuatmu sulit bernafas!” pekiknya tertahan, ketika menyadari bahwa kepalanya tadi sempat membebani dadaku. “Apakah kau bisa bernafas dengan lega sekarang?” lanjutnya penuh perhatian. Kujawab lagi dengan tulisan, “Saya tak bisa bernafas tanpamu.”

Cinta merupakan salah satu terapi penyembuhan yang mujarab, tak inginkah saudara menjadi penyembuh bagi sesama manusia, terutama orang-orang terdekat (kekasih, sanak keluarga dan para sahabat).

Jika saudara sulit memberi cinta pada orang lain, terutama orang terdekat, jawabnya adalah karena saudara belum mencintai diri sendiri (bukan berarti mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada kepentingan orang lain). 

Mengapa demikian? Sebab, jangankan memberi waktu dan energi kepada orang lain, kepada diri sendiri saudara tidak mau meluangkan waktu dan tenaga sedikit pun. 

Jika saudara mengenali kebutuhan untuk bebas menemukan siapa diri saudara, menerima dan menghargai diri dengan keunikan, maka juga akan menerima orang lain apa adanya, maka saudara pun akan memperlakukan orang lain seperti itu.

Mencintai bukan masalah pengorbanan diri/membiarkan diri tak berdaya dengan cara mengingkari keberadaan dan kebutuhan saudara sendiri agar bisa membahagiakan orang lain. 

Cinta sama seperti hal-hal lain dalam hidup ini, harus diberikan secara seimbang.

(Warta KPI TL No. 11/III/2005; Sumber: Cinta itu Menyembuhkan, Nirmala No. 03/I/Juli/1999).

Sakramen Perkawinan

Perkawinan tidak terjadi secara kebetulan, atau karena dorongan alamiah yang buta, tetapi datang dari kehendak Allah yang bijaksana untuk menjadikan manusia alat meluaskan rencana kasih-Nya.

Menurut iman Katolik hidup perkawinan merupakan bentuk kehidupan yang sudah tertanam dalam hati manusia sejak diciptakan Allah, bukan sekedar tuntutan kemanusiaan, melainkan juga panggilan ilahi.

Tanpa bantuan Ilahi, pria dan wanita tidak dapat mewujudkan kesatuan hidup mereka yang telah diciptakan Tuhan “sejak semula”. Karena itu apa yang sudah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia (Mrk 10:9).

Hendaknya disadari bahwa perkawinan/keluarga adalah sekolah cinta yang membantu kita bagaimana hidup bagi orang lain (pusat latihan penyangkalan diri dan perguruan yang mengajar kita memberikan diri secara cuma-cuma; pusat pendidikan kekudusan). 

Di sinilah kita wujudkan perintah Kristus untuk saling mencintai (Yoh 13:34). Cinta Kristus kepada kita adalah model cinta kasih suami istri yang harus dihayati setiap hari.

Sakramen perkawinan membawa rahmat bagi mereka yang menjalaninya yaitu:

1. Lewat cinta dan kesetiaan mereka, kedua mempelai menghadirkan cinta dan kesetiaan Allah dalam Yesus Kristus.

2. Mereka ambil bagian dalam kehidupan Ilahi. Suami-istri saling membantu untuk mencapai kesucian hidup perkawinan dan dalam membesarkan anak-anak mereka. Apa yang dilakukan suami-istri bagi pembangunan keluarga diberkati oleh Kristus sendiri.

3. Perkawinan kristiani mengingatkan kita akan perkawinan sorgawi (eskatologis) yang merupakan sukacita dan pemenuhan segala sesuatu dalam kasih Tuhan (Mat 22:1-14; 25:1-13). 

Merayakan upacara perkawinan secara agung tidak hanya memenuhi tuntutan manusiawi, melainkan juga memberikan rasa kristiani yang tepat untuk mengungkapkan harapan akan sukacita perkawinan sorgawi.

Secara kodrati cinta suami-istri sudah terarah kepada kesatuan pribadi yang saling melengkapi (Mrk 10:8; Kej 2:24), dan dikembangkan lewat kesanggupan pribadi masing-masing untuk saling membagi seluruh kehidupan mereka. Kesatuan manusiawi ini diteguhkan, dimurnikan dan dilengkapi oleh kesatuan dalam Kristus yang mereka terima dalam sakramen perkawinan.

Suami istri yang dengan tekun berusaha mewujudkan kesetiaan dan kesungguhan hati dalam menghayati hidup perkawinan memberikan kesaksian yang hidup akan kasih setia Allah sendiri.

Keluarga-keluarga seperti inilah yang selalu diharapkan muncul dari anggota Gereja, sebab dari kesaksian mereka itulah akan muncul sebuah Gereja yang menjadi terang bagi dunia – dari dalamnya mengalir terang Allah sendiri.

Kesatuan cinta dalam hidup perkawinan ini merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan secara matematis. Allah mengetahui masa depan dan jalan terbaik bagi kita dengan sejumlah keturunan ilahi seperti yang diinginkan-Nya (yang membuka dan menutup rahim), kalau Ia memberi kehidupan hanya sebagai karunia. Di atas segalanya, yang diinginkan Allah dari perkawinan yang dipenuhi iman adalah lahirnya “keturunan Ilahi” (Mal 2:15).

Allah, yang menciptakan manusia karena cinta, juga memanggil manusia untuk mencinta. Oleh karena itu pria wanita diberkati oleh Tuhan agar berbuah dan menjadikan mereka mampu menguasai dunia (Beranak-cuculah dan bertambah banyak ...– Kej 1:28).

Anak merupakan perwujudan nyata dan pemenuhan cinta suami istri – ambil bagian dalam kasih Allah yang mencipta dan memelihara; menjadi partner dan penterjemah dari kasih Allah.

Suami istri harus selalu bersedia menerima kehidupan baru. Hal ini juga sangat penting dalam hubungannya dengan pilihan atas cara-cara yang tepat mengatur kelahiran anak.

Untuk memilih metode KB penting diperhatikan segi moral/agama serta efek samping yang mungkin ditimbulkan.

Metode KB yang paling dianjurkan gereja: pantang berkala (metode alamiah, pada masa diperkirakan subur pasangan tidak melakukan persetubuhan).

Syarat-syaratnya:

1. Intelektualitas dan kepekaan pasangan untuk bisa mengenal proses fisiologis kehamilan dan mengenal tanda-tanda kesuburan. 

2. Pengendalian diri

Hidup perkawinan jaman sekarang seringkali harus berhadapan dengan situasi sosial dan budaya yang menyebabkan sukarnya suami istri menghayati ajaran gereja, gereja pun menyadari kesulitan ini. Akan tetapi Gereja tidak bisa berbuat lain kecuali memihak kehidupan manusia, khususnya terhadap sikap yang merendahkan martabat kehidupan ini. 

Oleh dasar inilah suami istri harus mengambil keputusan yang sungguh-sungguh (mempertimbangkan kesejahteraan seluruh keluarga, masyarakat dan Gereja) dibimbing oleh hati nurani dengan mendengarkan suara Ilahi dan interpetasinya oleh ajaran Gereja.

Namun hendaknya disadari bahwa suami istri yang tidak dikaruniai anak tidak berarti kehilangan makna perkawinannya. Mereka tetap bisa menghayati hidup secara sungguh-sungguh manusiawi dan kristiani dengan menunjukkan buah amal, keramahtamahan dan pengorbanan.

Jika orang masuk ke jenjang perkawinan dengan maksud “tidak ingin punya anak”, ia menyangkal salah satu unsur dasar perkawinan dan ada bahaya bahwa perkawinan hanya akan menjadi alat untuk mencari kenikmatan/kesenangan pribadi.

Cinta suami istri, yang dimeteraikan dengan kesatuan seksual, mempunyai ciri khas: yakni penyerahan diri seutuhnya satu sama lain, demi perkembangan dan kesempurnaan masing-masing. Berfungsi menjaga satu sama lain ditengah-tengah berbagai tekanan hidup (saling merasakan adanya dukungan lahiriah dan batiniah), menyembuhkan dan mengembangkan mereka berdua.

(Warta KPI TL No. 11/III/2005; Menghayati Sakramen Perkawinan, P.D. Widharsana Pr.).

Meluluhkan Kekerasan



Seorang nenek dan cucunya sedang berjalan-jalan di pinggir pedesaan. Mereka menemukan seekor penyu. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Penyu itu segera menarik kaki dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membuka secara paksa.

“Cara demikian tidak akan berhasil Cucuku!”, kata si nenek: “Nenek akan mengajarimu.”

Mereka pulang. Sang nenek meletakkan penyu dekat perapian. Beberapa menit kemudian, penyu mengeluarkan kaki dan kepalanya sedikit demi sedikit. Lalu ia mulai merangkak mendekati si anak.

Janganlah mencoba memaksakan melakukan segala sesuatu, Nak!” Nasehat si Nenek.  “Berilah kehangatan dan keramahan, maka yang keras dan kuat akan luluh.”

(Warta KPI TL No. 10/II/2005; Sumber: NN).

00.35 -

Sebuah Keajaiban Wahyu Mendoakan Bayi yang Tak Terlahirkan

Kesaksian ini berasal dari seorang wanita berkebangsaan Jerman yang tinggal dimasa kita sekarang ini. Ia bernama Maria, seorang ibu yang pemberani dan selalu gembira baik dimasa-masa sulit yang menimpa dirinya maupun dimasa-masa yang menggembirakan hidupnya. Dia adalah seorang ibu yang suka menolong orang lain, dan sesamanya yang memerlukan pertolongan terutama dalam hal pertobatan juga orang-orang yang mau berkembang rohaninya dan ia selalu berusaha untuk dapat memuliakan nama Allah walaupun itu semua kadang harus dibalas dengan pengorbanan dirinya. Dia juga mendapatkan karunia untuk bernubuat. 

Maria menceritakan suatu penglihatan yang diterimanya

Pada suatu hari Maria sedang duduk di dalam mobilnya dan sedang berdoa rosario, secara tiba-tiba ia melihat suatu cahaya yang sangat terang dan Yesus telah duduk di sebelahnya dan berkata: “Lihatlah tempat pembantaian yang ada disekelilingmu.” 

Maria melihat ke sekelilingnya dan membalas ucapan Yesus: “Tuhan yang ada di sebelah kananku hanyalah tanah kosong dan yang berada di sebelah kiriku adalah sebuah rumah sakit bersalin. 

“Itulah yang Aku maksud, banyak sekali tempat seperti itu dan tempat seperti itu akan banyak sekali berdiri. Berdoalah untuk dokter yang bekerja di sana dan berdoalah untuk orang-orang yang membantu mereka dan terutama untuk para ibu yang telah membuang bayi mereka dan membiarkan mereka terbunuh sebelum mereka dilahirkan. Aku akan berbicara lebih lanjut kepadamu malam nanti.” 

Pada malam harinya Yesus menampakkan sesuatu gambaran yang sangat mengerikan kepada Maria. Terlihat bahwa dunia ini dipenuhi oleh potongan-potongan bayi-bayi kecil. Gambaran itu begitu mengerikan sehingga Maria menuliskan di catatannya: Aku melihat suatu pembunuhan besar-besaran bayi yang tidak berdosa seperti yang terjadi di Betlehem. Mariapun menangis melihat pemandangan itu.

Yesus kemudian berkata kepada Maria: “Kuasa kegelapan telah mengetuk semua pintu dan sebagian besar telah terbuka untuknya. Celakalah orang yang telah mendengarkannya, dan mereka akan tenggelam dalam dosa mereka, dan berdiri diatas dosa mereka. Ironisnya mereka merasa bahwa pembunuhan bayi secara besar-besaran ini berkenan di hadapan Tuhan. Terberkatilah setiap rumah di mana ada yang bertobat.”

Kemudian Maria melanjutkan, aku melihat di angkasa banyak sekali kepala-kepala bayi, kemudian aku berkata: “Tuhan ini adalah kepala-kepala dari malaikat-malaikat kecil-Mu”, dan Tuhan menjawab: “Mereka adalah anak-anak yang telah dicabut nyawanya akan menghadapi penghakiman Allah, berdoalah untuk mereka yang telah melakukan sehingga bayi-bayi ini akan mendapat pengampunan.”

Kemudian Maria melanjutkan: “Bapa, mengapa kau tunjukkan hal ini kepadaku, sepanjang yang aku tahu anak-anak ini tidak berhak atas Kerajaan Sorga”. 

Jawab Yesus: “Maria, Aku akan memberikan misi yang sangat berat kepadamu, anak-anak ini akan masuk ke Kerajaan Sorga. Beritakanlah apa yang akan Kukatakan kepadamu ini juga kepada para imam, kau akan mengalami banyak sekali halangan, tetapi mereka pada akhirnya akan melakukan apa yang akan Kukatatakan ini hanya untuk keselamatan dan kebahagiaan anak-anak ini. Kau akan mendoakan anak-anak ini. Perhatikanlah bahwa hal inilah yang ingin Kulakukan.”

Hal ini bukanlah sesuatu hal yang tanpa bukti, seorang ibu memberikan pengakuan: “Aku pernah akan melahirkan seorang bayi prematur berumur 6 bulan, dokter yang merawatku mengatakan bahwa bayi dikandunganku akan lahir prematur dan tidak akan dapat bertahan, maka aku mendoakan dengan memegang perutku. Aku berdoa: “Bapa di sorga, biarlah Engkau sucikan anakku ini dan lepaskanlah dia dari dosa asal.” 

Aku merasakan bahwa Bapa telah mengabulkan permohonanku. Kira-kira setahun berikutnya pada saat aku terbangun dari tidurku setelah aku mengalami operasi yang sangat berat, seorang anak yang cantik berdiri di sampingku. Aku bertanya: “Siapakah kau malaikat kecil.” Dan dia menjawab: “Aku adalah si kecilmu. Melalui doa-doa dan Ekaristi yang telah kau lakukan telah membukakan pintu sorga untukku. Aku telah mendoakan untukmu, untuk kesehatanmu, kebahagiaanmu, dan untuk kesejahteraanmu. Bapa telah mengijinkanku untuk menemuimu, selamat jalan sampai kita bertemu lagi, ibuku sayang.”

(Warta KPI TL No. 10/II/2005).

00.18 -

Senyuman



Senyuman tidak mempunyai harga namun dapat memberi banyak. Memperkaya mereka yang menerima, tanpa membuat miskin yang memberi. Hanya membutuhkan waktu sebentar tetapi kadang kala terkenang sampai abadi. Orang kaya dan miskin sama-sama diperkaya olehnya.



Senyuman menciptakan kebahagiaan di dalam rumah, mendorong kemauan baik dalam dunia usaha, tanda ketulusan persahabatan, membawa kesegaran kepada yang penat, menghibur yang sedih, sinar bagi yang susah dan pangkal alamiah yang paling jitu bagi hidup yang dihadapi.

Senyuman tidak bisa dibeli, diminta, dipinjam atau dicuri. Oleh karena itu tidak berharga, hanya bisa diberikan. Banyak orang sedemikian lelah memberikan senyuman kepadamu. Maka, berikanlah senyumanmu. Itu sudah cukup.

(Warta KPI TL No. 09/I/2005; Sumber: NN)



Apakah saudara mengenal orang yang nampak bercahaya? Biasanya, orang-orang tersebut adalah orang yang mengalami sukacita dalam hati mereka.

Rasa sukacita yang dalam itu memberi kekuatan yang besar dan tak terkalahkan sehingga mampu menghadapi situasi sulit yang ada (sedih, dukacita dan terluka). 

Saat kita memperoleh sukacita yang sebenarnya dari Allahkita mengalami kesenangan yang penuhkepuasan yang mendalam, dan kesukaan besar

Dari hari ke hari kita yakin bahwa “... Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:28).

Buatlah keputusan hari ini juga untuk selalu tersenyum sebagai hadiah untuk orang-orang di sekitar saudara, baik saudara menyukainya atau tidak. Dan lihat apa yang akan terjadi. Maka saudara akan mendapati bahwa perasaan tersebut akan muncul mengikutinya, dan saudara akan menjadi lebih kaya karenanya.

Smile! God Loves You The world is full of Beauty when the heart is full of Love

(Sumber: Warta KPI TL No. 16/VIII/2005).


Ada sepasang suami-istri yang ditanyai mengenai bagaimana sampai mereka jadian, sang suami menjawab dengan cepat: “Karena senyum istriku ketika itu begitu manis, membuatku tak bisa tidur sepanjang malam.”

Senyum adalah tertawa tanpa suara. Hal ini dapat dimengerti oleh siapa pun dan di mana pun, dan itulah cara pertama paling ampuh bagi kita untuk berkomunikasi dengan orang lainBila kita memberikan senyum, kita tidak rugi sedikit pun, tetapi membuat senang yang menerimanya.

Senyum tampaknya bukanlah sesuatu yang mahal, tetapi begitu berharga ketika diberikan. Banyak orang terlalu cuek untuk memberikan senyum, maka berikanlah senyummu kepada mereka.

Senyum membuat hati dan wajah yang lelah menjadi ceria. Senyum adalah matahari bagi yang berduka dan putus asa.
(Sumber: Warta KPI TL No.103/XI/2012 » Cerita Kecil Saja, Stephie Kleden-Beetz).


Dogma Allah Tritunggal



Tritunggal adalah satu. kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421).

Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530).

"Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1251: DS 804) (KGK 253).

Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah "seakan-akan sendirian" (Fides Damasi: DS 71).

"Bapa", "Putera", "Roh Kudus", bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena mereka secara real berbeda satu dengan yang lain: "Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera" (Sin. Toledo XI 675: DS 530.

Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah "Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan" (K. Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal (KGK 254).

Ketiga Pribadi ilahi berhubungan satu dengan yang lain. Karena perbedaan real antar Pribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi, maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik: "Dengan nama-nama pribadi, yang menyatakan satu hubungan, maka Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dihubungkan dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya: Walaupun mereka dinamakan tiga Pribadi seturut hubungan mereka, namun mereka adalah satu hakikat atau substansi, demikian iman kita" (Sin Toledo XI 675: DS 528).

Dalam mereka "segala-galanya ... satu, sejauh tidak ada perlawanan seturut hubungan" (K. Firenze 1442: DS 1330).

"Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Putera" (ibid., DS 1331). (KGK 255).

Santo Gregorius dari Nasiansa, yang dinamakan juga "sang teolog", menyampaikan rumusan berikut tentang iman Tritunggal kepada katekumen Konstantinopel:

“Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. 

Aku mempercayakan hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya.

Aku memberikan pengakuan ini kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian.

Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda.

Satu ke-Allah-an tanpa ketidaksamaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan ... Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas.

Allah seluruhnya, tiap-tiap dilihatnya dalam diri sendiri ... Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama ... Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritunggal, langsung saya disilaukan kesatuan” (or. 40, 41) (KGK 256).

(Sumber: KGK 253-256)

Kamis, 30 Juli 2015

23.44 -

Kado




Anda bisa menghadiahkan setiap saat tak perlu membeli! Meskipun begitu, kado ini adalah yang terindah dan tak bernilai pada orang yang anda sayang.

1. Kehadiran

Jadikanlah kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan sehingga dapat berbagi perasaan, perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif.

2. Mendengar

Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tidak langsung kita juga menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Tidak perlu mencela, mengkritik, apalagi menghakimi, biarlah ia menuntaskannya. Anda dapat memberi tanggapan yang tepat setelah itu, tidak harus berupa diskusi atau penilaian.

3. Diam

Bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya “ruang”. Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasehati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

4. Kebebasan

Memberi kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan/lakukan.

5. Keindahan

Keindahan penampilan pribadi/keindahan suasana rumah.

6. Tanggapan positif

Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Hadiahkanlah dengan tanggapan positif dengan mengucapkan terima kasih/memuji/permintaan maaf.

7. Kesediaan mengalah

Dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

8. Senyuman

Yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita.

(Warta KPI TL No. 08/XI1/2004; Sumber: Kado ini tidak dijual di toko, Vacare Deo edisi Desember/Tahun V/2003).

23.34 -

Apa Istimewanya Menjadi Seorang Katolik?

Semua orang yang percaya kepada Yesus disebut orang Kristen. Lalu, apa istimewanya menjadi seorang Katolik? mengapa kamu menjadi seorang Katolik?


Mari kita temukan jawabannya!

K - Kristus sendiri yang mendirikan Gereja. Sebagai gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus, Gereja Katolik telah berumur lebih dari 2000 tahun (usianya lebih panjang dari Gereja Kristen mana pun!).

A - Apostolik. Hidup Yesus sendiri diberikan kepada kita melalui sakramen-sakramen, ajaran-ajaran Gereja dan melalui pewartaan-pewartaan yang disampaikan oleh para biarawan, biarawati maupun kaum awam.

T - Tujuh Sakramen diwariskan oleh Yesus kepada Gereja.

O - Oh, betapa Yesus yang Pengasih itu telah mengaruniakan Roh Kudus kepada kita untuk membimbing kita masing-masing agar kita dengan segenap hati hidup seturut teladan Yesus.

L - Lagipula, Gereja Katolik telah menerima janji dari Roh Kudus bahwa Ia akan senantiasa memeliharanya dalam kebenaran.

I - Indah sekali bahwa dalam Gereja Katolik, Hosti selalu ditahtakan di Tarbenakel, artinya Yesus selalu hadir dalam gereja kita. Kita dapat pergi dan berdoa kepada-Nya kapan saja kita mau.

K - Kristus bekerja melalui Gereja bagi keselamatan seluruh umat karena Ia mengasihi semua orang.

Nah, sebagai permulaan, di atas itu adalah tujuh alasan penting mengapa kita memilih menjadi seorang Katolik.

(Warta KPI TL No. 09/I/2005; Sumber: Apa Istimewanya Menjadi Orang Katolik, Vacare Deo edisi Januari/Tahun VI/2004).

20.56 -

Kisah Ikan dan Air



Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata Ayah kepada anaknya: “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.” 

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. 

Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya: “Hai, tahukah kamu di mana air? Aku mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.” 

Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil menanyakan hal serupa, “Di manakah air?” 

Jawab ikan sepuh: “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu tidak menyadari kehadirannya.”

Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti ikan kecil, mencari ke sana ke mari tentang kehidupan dan kebahagian, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tak menyadarinya. 

Kehidupan dan kebahagian ada disekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita, karena saat untuk berbahagia adalah saat ini, saat untuk berbahagia dapat kita tentukan.

(Warta KPI TL No. 07/XI/2004; Sumber: Kisah Ikan dan Air, Vacare Deo edisi Desember/Thun V/2003).

20.47 -

Yang Serakah dan Pengiri

Di kisahkan, adalah seorang tua yang bijak bertemu dengan dua orang musafir. Musafir yang pertama sangat rakus, serakah, tamak dan loba. Sedangkan musafir yang ke dua adalah seorang pengiri dengki dan selalu tidak senang jika melihat orang memiliki sesuatu yang lebih darinya

Seorang bijak berkata kepada kedua musafir ini: “Aku ingin memberikan sesuatu kepada kalian berdua. Siapa yang minta pertamakali, maka apapun keinginannya pasti akan dikabulkan. Dan orang lainnya akan menerima dua kali lipat dari apa yang diperoleh orang pertama.”

Musafir pengiri berpikir, jika ia sebutkan permintaannya, maka ia akan rugi karena temannya akan lebih untung daripadanya. Kemudian ia berpikir cepat, bagaimana agar temannya menderita kerugian lebih banyak darinya.

Aku minta mataku buta satu”, jawab musafir pengiri dengan tegas. Dan apa yang dimintanya segera terjadi, matanya jadi buta satu dan temannya buta keduanya.

Begitulah akhir hidup orang yang serakah dan pengiri, kedua-duanya tidak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya.

Orang serakah dan kejam selalu melihat siapapun sebagai ancaman atas dirinya karena hatinya dipenuhi oleh kuasa kegelapan.

Bagaimanakah dengan hati anda?

(Warta No. 07/XI/2004: Sumber: Mansor ...)

Karena serakah … hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda (2 Ptr 2:3).

Iri hati karena tidak mencapai tujuan (Yak 4:2).

Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yak 3:16).

Perasaan iri hati, bukanlah hikmat yang berasal dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu-nafsu manusia, dari setan-setan (Yak 3:14-15).






20.32 -

Makna Pengampunan



Ketika kita jatuh ke dalam pencobaan, biasanya hal pertama yang muncul di benak adalah “Apakah Tuhan masih mengasihi kita”. Pertanyaan tersebut seharusnya tidak perlu ada, karena pengampunan dan damai-Nya senantiasa tersedia untuk kita yang mengalami luka-luka di dalam kehidupan.

Pengampunan dari Tuhan membutuhkan dua elemen penting: 

1. Dosa yang diampuni. 
2. Seseorang yang mau mengampuni. 

Disini Yesuslah yang menjadi pengantara bagi kita di hadapan Bapa (1 Yoh 2:1) – membantu kita menyatakan kasih-Nya kepada kita semua. Tidak ada satu dosapun yang tidak dapat diampuni-Nya jika kita benar-benar bertobat. Begitu kita menerima rahmat pengampunan dari-Nya, Ia akan memulihkan hidup kita dan memberi pengharapan baru yaitu keselamatan kekal.

Walaupun demikian kita sering gagal dalam hal satu ini. Kita sering merasa puas jika melihat orang yang bersalah kepada kita menderita. Dendam ini akan menimbulkan berbagai masalah, baik emosional, spiritual, maupun fisik.

Akibat dari roh dendam

1. Terjadinya ikatan emosional yang negatif terhadap orang yang kita benci. Kita akan merasa semakin pahit, mudah tersinggung, marah, frustasi. 

2. Hubungan dengan orang lain hancur. Ketika kita menolak mengampuni, kita sudah membangun sebuah tembok yang menyulitkan kita untuk mengasihi dan dikasihi orang lain. 

3. Persekutuan dengan Allah rusak. Sikap tidak mau mengampuni membangun tembok-tembok emosi dan menutup aliran sukacita, kasih dan berkat-berkat lain dari Allah. 

4. Munculnya kelemahan fisik. Kepahitan dan kegeraman akan mempunyai akibat buruk terhadap tubuh kita – insomnia, depresi, jantung, menurunnya produktivitas kerja.

Pengampunan akan membebaskan kita dari segala masalah di atas sehingga kita dapat menikmati hidup yang melampaui ikatan emosional yang membelenggu. Dengan adanya pengampunan di dalam hidup kita, maka kasih karunia Allah selalu mewarnai perjalanan hidup kita. 

(Warta KPI TL No. 07/XI/2004; Sumber: Makna Pengampunan, HDR Juli-Agustus 2004).

19.20 -

Penyembuhan Kesombongan

Dalam penyembuhan kesombongan ini, kita temui dua sarana:

1. Merenungakan kebesaran Tuhan

Kesadaran akan siapakah diri kita di hadapan Tuhan (tanpa Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa – Yoh 15:5), tidak ada seorangpun yang lebih baik dari yang lain kecuali kehendak Allah, karena Allah mempunyai rencana dan menghendakinya. 

Jadi jangan bangga dengan karunia-karunia kodrati/adikodrati yang kita miliki (kepandaian, kemampuan, kesehatan, dsb. Itu semuanya datangnya dari Allah – Flp 2:13).

2. Pemurnian pasif melalui Karunia Roh Kudus yang dicurahkan ke dalam diri kita

Orang merasa hebat selama ia belum diterangi oleh cahaya Roh Kudus. Begitu terang Allah meneranginya, ia akan melihat kekotorannya sendiri. 

Oleh karena itu, kerendahan hati yang sejati akan lebih dalam dan besar jika dicapai melalui pengalaman Allah. Allah pun kadang-kadang merendahkan kita dengan berbagai macam cara. Misalnya: difitnah, orang memandang rendah kita – itu sebenarnya suatu rahmat

Dengan bersikap pasrah terhadap pemurnian yang dilakukan Allah, maka perlahan-lahan dampak dari kesombongan itu akan menghilang dari dalam diri kita, sehingga kita tidak terganggu lagi oleh kesombongan dan kita beristirahat di dalam kerendahan hati (tidak dipengaruhi lagi oleh apa yang dikatakan orang, baik berupa sanjungan-sanjungan, maupun keritikan).

Di sinilah kita mulai mengerti bahwa betapa berharganya penderitaan dan salib di dalam kehidupan kita. Bahkan bila kita direndahkan dan difitnah, kita mengerti bahwa kita sedang dimurnikan.

(Sumber: Warta KPI TL No. 06/X/2004).

18.58 -

Kesombongan

Ajaran rohani ini diberikan St. Bernadus dari Clairvaux, seorang abas biara sistersian yang termasyur, memiliki hati yang lemah lembut dan penuh kasih. Atas permintaan seorang rahibnya, St. Bernadus menguraikan kebajikan kerendahan hati dan dosa kesombongan.

Tahap-tahap Kesombongan:

I. Penghargaan yang kurang terhadap saudara-saudara/memandang remeh saudara-saudara yang lain

1. Rasa Ingin Tahu

Orang seperti ini tidak lagi memeriksa batin-nya, tetapi sebaliknya mulai memeriksa orang lain. Seringkali membiarkan panca indranya untuk melihat dan mendengar apa saja; lalu timbul suatu pembelaan diri: “Mengapa tidak boleh melihat, bukankah Tuhan telah memberikan mata untuk melihat: "Pandangan itu bukanlah dosa, tetapi dosa mengintip dibelakangnya." 

Maka jika ada godaan-godaan kita harus hentikan segera dan tidak berdialog dengan godaan tersebut. Kita tahu kelihaian setan yang tahu kelemahan manusia di mana ia tidak menggoda secara langsung tetapi perlahan-lahan, sedikit demi sedikit hingga jatuh ke dalam dosa.

Contoh: Hawa mulai memandang buah pengetahuan itu, setan mulai menggoda dengan licik dan berkata: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” (Kej 3:1). Maka setan telah memberikan buah terlarang kepada Hawa dan mengambil kehidupan dalam diri Hawa (firdaus).

2. Pikiran dan sikap yang sembrono

Tidak memperhatikan dirinya sendiri, melainkan ingin tahu tentang orang lain (pikirannya tidak terarah kepada Allah yang hadir dalam dirinya, perhatiannya tercerai-berai keluar). 

Mudah iri hati/dengki/meremehkan orang lain yang dianggap rendah darinya/sering menghakimi/kadang-kadang menunjukkan kesedihan atas kesalahan-kesalahannya, tetapi pada saat lain berbangga-bangga seperti anak kecil akan kehebatannya/bersedih hati, kalau melihat orang lain lebih baik daripada dia (ini menunjukkan pribadinya yang tidak seimbang).

3. Suka bersenang-senang

Perhatiannya hanya terarah bagaimana supaya ia bisa tampak lebih baik daripada orang lain (melihat kebaikan pada orang lain, ia tidak senang; tidak segan-segan menghancurkan orang lain yang mulai bertumbuh). 

Seperti pelawak yang hanya memperhatikan penampilannya saja, tidak pernah mengingat-ingat sesuatu yang merendahkan dia dan karena itu tidak pernah memikirkan kegagalan apapun (hanya mengarahkan pandangannya kepada jasa-jasanya sendiri dan senang membicarakan dirinya sendiri). Inilah gambaran orang yang mengisi pikirannya dengan sesuatu yang kosong dan murahan.

4. Suka Membual

Jika orang ini mempunyai kesempatan untuk berbicara, ia akan mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasannya supaya pada akhirnya orang tahu ia hebat, ia melakukan untuk mendapatkan pujian (kalau tidak ia akan stres - menyalurkan sesuatu dalam dirinya/menyalurkan betapa hebatnya dia itu). 

Orang seperti ini suka melontarkan pertanyaan-pertanyaan dan dijawab sendiri, tidak peduli dan tidak berminat untuk menambah pengetahuan orang lain, kalau orang lain berbicara suka dipotongnya untuk mendengarkan dia dan ia senang memberikan nasehat-nasehat.

5. Suka berbuat Aneh-aneh

Orang ini membanggakan diri, seolah-olah ia lebih baik dari orang lain dan ingin melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang lain, agar tampak kelebihannya bahwa ia lebih “superior”.

Contoh: Perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan perpuluhan dari segala penghasilanku.” (Luk 18:10-12).

Orang-orang seperti ini senang melakukan devosi-devosi pribadi agar kelihatan kesalehannya, tetapi dia malas beribadat bersama.

6. Suka menerima sanjungan

Ingin dipuji dan disanjung, jika dipuji ditelannya bulat-bulat (merupakan sanjungan kosong/sebagai racun). Suka memuji pekerjaannya sendiri dan tidak memperhatikan motivasinya (lebih percaya pandangannya sendiri daripada orang lain; walaupun suara hatinya menuduh dia, dia akan mengabaikan suara hatinya). Bagi orang rendah hati sanjungan itu tidak ada artinya.

II. Meremehkan Kewibawaan

1. Kecandangan/presumsi

Bila seseorang mengira bahwa dia itu lebih baik daripada orang lain, maka ia akan berusaha untuk tampil ke depan umum agar selalu menjadi yang nomer satu dalam pertemuan maupun diskusi. 

Kalau ada persoalan/diskusi yang sudah selesai ia selalu mengungkit-ungkit lagi dan membahas hal-hal yang sudah selesai. Karena ia mengira tidak ada sesuatu yang baik, semuanya dicela/hal apapun selalu dikritiknya. 

Kalau diberi tugas yang tidak begitu penting, maka dia akan marah-marah dan memberontak. Suka mengambil tugas-tugas yang melampaui kekuatannya, sehingga akhirnya melakukan kesalahan-kesalahan. Umumnya tidak mau mengakui kesalahan/tidak mau ditegur.

2. Pembelaan/pembenaran diri

Banyak sekali cara-cara untuk melakukan pembelaan diri yang sebenarnya pembelaan terhadap dosa. Bila melakukan kesalahan besar, akan memberikan alasan bahwa ia tidak bermaksud melakukan kesalahan itu.

3. Pengakuan yang tidak jujur

Orang melakukan pengakuan pura-pura supaya dilihat rendah hati, tetapi sebenarnya menunjukkan kesombongan yang lebih besar (memakai topeng kerendahan hati, supaya tidak diketahui orang lain). 

Pengakuan ini lebih berbahaya daripada membela kesalahan dengan keras kepala. Orang seperti ini tidak berusaha membela kesalahannya, tetapi justru melebih-lebihkan kesalahannya. 

Kemudian ia mengakukan kejahatan seolah-olah kesalahan yang dilakukannya tersebut tidak dapat diampuni, sehingga orang yang menegurnya menjadi bingung karena timbul suatu pertanyaan, “Benarkah ia melakukan kesalahan itu, mungkinkah tuduhan itu keliru.”

4. Pemberontakan

Hanya rahmat Tuhan yang besar saja, dapat memberikan orang ini kemampuan untuk menerima hukuman dengan tenang. Kalau sebelumnya ia memperlakukan saudara-saudaranya dengan kesopanan yang pura-pura, sekarang ia terang-terangan menyatakan ketidaktaatan dengan meremehkan wibawa pimpinan. Orang yang mencintai Allah harus sungguh taat dan segenap hati patuh kepada pimpinannya.

III. Penghinaan kepada Allah

1. Berbuat dosa dengan bebas

Bila Allah dalam kerahiman-Nya yang besar tidak mencegah orang tersebut, maka dia akan sampai kepada suatu keadaan untuk “meremehkan Allah”. Kita jumpai orang-orang yang murtad dan keluar dari Gereja Katolik cukup sering terjadi karena pemberontakan-pemberontakannya, misalnya seorang imam/suster yang murtad akan menjadi jauh lebih jahat daripada awam yang jahat (karena kepahitan dan kebencian).

2. Kebiasaan untuk berbuat dosa

Orang ini sedikit demi sedikit kehilangan rasa “Takut akan Allah” karena seringkali berbuat dosa. Orang ini diperbudak hawa nafsunya, sehingga perlahan-lahan suara hatinya mati (tidak memperdulikan orang lain).

Marilah dengan bantuan rahmat Tuhan, untuk mengalahkan kesombongan ini dan bertumbuh dalam kerendahan hati yang sejati.

(Warta KPI TL No. 06/X/2004 & No. 07/XI/2004; Sumber: Tahap-tahap Kesombongan, HDR Januari-April 2004).