Rabu, 26 April 2017

Bersama umat mengalami Allah

Setelah satu tahun ditabiskan, saya disadarkan Tuhan untuk menjadi gembala yang baik bagi umat-Nya.

Suatu hari saya menerima telpon dari salah satu umat saya yang menangis dan mengatakan bahwa “ayahnya (X) sakit stroke”, dia minta saya datang ke rumahnya untuk memberikan pelayanan sakramen pengurapan orang sakit. 

Sepanjang perjalanan ke rumah X saya bersungut-sungut, “X jarang ke gereja, kerjanya hanya menggosipkan semua romo, semua kebijakan gereja tidak ada yang benar. Sekarang sudah sekarat minta pelayanan gereja, tidak tahu saat ini lagi lapar, mau makan, tidak jadi makan.”

Sesampainya di rumah X, saya segera mendoakan dengan rumusan singkat karena 1. Takut X tidak sempat menerima sakramen pengurapan orang sakit. 2. Ada perasaan tidak tulus dalam memberikan pelayanan karena sikap X selama ini.

Setelah selesai mendoakan, X berkata dengan terbata-bata: “Terima kasih romo atas pelayanannya. Saya adalah umat yang durhaka pada romo, saya jarang ke gereja, kerja saya hanya menggosipkan semua romo, semua kebijakan gereja tidak ada yang benar. Meskipun saya seperti ini romo masih mau melayani saya, maafkan saya romo, saya akan ingat kebaikan romo.”

Setelah mendengarkan kata-kata X, saya merasakan ada tangan yang tidak kelihatan yang menampar wajah saya. Tuhan menyadarkan saya bahwa saya belum menjadi gembala yang baik, yang tulus ikhlas dalam melayani domba-domba-Nya.

Sejak saat itu saya bertobat dan saya berkomitmen mau menjadi gembala yang baik dengan tulus ikhlas untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya. 

Setiap hari saya melakukan bagian saya, yaitu meminjamkan telinga saya untuk orang yang berkeluh kesah, memakai bibir dan hati saya untuk berdoa dan memohon, memakai iman saya untuk percaya, yang lainnya adalah bagian Tuhan.

Beberapa pengalaman bersama dengan Allah

* Ada sepasang suami istri (AB) yang datang kepada saya, A berkata: “Romo, saya datang menemui romo atas anjuran sahabat saya. Saya adalah seorang muslim, yang saat ini kena tumor di kepala. Sebagai seorang dokter saya tahu resikonya kalau dioperasi. Tolong saya didoakan.”

Setelah selesai didoakan, A meng-amin-i dan berkata: “Semoga saya boleh kemurahan hati Tuhan.”

Tiga bulan kemudian A datang lagi menemui saya, katanya: “Alhamdulillah, tumor itu hilang tanpa operasi.” Mendengar berita itu saya kaget, mujizat benar-benar terjadi pada A. Meskipun A berbeda keyakinan, tetapi dia percaya, mengimani bahwa Yesus akan menyembuhkannya.

* Ada seorang janda yang mempunyai anak tiga (C) datang kepada saya dan berkata: “Mo, saya seorang guru yang belum diangkat. Saat ini saya mengalamai sakit, pembengkakan di usus buntu, dalam tiga hari harus ada tindakan medis. Jika tidak dilakukan operasi, maka dokter angkat tangan.” 

Saya bertanya terus terang padanya: “Kamu mempunyai dana berapa untuk operasi?” Jawabnya: “Dua juta setengah.”

C langsung saya bawa ke Rumah Sakit dan keesokan harinya dioperasi. Total biaya empat belas juta. Setelah pihak Rumah Sakit tahu bahwa pasien itu umat yang miskin, maka biaya operasi tersebut dipotong sehingga menjadi sembilan juta. C berjanji akan mencicil sisa biaya operasi tersebut. 

* Ada sekolah Katolik di daerah terpencil yang membutuhkan dana 12 juta untuk merenovasinya. Berkat doa, suatu hari ada seseorang yang WA saya mengatakan bahwa telah mentranfer uang 10 juta untuk memperbaiki sekolah tersebut.

Marilah kita belajar dari Mat 17:1-8

[1] Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. 

[2-3] Lalu (1) Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. 

[4] Kata Petrus kepada Yesus: (3) "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."

[5] Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu (2) terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." 

[6-8] Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" Dan (4) ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri.

» Yesus mempunyai dua belas murid, tetapi hanya tiga murid yang dibawa naik ke atas gunung. Mungkin mereka dianggap Tuhan layak mengalami perpindahan spritual, melihat Yesus dalam kemuliaan. Yang mau bersusah payah naik gunung, akan melihat kemuliaan

Dengan mata mereka melihat kemuliaan Yesus (1), dengan telinga mereka mendengar suara Allah Bapa (2). Ini adalah pengalaman yang sangat indah.

(3, 4) Pengalaman itu hanya terjadi sesaat saja. Yesus menghendaki pengalaman akan Allah dibagikan, diwartakan kepada sesama

Salah satu cara yang paling klasik untuk menilai keaslian pengalaman itu adalah melihat buah Roh dalam kehidupan orang itu (Gal 5:22-23 - kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri). 

Jadi, pengalaman boleh tinggi ngawang, tapi jika tidak berbuah konkret dan nyata dalam sikap hidup keseharian, pengalaman itu bisa disebut palsu karena jika Allah sungguh hadir, Ia akan mengubah dan membawa kebaikan yang semakin lebih bagi orang yang mengalaminya dan juga bagi orang lain.

(Sumber: Warta KPI TL No.144/IV/2017 » Renungan KPI TL Tgl 16 Maret 2017, Rm Hudiono).

18.12 -

Keluargaku penuh rahmat atau penuh kutuk?


Jim memiliki sebuah pekerjaan dengan bayaran yang bagus di Manila. Namun dia ingin lebih. Dia ingin membeli sebuah rumah yang lebih besar, membeli sebuah mobil yang lebih baik, menikmati liburan yang lebih baik. 

Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar melakukan ini untuk keluarganya. Jadi, dia melamar pekerjaan di Saudi Arabia dan diterima. Jim bicara pada istrinya dan istrinya mengerti. Dengan enggan, istrinya mengizinkannya pergi. 

Sekarang waktunya untuk berbicara dengan anak laki-lakinya yang berusia enam tahun, Jaime. Setelah makan malam, dia duduk di depan Jaime kecil dan bicara padanya dengan cara yang dapat dipahami seorang anak laki-laki.

Jim berkata: “Jaime, ayah perlu bekerja di luar negeri agar dapat menghasilkan lebih banyak uang untukmu. Kamu tidak akan sering melihat ayah, tetapi tolong ingat bahwa ayah lakukan ini untukmu. Jadi ayah bisa membelikan kamu lebih banyak mainan ...”

Jaime yang berumur enam tahun itu mengangguk dan Jim bahagia bahwa ia paham. Dia dan istrinya mengantar anak mereka ke tempat tidur.

Beberapa menit kemudian, ketika Jim dan istrinya telah berada di kamar mereka, Jaime mengetuk pintu. Ketika mereka membukanya, mereka melihat Jaime menarik kotak mainan di belakangnya. 

Anak enam tahun itu berkata: “Ayah, saya ingin menjual mainan-mainan saya supaya ayah punya uang. Jadi, ayah tidak harus pergi jauh untuk bekerja lagi.”

Jim menangis malam itu. Anak laki-laki kecilnya telah mengatakan kepadanya apa yang terpenting. Jaime kecil mengetahui apa itu kemenangan dalam hidup berkeluarga. Kemenangan anda ada dalam relasi anda.

Hidup telah menjadi begitu membingungkan, hampir mustahil untuk mendefinisikan kemenangan. Untuk mengetahui apa itu kemenangan dalam hidup, kita perlu kembali kepada Sang Pencipta Kehidupan. Cinta adalah kemenangan dalam setiap bidang kehidupan!

Di mana ada kesatuanTuhan memerintahkan berkat-berkat-Nya (Mzm 133:1-3).

Ada dua relasi dalam dunia hari ini, yaitu penuh kutuk (banyak pertengkaran, gesekan, dan frustasi) dan penuh rahmat (banyak pengampunan, kesabaran, dan kesetiaan).

Anda menyerupai Tuhan

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan (1) manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka (2) berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kej 1:26)

» (1) Tuhan menciptakan manusia terlihat seperti-Nya. Anda menyerupai Tuhan. itu berarti bahwa dalam sebuah cara yang sangat kecil sekali, anda memiliki kapasitas untuk bergerak, berjalan, berbicara dan mencintai seperti Tuhan.

(2) “berkuasa”, kata aslinya adalah “untuk mendominasi”, versi lain dari Alkitab mengatakan “menjadi tuan atas”.

Pesan yang tersimpan dalam bagian ini adalah “Ya, anda dapat mendominasi ikan, burung, binatang, tetapi anda tidak dapat mendominasi manusia lain karena anda tidak dapat mendominasi Tuhan

Darimana keinginan untuk mendominasi orang lain ini berasal? Dari sebuah tangki yang kosong. Hal ini datang dari batin yang terluka. Ingatlah: hanya orang-orang lemah yang ingin mendominasi orang lain. Orang-orang kuat tidak membutuhkannya!

Sebuah relasi menjadi terkutuk

Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia.” 

Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 

Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” (Kej 2:18, 21-23).

» Adam berkata: “Kamu seperti aku. Kamu bagian dari aku. Dan aku bagian dari kamu. Kita adalah satu!” Jadi, tidak ada seorang pun yang berkuasa atas yang lain.

Namun karena dosa asal, maka relasi manusia dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan lingkungan menjadi terkutuk, manusia saling mencari kambing hitam dalam menghadapi masalah. Bahkan suami istri hendak menguasai diri pasangannya (Bdk. Kej 3:16).

Lima gejala relasi relasi yang penuh kutukan

C - Control (Kontrol)
U – Unforgiving (Tidak mengampuni)
R – Reactive (Bereaksi)
S – Shaming (Mempermalukan)
E – ego-Driven (Dikendalikan ego

Gejala pertama: Kontrol adalah bahan utama dari relasi yang terkutuk. Mengapa? Karena anda ingin perbuatan orang lain memenuhi kebutuhan terdalam anda. Pesan utama anda kepada orang-orang dalam hidup anda adalah pernyataan berikut ini: “Kamu lebih baik melakukannya!”

Dan ketika orang lain tidak memenuhi prilaku yang anda cari, anda bahkan menjadi semakin mengontrol. Anda akan menggunakan kemarahan, teriakan, dominasi, omelan, manipulasi emosi, rasa malu, rasa bersalah, mendiamkan. Apa yang salah dengan kontrol? 

Landasan sebuah relasi bukanlah kontrol melainkan kepercayaan. Kontrol dan kepercayaan bertentangan satu sama lain. Semakin besar kontrol, semakin kurang kepercayaan. Semakin besar kepercayaan, semakin kurang kontrol.

Gejala kedua: tidak mengampuni

Efesus 4:32 mengatakan: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Relasi yang terkutuk tidak dapat melakukan hal itu. Relasi yang terkutuk menggenggam kemarahan dari kesalahan-kesalahan yang terjadi bertahun-tahun lalu.

Mengapa mereka tidak mau mengampuni? Untuk mengontrol orang lain. Untuk selalu memilikiperalatan rasa bersalahyang siap dipukulkan ke kepala orang lain, sebagai jalan untuk mengontrol orang lain:

“Ingat apa yang kamu lakukan padaku di tanggal 11 Mei 1962, pada pukul 3.46 sore? Aku masih merasakan sakit di dalam hatiku ... Jangan sampai berani melakukannya padaku lagi.”

Gejala ketiga: bereaksi

1 Korintus 13:4-7 mengatakan: “Kasih itu ... tidak pemarah ...”

Tetapi ketika orang lain yang menjadi sumber kebahagiaan. Kedamaian, dan kesejahteraan anda, anda tidak berdaya, anda pasti akan terprovokasi. Anda tidak berdaya, anda pasti akan menjadi reaktif.

Dalam pikiran anda, anda percaya harus memilih: anda yang mengontrol atau anda yang dikontrol. Dan anda memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk mengontrol.

Jadi, anda mengontrol dengan menjadi reaktif, bukannya menanggapi dengan baik, terhadap perilaku “buruk” orang lain. Anda marah-marah, mengkritik atau mendiamkan seseorang.

Gejala keempat: mempermalukan

Mempermalukan orang lain adalah alat kontrol yang sangat kuat.

Rasa malu adalah perasaan bersalah, tidak berharga dan tidak dicintai

Ketika orang tua berkata kepada anaknya ...

- “Mengapa kamu tidak bisa seperti kakak perempuanmu?”
- “Mengapa kamu tidak seperti saya ketika saya seumur kamu – saya telah menjadi seorang juara bola basket!”
- “Mengapa kamu begitu keras kepala?”
- “Saya bernasib jelek mempunyai anak-anak ini!”

Ketika seorang pasangan berkata kepada pasangannya ...
- “Istri (suami) seperti apa kamu?”
- “Kamu membuat saya malu”

Ketika seorang bos berkata kepada karyawannya ... 

- “Mengapa kamu tidak dapat melakukan hal sesederhana ini? Saya dapat menggaji seekor monyet untuk melakukan ini. Apa yang salah denganmu?”
- “Halo, apakah ada orang di rumah? Apakah ada sebuah ruang kosong di antara kedua telingamu? Ketika kamu mati, kamu dapat menjual otakmu dengan harga tinggi karena jarang dipakai.” 

Gejala kelima: dikendalikan ego

Sebuah relasi yang terkutuk selalu egois.

Anda berteriak pada anak anda: “Belaaaaajarrrrr! Mengapa anda gelisah dan bertingkah seperti seekor gorila mengamuk ketika anda memaksa anak-anak untuk menjaga tingkah laku mereka? Itu karena anda tidak ingin teman-teman anda berkata bahwa anda adalah orang tua yang buruk.

Penyakit yang paling umum dari relasi adalah mengoreksi. Istri ingin memperbaiki suami. Suami ingin memperbaiki istri. Orang tua ingin memperbaiki anak. Anak ingin memperbaiki orang tua. Saat anda percaya bahwa kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan anda tergantung pada memperbaiki perilaku orang lain, relasi menjadi terkutuk

Mengapa kita mencoba memperbaiki orang lain? Karena kita telah termakan kebohongan yang mengatakan bahwa kinerja orang lain akan memenuhi kebutuhan terdalam saya.

Jika anda ingin relasi yang bahagia dan sehat, anda perlu tahu perbedaan antara deskripsi pekerjaan anda dan deskripsi pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Tuhan adalah memperbaiki orang-orang. Pekerjaan anda adalah mencintai orang-orang.

Tuhan tidaklah kejam untuk membuat kebahagiaan anda tergantung pada sesuatu yang tidak dapat anda lakukan. Anda tidak dapat memperbaiki orang-orang. Itu bukan deskripsi pekerjaan anda. Anda tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki orang-orang.

Hanya Tuhan yang memiliki kemampuan tersebut. Kebahagiaan anda hanya tergantung pada satu hal: kasih Tuhan.

Kristianitas adalah tentang satu hal. Semuanya tentang relasi. Yang lainnya dirancang untuk memperkuat relasi anda dengan cara belajar Alkitab, Misa, pengajaran dokrin, dan pertemuan doa. Jika hal-hal tersebut tidak memperkuat relasi anda, artinya ada sesuatu yang sangat salah.

Kedewasaan beragama harus dilakukan dengan aturan-aturan. Kedewasaan rohani harus dilakukan dengan relasi.

Pikirkan tentang hal itu. Bahkan Tuhan adalah sebuah relasi. Bapa mencintai Putra dan Putra mencintai Bapa, dan cinta antara Bapa dan Putra adalah Roh Kudus. Dia ingin anda menjadi bagian dari relasi yang indah itu.

Tangki cinta yang kosong

Tuhan menciptakan sebuah tangki cinta dalam diri anda. Apakah tangki cinta tersebut kosong? Atau penuh? Atau setengah penuh?

Tuhan merancang Mama dan Papa untuk memenuhi tangki cinta anak-anak mereka dengan menghabiskan waktu bersama mereka dan mencintai mereka tanpa syarat, mereka akan mencintai anda kembali. Ini adalah kunci yang paling penting untuk sebuah relasi yang hebat.

Peran orang tua yang paling penting adalah memimpin anak-anaknya kepada Tuhan, menunjukkan bahwa Tuhanlah sumber utama dari cinta. Jadi, anda seharusnya beralih dari cinta manusia menuju cinta ilahi.

Banyak orang tidak pernah mengalami dua tahapan ini:

1. Tidak menerima cinta orang tua mereka

2. Orang tua mereka tidak pernah memimpin mereka untuk melakukan peralihan spiritual yang penting ini. Tidak seorang pun mengajarkan mereka untuk berhenti mencari cinta manusia demi memenuhi kebutuhan terdalam mereka. Tidak seorang pun mengajarkan mereka untuk mulai mencari cinta ilahi.

Mengapa beberapa orang tua tidak melakukannya? Sebab tangki cinta mereka sendiri kosong. Mereka tidak mempunyai cinta untuk diberikan.

Keadaan tangki cinta anda menentukan keadaan relasi anda. 90% masalah orang-orang hari ini – emosional, rohani, relasi, keuangan, profesional – semuanya berakar dari tangki cinta mereka yang kosong. 

Itulah sebabnya, mengapa ada banyak orang dewasa yang masih bertingkah laku seperti anak-anak. Mereka membuat keputusan-keputusan yang tidak dewasa. Mereka menumpahkan kemarahan. Mereka tidak sabar. Mereka egois.

Tangki cinta yang kosong menyebabkan ribuan masalah

1.Tangki cinta yang kosong menjadikan anda seorang yang selalu membutuhkan perhatian

Suami Sarah, Briggs, adalah seorang yang kejam dan brutal. Suatu hari, Briggs ingin membeli sebuah jam mahal. Ketika ia mengatakan pada Sarah tentang hal ini, Sarah berkata: “Jika kamu membeli jam tersebut, bagaimana kita akan membayar uang kuliah anak-anak bulan Juni ini?” 

Segera saja, Briggs melayangkan pukulannya dan bergegas keluar ruangan. Dan sepanjang sisa hari itu, ia marah pada istrinya.

Hari itu, saudara perempuan Sarah datang berkunjung dan melihat semua adegan yang terjadi. Ia berkata kepada Sarah: “Suamimu adalah seorang yang kejam dan brutal. Dia tidak punya hak untuk memperlakukanmu seperti ini!” 

Tetapi Sarah berkata: “Oh, ini adalah kesalahanku. Aku seharusnya memilih kata-kataku. Itulah sebabnya dia marah padaku. Jangan kuatir, dia akan menjadi lebih baik besok.”

Sarah adalah seorang yang selalu membutuhkan perhatian. Tangki cintanya kosong. Dia tidak sadar bahwa dirinya terjeratdalam relasi. Dia menjadi seorang yang suka menyenangkan orang lain, mengizinkan orang lain memperlakukan dirinya dengan buruk, menyangkal untuk mengakui ketika orang lain sedang menyakitinya.

2. Tangki cinta yang kosong menjadikan anda seorang pemarah. Kemarahan yang terpendam menyebabkan permusuhan, sikap tidak ramah, cepat tersinggung, suka berdebat, suka mengkritik orang lain

Atau kadangkala, mereka tertutup terhadap semua orang. Mereka menjaga jarak dengan setiap orang. Mengapa? Karena mereka berpikirlebih baik menolak orang lain terlebih dahulu sebelum mereka ditolak”.

Inilah kenyataannya: menjadi seorang yang selalu membutuhkan perhatian dan menjadi seorang yang pemarah adalah cara yang salah dalam memenuhi tangki cinta anda. Cara tersebut tidak akan pernah berhasil.

Apakah anda ingin memiliki relasi yang lebih berbahagia? Inilah kuncinya: jangan mencari dari orang lain. Anda harus menghentikan pemujaan berhala dan mulai mencari Tuhan. hanya Dia yang dapat memuaskan kerinduan terdalam dari jiwa anda.

Ketika tangki cinta anda kosong, anda memasuki sebuah relasi dengan kebutuhan dan kepahitan. Ketika tangki cinta anda penuh, anda memasuki sebuah relasi dengan kebahagiaan dan kebaikan.

Pemujaan berhala

Mengapa sebuah relasi terkutuk? Karena relasi itu sudah menjadi pemujaan berhala. Pemujaan berhala adalah menyembah allah lain (uang, mobil, perhiasan dll).

Ada seorang yang sangat mencintai mobilnya. Suatu hari, ketika ia membuka pintu mobilnya, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari belakang, merusak pintu mobilnya bersamaan dengan seluruh lengan kirinya.

Dia mulai menangisi mobil kesayangannya, sambil berkata: “Pintu mobilku hilang! Pintu mobilku hilang!” Seseorang yang berdiri di dekatnya melihatnya dan berkata: “Lupakanlah pintu mobilmu. Lenganmu hilang!” Ia melihat di mana lengannya berada dan hanya bisa melihat bahunya. Kemudian dia menangis: “Jamku hilang, jamku hilang!”

Ada jenis dari pemujaan berhala yang tidak diketahui banyak orang: ketika anda mencari dari orang lain sesuatu yang hanya bisa diberikan oleh Tuhan (kebahagiaan, kedamaian batin). 

Apakah anda frustasi dengan relasi anda? Jika ya tanyalah diri anda: apakah ini karena pemujaan berhala? Firman Tuhan berkata: “Orang-orang yang mengikuti allah lain akan bertambah besar kesedihannya.” (Mzm 16:4).

Penyembahan berhala dan paradigma perbuatan selalu bersama-sama

Paradigma adalah cara pandang anda terhadap sesuatu. Orang-orang dengan “paradigma perbuatanakan selalu memasuki relasi dengan syarat

Jika anda mengikuti paradigma perbuatan tersebut, anda tidak mencintai orang lain berdasarkan diri mereka; anda mencintai orang lain berdasarkan apa yang mereka perbuat.

Kenyataannya, orang-orang dengan paradigma perbuatan melihat diri mereka sendiri dengan cara yang sama. Mereka tidak mencintai diri mereka sendiri. Mereka tidak menyukai diri mereka sendiri. Mereka tidak merayakan keberadaan mereka. Mereka tidak menerima siapa diri mereka. Mereka tidak menghormati keberadaan mereka. Mengapa? Mereka hanya akan mencintai diri mereka, menyukai diri mereka, menerima diri mereka, merayakan diri mereka, jika mereka berhasil melakukan sesuatu.

Dari mana mereka mendapatkan paradigma perbuatan ini? dari keluarga asal mereka. Akar dari hal ini adalah pemujaan berhala. Karena anda menggantungkan pada anak anda harga diri, identias dan kebahagiaan anda, anda ingin mereka berprestasi. Anda paksa mereka untuk berprestasi, karena bagi anda, ini adalah masalah hidup dan mati.

Sebagian besar kita tinggal di rumah dimana pesan utama yang disiarkan pada kita 24 jam sehari adalah paradigma perbuatan. 

Inilah daftar pesan tersembunyi, yang tidak diucapkan oleh keluarga kita:

- “Saya akan mencintai kamu hanya jika kamu baik, patuh, penuh hormat, pergi ke Gereja ... ketika kamu berbagi mainanmu, tidak memilih untuk bertengkar, dsb.”

- “Saya akan mencintai kamu hanya jika kamu menyelesaikan pendidikanmu dengan IP ...”

- “Saya akan mencintaimu hanya jika kamu menjadi seorang dokter seperti saya.”

- “Saya akan mencintaimu hanya jika kamu tidak menikahi pria yang tidak pantas kamu sebut ‘pacar’ itu dan menikah dengan seseorang yang lebih baik darinya.”

Anda seharusnya mencintai mereka semata-mata karena mereka adalah anak-anak anda. Dan alasan yang lebih besar? Mereka adalah anak-anak Tuhan!

Ketika anak-anak gagal dalam melakukan sesuatu, ketika “tuhan” kita tidak memberi sesuatu yang kita minta, tidak memenuhi ekspektasi kita, kita panik. Karena kebahagiaan terdalam kita tergantung pada mereka, kita kehilangan itu, kita merasa malu.

Ketika kita merasa malu, kita memiliki kecenderungan untuk mempermalukan mereka yang menyebabkan rasa malu kita.

Banyak orang tua, dalam usaha mereka untuk memperbaiki anak-anak mereka, mempermalukan mereka. Pernyataan di bawah ini kejam. Ini sebenarnya adalah sebuah kutukan yang mengerikan.

- “Ya ampun, kamu seharusnya malu terhadap dirimu sendiri!” - “Mengapa kamu tidak seperti sepupumu, Justin? Dia seorang murid yang berprestasi ...”

- “Kamu memiliki tingkah laku yang buruk. Mama tidak tahu dari mana kamu mewarisi itu! Papamu dan mamamu selalu patuh pada orang tua kami!” 

» pesan tersembunyi orang tua tersebut: “Mama merasa malu terhadap kamu. Mama tidak tahu dari mana kamu berasal. Kamu bukan bagian dari keluarga ini.”

Rasa malu mengakibatkan anda mempermalukan

Bayangkan peristiwa ini. anda berada dalam sebuah toko serba ada dengan anak laki-laki anda yang berumur tiga tahun. Dia ingin membeli sebuah coklat batang yang besar. Anda mengatakan tidak.

Dengan segera, si pemarah kecil menumpahkan kemarahannya. Di atas ubin toko serba ada, dia menjatuhkan diri dan menjerit sekencang-kencangnya, tangan dan kakinya memukul.

Para pembeli lain menatap anda. Anda benar-benar merasa dipermalukan, dihina. Jadi, apa yang anda lakukan? Anda memilih mengambil kendali. Anda mempermalukan anak anda dengan berteriak: “Hentikan! Hentikan! Hentiiiiikan itu sekarang! 

Strategis praktis untuk ledakan amarah anak anda, tidak perlu berteriak atau menjerit. Saat anak menumpahkan kemarahan, pergilah beberapa meter saja tanpa berkata apa pun, pesan anda untuknya: “Menumpahkan kemarahan tidak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, baik perhatian saya maupun coklat batangan.”

Jika anda berjalan pergi, 99% saat itu juga, anak usia tiga tahun tersebut akan berlari mengejar anda. Dia mungkin masih akan menangis dan berteriak, tetapi anda hanya butuh berbalik, menatapnya dan dengan sangat tenang berkata: “Mama akan berbicara denganmu ketika kamu tidak marah-marah lagi.” Ketika dia tenang dan menjadi sopan, itulah saat anda memberikannya sebuah pelukan.

Setiap orang ingin mengendalikan orang lain. Mengendalikan orang lain menjadi sebuah kecanduan. Kita menginginkan hal itu. Kita lapar untuk itu. Mengapa? Bagi banyak orang, mengendalikan orang lain adalah satu-satunya cara untuk memuaskan kerinduan terdalam hati mereka. Mereka terluka. 

Satu-satunya penyelamatan yang mereka tahu untuk menyembuhkan luka mereka adalah mengendalikan orang lain untuk memberikan apa yang mereka inginkan.

Mereka akan mengendalikan orang lain melalui kemarahan atau intimidasi atau rasa malu atau manipulasi atau dengan menyenangkan orang lain.

Jika anda menginginkan relasi yang penuh rahmat, kendalikan diri anda, tunduklah pada yang lain. Hanya orang yang kuat yang dapat melepaskan dan membiarkan Tuhan bekerja.

Hanya orang yang kuat yang dapat tunduk

Jika bahasa dari orang yang lemah adalah kendali, bahasa dari orang yang kuat adalah tunduk. Tunduk adalah bahasa cinta.

Pertama, tunduklah pada Tuhan. Anda tunduk pada Tuhan dan menemukan pemenuhan anda yang lengkap dalam cinta-Nya. Anda tidak membutuhkan orang lain untuk bertingkah laku dalam cara tertentu untuk membuat anda bahagia. Anda sudah lengkap.

Yang kedua, tunduklah pada yang lain. Ini sangat sulit dipahami. Hanya orang yang kuat yang dapat tunduk pada orang lain.

Cinta tak bersyarat ampuh

Waktu terbaik untuk menunjukkan pada mereka cinta tak bersyarat adalah ketika mereka mengecewakan anda, ketika mereka melakukan kesalahan, ketika mereka membuat kekacauan.

Ketika anak anda gagal, saat itulah kesempatan indah yang Tuhan berikan untuk menunjukkan cinta tak bersyarat anda.

Katakanlah anak anda gagal dalam matematika. Biasanya, orang tua cerewet dan mengomel: “Tidakkah kamu tahu betapa kerasnya papa bekerja untuk membayar uang kuliahmu? Kamu tidak berpikir tentang uang yang habis karena kemalasanmu. Itulah yang kamu dapatkan untuk bermain video games sepanjang hari!”

Mempermalukan tidak ada gunanya. Pekerjaan anda adalah mencintai anak anda tanpa syarat. 

Agenda pertama dari cinta tak bersyarat bukanlah berbicara melainkan mendengarkan. Duduk, kesampingkan laporan yang gagal tersebut, tataplah mata anak anda, peganglah tangannya dan katakan: “Mama di sini untuk kamu. Mama mencintaimu. Barangkali mama bisa menolong kamu? Apakah ada masalah yang ingin kamu katakan?”

Kemudian dengarkan sungguh-sungguh. Jangan mendengar untuk merespon. Dengarkan untuk mengerti. Perhatikan bahasa tubuhnya, apakah ada pesan tersembunyi. Pahamilah yang tersirat.

Agenda kedua adalah mengekspresikan cinta dan percaya: “Anakku, mama mencintaimu. Mama akan selalu mencintaimu. Tidak peduli apa pun juga, mama akan selalu ada untukmu. Mama percaya padamu. Kamu adalah anak laki-laki yang sangat cerdas. Mama tahu kamu mampu untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.”

Ketika anak anda tidak lagi menjadi “tuhan” dan kebahagiaan anda tidak lagi tergantung pada mereka melainkan pada Tuhan sendiri, itulah satu-satunya saat di mana anda bisa sungguh-sungguh menikmati mereka tanpa mengoreksi mereka setiap lima menit.

Jadi, anda tidak perlu mengoreksi anak anda untuk setiap hal kecil. Sebagai gantinya, dia mengoreksi diri sendiri. Mengapa? Karena dia otomatis berpikir tentang cinta anda untuknya. Dia berpikir: “Mama mencintai aku. Bagaimana tingkah lakuku mempengaruhinya?” (jika dia melakukan ini, maka transformasi hati telah terjadi).

Pergilah kepada kasih Tuhan hari ini

Sungguh luar biasa ketika orang-orang mencintai anda. Nikmatilah selagi ada kesempatan untuk itu. Tetapi mereka tidak akan pernah memenuhi kebutuhan anda yang paling dalam.

Ada sebuah lubang berbentuk Tuhan dalam hati anda. Tidak ada seorang manusia pun yang cocok dengan lubang itu. Bukan suami atau istri anda, bukan sahabat terbaik anda, bukan pemimpin anda, bahkan bukan ayah atau ibu anda. Hanya Tuhan yang bisa memuaskan jiwa anda. Hanya Tuhan yang bisa memenuhi kebutuhan terdalam anda.

Jangan sandarkan harga diri anda pada cinta siapa pun. Jangan sandarkan identitas dan kebahagiaan dan kedamaian anda pada cinta manusia lain. Karena cinta manusia akan cepat berlalu, cinta manusia tidak stabil. Cinta manusia hari ini di sini, tetapi besok pergi.

Setiap orang akan mengecewakan anda. Orang tua akan mengecewakan anda. Pemimpin anda akan mengecewakan anda. Mentor anda akan mengecewakan anda. Teman-teman akan mengecewakan anda. Pasangan anda akan mengecewakan anda. Anak-anak anda akan mengecewakan anda.

Suatu hari anak anda akan meninggalkan rumah anda dan menjalani kehidupan mereka sendiri. Anda akan merasa terluka karena anda ingin mereka mengunjungi anda, tetapi mereka tidak bisa, karena mereka mendahulukan anak-anak mereka. Inilah kenyataan hidup yang lain, orang-orang meninggal.

Hanya kasih Tuhan yang tidak pernah mati. Hanya Tuhan yang akan mencintai anda sampai kekekalan. Hentikanlah penyembahan berhala. Berhenti mencari kebahagiaan anda dari orang lain.

Pergilah pada Yesus. Dia mencintai anda dengan cinta yang berkelimpahan. Dia menerima anda tanpa syarat, mencintai anda tanpa syarat.

Dia tidak berkata: “Kamu harus menjadi baik sebelum Aku mencintai kamu.” Dia berkata: “Sebelum kamu menjadi baik. Aku sudah mencintaimu. Karena Aku mencintaimu, kebaikanmu akan muncul lebih banyak lagi.” Biarkan Tuhan mengisi tangki cinta anda hari ini.

Marilah kita belajar dari Efesus 5:22-33; 6:1-4

[22-24] Hai isteri, (2) tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 

karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

[25-27] Hai suami, (1) kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

» (1) ini adalah sebuah pemikiran yang berdarah dingin, menegakkan bulu roma, dan mengerikan. Karena Yesus mati untuk Gereja! Hai, itu tidak adil. 

Para wanita diperintahkan untuk tunduk. Tetapi para pria diperintahkan untuk mati. Namun itulah kebenaran. Pernikahan tidak akan berjalan hingga seorang laki-laki mati. Ingat! Orang mati tidak menginginkan apa-apa. Membuat istri bahagia adalah kebahagiaan suami. Akhirnya istri juga ingin membahagiakan suaminya. 

(2) Penundukkan istri anda kepada anda hanyalah sebagai respon atas kematian anda. Ketaatannya haruslah sukarela, tanpa diminta, spontan, tanpa diperintah.

Menundukkan diri berarti pergi menuju salib. (tidak meributkan hal-hal kecil, mengeluh, mengomel panjang lebar, tidak mengatakan hal-hal yang menjatuhkan, belajar untuk memuji).

[28-31] Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 

» Ada banyak para suami yang suka memberikan uang, hadiah. Akan tetapi mereka tidak memberikan diri mereka pada istri mereka. Istri anda tidak menginginkan barang-barang. Dia menginginkan anda. Dia bukan wanita penghibur anda yang dapat anda bayar. Dia membutuhkan hati anda, pemikiran anda, pembicaraan anda, waktu anda, sentuhan anda, kelembutan anda, keuletan anda, dan totalitas anda.

[32-33] Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

» Kunci dari sebuah pernikahan yang penuh rahmat adalah “kendalikan dirimu, tunduklah pada yang lain”. Tuhan memanggil kita untuk saling menundukkan diri, tunduklah satu sama lain sebagai penghormatan bagi Kristus (Bdk. Ef 5:19-21). 

Ingat pesan yang ditemukan dalam Kejadian 1:26-27. Tuhan menjadikan kita menurut gambar dan rupa-Nya. Karena hal ini, kita dapat mendominasi dunia binatang. Tetapi anda tidak pernah dapat mendominasi seorang yang serupa dengan Tuhan. Anda tidak pernah dapat mendominasi manusia lain karena anda tidak pernah dapat mendominasi Tuhan.

Sebuah pernikahan yang berdasarkan pada aturan bukanlah sebuah pernikahan. Itu bukanlah cinta, itu adalah hukum. Itu bukanlah komitmen perkawinan, itu adalah sebuah kesepakatan bisnis. Itu bukanlah perjanjian hati, itu adalah sebuah kontrak murahan.

[6:1-3] Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. 

» ketika anda masih kecil, orang tua anda sempurna setidaknya menurut anda. Tetapi ketika memasuki masa remaja, gambaran sempurna itu perlahan-lahan hilang. Tiba-tiba anda melihat kesalahan mereka, kekurangan mereka, kelemahan mereka (kemarahan, menjadi histeris dan mengingat-ingat kesalahan masa lalu).

Ketika anda semakin dewasa, mungkin ada saat-saat anda tidak dapat mematuhi orang tua anda, tetapi anda harus menghormati mereka.

Di sinilah kuncinya: anda harus menunjukkan rasa hormat lewat perkataan anda, lewat sikap anda. Ketika anda melakukannya, hidup anda akan diberkati.

[4] Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. 

» bagaimana orang tua tunduk pada anak-anak mereka? Bagaimana mereka pergi pada salib? Itu tidak mudah. Karena otoritas dan kemarahan berjalan bersama, mereka seperti kembar. Orang-orang yang memiliki otoritas sering marah dan orang-orang yang berada di bawah otoritas menjadi marah juga kepada mereka yang memegang otoritas. 

Apa yang anda tabur, itu yang anda tuai. Anda menabur kemarahan, anda menuai kemarahan. Anda menabur kesabaran, anda menuai kesabaran.

Pengendalian diri adalah dasar membesarkan anak yang dipenuhi rahmat. Membimbing anak-anak anda akan sepuluh kali lebih sulit jika mereka terprovokasi untuk marah. Mengapa? Sebab kemarahan adalah sebuah emosi yang kuat, dia meliputi emosi lain dari cinta, kepercayaan, rasa syukur, kehormatan, kelembutan ...

Kemarahan dapat menyebabkan anak-anak anda tidak lagi merasakan emosi yang lembut terhadap anda, padahal emosi tersebut sangat penting dalam membangun kedekatan relasi. Jadi di dalam perasaan yang sangat penting ini, orang tua dan anak-anak saling tunduk satu sama lain.

Jangan salah sangka. Orang tua perlu memegang kepemimpinan. Anak-anak anda perlu tahu siapa yang memegang kepemimpinan di rumah. Namun anda tidak perlu berteriak, menjerit atau mempermalukan anak-anak anda. Berteriak, menjerit atau mempermalukan mereka tidak akan pernah mengubah hati mereka. Hal itu berlaku untuk semua relasi kita.

(Sumber: Warta KPI TL No.144/IV/2017 » Is your love tank empty?, Bo Sanchez).

Sabtu, 22 April 2017

08.04 -

Manfaat membaca Alkitab



Seorang Kakek hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky (Amerika) dengan cucu lelakinya yg masih muda. 

Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Alkitab di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.

Suatu hari sang cucu bertanya: " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Alkitab seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupa secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Alkitab?" 

Dengan tenang sang Kakek mengambil keranjang tempat arang, memutar sambil melubangi keranjangnya ia menjawab: "Bawa keranjang ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air."

Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. 

Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk dicoba lagi. 

Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dilubangi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. 

Kakek berkata: "Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup." 

Maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu.

Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. 

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi.

Sambil terengah-engah ia berkata: " Lihat Kek, percuma!" "Jadi kamu pikir percuma?" Jawab kakek. 

Kakek berkata: "Lihatlah keranjangnya." Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. 

Keranjang itu telah berubah dari keranjang arang yang tua kotor dan kini bersih luar dalam.

"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Alkitab. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya lagi, kamu akan berubah, luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita."

Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119: 9, 105).

(Sumber: Warta KPI TL No. 176/XII/2019).

Jumat, 21 April 2017

18.52 -

Tuhan memprioritaskan relasi

Apa yang membuat anda menang dalam hidup Kristiani? 

Sebagai orang-orang Kristiani, kita bingung. Karena kita memiliki kecenderungan untuk membuat rumit apa yang sudah Tuhan buat sederhana.

Mengapa? Karena kita suka memberikan kesan baik kepada orang-orang tentang diri kita. Karena hal-hal rumit yang kita lakukan, kita jadi seperti pasukan elit milik Tuhan. Contoh: kami berpuasa, kamu tidak. Kami hafal Alkitab, kamu tidak.

Bingung dengan “kemenangan” dari hidup Kristiani.

Seperti apakah seorang yang kudus? Seorang yang berdoa Rosario setiap hari, membaca dan merenungkan Alkitab setiap hari.

Kelompok-kelompok religius melakukan hal ini setiap saat untuk membuat mereka merasa bahwa mereka lebih baik dari orang Kristen lain yang kurang berkomitmen di sekitar mereka.


Beberapa orang religius adalah orang-orang yang paling suka menghakimi, mengkritik, membenarkan diri, menghukum, arogan, manipulatif, dan menjijikkan. Mereka melakukan semua yang benar dengan cara yang salah. Karena mereka merasa sangat kudus dan sempurna, mereka melihat setiap orang sebagai orang yang tidak komitmen, tidak disiplin, tidak dewasa, memikirkan jasmani, kedagingan, dan tercemari oleh dunia.

Hal pertama yang dikatakan Tuhan pada anda adalah: “Aku tidak menghukummu. Aku mencintaimu. Aku menerima kamu apa adanya. Kamu mungkin merasa seperti sampah saat ini. walaupun demikian, Aku tidak menghukummu. Jika kamu menerima cinta-Ku dan masuk ke dalam sebuah relasi dengan-Ku, Aku akan menolongmu untuk tidak melanggar aturan lagi. Karena cinta-Ku untukmu, kamu dapat mengatasi dosa dalam hidupmu.”

Aku pun (1) tidak menghukum engkau. Pergilah, dan (2) jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” - Yoh 8::11).

Tuhan ingin punya sebuah relasi dengan anda. Setiap relasi memiliki aturan-aturan dasar, namun itu bukanlah kekuatan relasi. Tuhan ingin anda mencintai-Nya bukan karena anda takut dicampakkan ke neraka. Tetapi Tuhan ingin anda mencintai-Nya karena Dia mencintai anda terlebih dahulu (1 Yoh 4:19).

Tuhan memprioritaskan relasi anda dengan-Nya lebih penting daripada seluruh aturan. Tuhan ingin mencurahkan cinta-Nya ke dalam tangki cinta anda. Tuhan begitu mencintai anda. Dia menciptakan anda indah. Tidak hanya indah. Tuhan begitu mencintai anda, Dia menciptakan anda serupa dengan-Nya. 

Ketika Tuhan melihat anda, Dia tersenyum dan berkata: “Kamu serupa dengan Aku. Kamu mencintai seperti Aku. Kamu sabar seperti Aku. Kamu mengampuni seperti Aku.”

Namun, kaum religius telah membalikkan urutan dari kedua kata-kata ini. mereka berkotbah: “Jangan berbuat dosa lagi ... Tuhan tidak akan menghukum engkau.”

18.33 -

Dalam bisnis, apa itu kemenangan?

Beberapa orang berpikir kemenangan dalam bisnis adalah keuntungan. Jika sebuah perusahaan menjadikan keuntungan sebagai kemenangan nomer satu, perusahaan itu tidak akan berlangsung lama. Dia akan sukses untuk sementara, bahkan untuk beberapa puluh tahun, namun tidak dalam jangka panjang, perusahaan itu akan tutup.


Kemenangan dalam bisnis adalah mencintai pelanggan anda. Ketika anda melakukan hal itu, anda mengubah pelanggan anda menjadi penggemar setia anda yang akan memuji dan mengiklankan bisnis anda tanpa diminta. 

Mereka akan mengatakan kepada orang lain mengenai produk anda – pemasaran terbaik di dunia. Mereka bersedia membayar harga yang lebih tinggi, meningkatkan keuntungan anda. Mereka akan memaafkan anda jika kadang-kadang anda berbuat salah. Dengan kata lain, cintai pelanggan anda dan mereka akan mencintai anda kembali.

Rabu, 12 April 2017

21.51 -

Akibat dari dehidrasi




Tak pernah terbayang oleh Grace Santoso (44) bahwa suaminya, Dekson Pranatio (46) yang dulu begitu bugar, penuh energi, dan sangat mencintai olahraga itu kini perlu bantuan orang lain untuk menggerakkan tubuhnya. 

Insiden saat mengikuti acara lari half marathon tahun lalu mengubah banyak hal di hidup mereka. Sambil menahan emosi karena mengingat insiden itu, Grace menceritakannya kepada femina.

Seperti Hutan yang Terbakar Habis

Dekson sudah lama menyukai olahraga. Hampir tiap hari ia berolahraga, bahkan bisa dua kali dalam sehari. Ia ikut klub tenis, gym, lari, dan juga yoga. Saya juga suka berolahraga, tapi saya memilih pilates dan yoga. Dulu, ia juga sempat menggemari olahraga motocross.

Sejak tahun lalu, ia bersemangat mengikuti berbagai lomba lari yang booming di Jakarta. Apalagi, teman-teman bermain tenisnya juga ikut menggemari olahraga lari. 

Saya malah merasa aman saat ia menekuni lari, ketimbang saat ia suka motocross yang membuatnya sering beraksi di medan yang berbahaya.

Tak hanya suka berolahraga, ia juga menerapkan gaya hidup sehat dan menjaga pola makan dengan menghindari gorengan dan junkfood. Di antara teman-temannya, Dekson pun selalu berusaha menularkan gaya hidup sehat. Ia juga mengajari saya mengenai postur dan cara berjalan yang benar. Ia memang senang berbagi ilmu.

Di waktu luang, ia selalu membaca buku-buku tentang kesehatan dan olahraga, termasuk tentang lari. Belakangan, ia serius mempelajari lari, dari teknik hingga nutrisi yang mendukung, sampai ikut coaching clinic lari. Ia bahkan sudah berencana ikut pelatihan Chi Running di Amerika.

Pengetahuan ini membuatnya tidak sembarangan berlari. Ia menggunakan alat pemantau denyut jantung yang dipasang di dada dan jam khusus yang memberi petunjuk atas kondisi tubuhnya saat berlari. Ia sadar, ia sudah tidak sekuat mereka yang berusia 20-an, sehingga harus berhati-hati.

Meski begitu, kemampuannya terus meningkat. Pada tahun 2014, ada sepuluh lomba lari yang ia ikuti. Bahkan, pada Oktober 2014 ia berhasil menyelesaikan half marathon pertamanya di ajang Jakarta Marathon.

Karena itu, tak ada kekhawatiran singgah di benak saat saya mengantarnya ke BSD, Tangerang, 23 November 2014 lalu, untuk mengikuti ajang Half Marathon. Sebelum matahari terbit, kami sudah berangkat dari rumah daerah Jakarta Pusat bersama teman-teman klub tenis Dekson.

Yang saya ingat, saat itu ia terlambat start karena agak sulit mencari lokasi parkir, lalu ia sempat kembali ke mobil untuk mengambil minuman elektrolit. 

Seperti biasa, Dekson sudah mempersiapkan minum, memasang jam dan alat pengukur jantungnya. Ia mengenakan sepatu lari abu-abu yang ia sebut his lucky shoes. Sayang, hari itu ia justru mengalami insiden terburuk dalam hidup.

Bersama teman, saya menunggu Dekson di garis finish. Saat itu, saya sempat melihat seorang pacer, pelari yang menjadi acuan kecepatan, pingsan saat mencapai garis finish. Saya juga mendengar ada seorang peserta yang ambruk 300 meter sebelum garis finish. Saya melihat ada orang berlari-lari membawa tabung oksigen.

Yang mengherankan, mereka membawanya menggunakan mobil polisi, bukan ambulans. Saat itu saya juga melihat ada kaki yang terjulur dari mobil polisi itu, tapi saya tidak melihat dengan jelas karena cukup jauh. Saya tidak menduga bahwa itu adalah suami saya.

Saya mulai cemas saat melihat teman Dekson yang selalu berlari lebih lambat dari suami saya mencapai finish. Saya bertanya kepada teman-temannya, tapi tidak ada yang melihat suami saya. 

Saya coba hubungi ponselnya, tapi tidak diangkat. Perasaan saya sudah tidak enak. Saat itulah saya mendapat telepon dari staf rumah sakit di BSD yang mengabarkan bahwa Dekson berada di rumah sakit. Saya pikir, mungkin Dekson hanya kelelahan karena hari itu memang cuaca sangat panas. Namun ternyata, yang saya hadapi sungguh di luar dugaan.

Sesampainya di rumah sakit, saya melihat suami saya sudah dalam keadaan tidak sadar di ruang ICU. Tubuhnya ditempeli alat-alat bantu. Dokter mencurigai ini serangan jantung. Karena, menurut rekaman jam dan alat pemantau jantung yang dikenakan Dekson, jantungnya sempat tidak berdenyut selama 15 menit. 

Bola matanya juga memutih, tidak memberi respons. Air seni Dekson kental berwarna merah darah. Dekson mengalami dehidrasi parah. Di kemudian hari saya membaca di media sosial, hari itu water stations yang seharusnya menyuplai air minum untuk peserta half marathon tersebut sangat kurang sehingga menyebabkan banyak pelari hampir pingsan atau cedera akibat dehidrasi.

Malam itu Dekson dirawat di BSD. Nyawanya berhasil selamat, tapi ia masih tidak sadar. Dokter bilang, mereka mencurigai bahwa ada masalah pada jantungnya dan berencana akan melakukan operasi untuk memasang ring atau bypass. Saya dan keluarga tidak sreg dengan rencana itu. Jadi, kami memutuskan membawa Dekson ke Singapura, tengah malam keesokan harinya.

Saat tiba di rumah sakit di Singapura, tim medis yang sudah menanti langsung menangani. Tubuh Dekson didinginkan. Menurut dokter yang menangani saat itu, semestinya kasus Dekson ditangani dengan infus dingin untuk mencegah kerusakan lebih parah. 

Selama di Singapura, Dekson masih koma sehingga harus dirawat di ICU selama 8 hari. Masalah yang perlu dikhawatirkan ternyata bukan di jantung, melainkan otak yang sempat tidak dialiri oksigen. Betul saja, dari hasil tes magnetic resonance imaging (MRI) yang dilakukan kemudian, dokter memastikan Dekson mengalami kerusakan otak.

Hasil MRI menunjukkan, hampir seluruh otak, kecuali batang otaknya, rusak. Menurut dokter, Dekson tetap akan bisa bernapas tanpa alat bantu, memberi refleks, dan membuka mata. Tapi selain itu, suami saya sudah tidak ada. Ibarat hutan, otaknya hangus terbakar hingga ke akar-akar dan tidak bisa beregenerasi.

Hancur rasanya hati saya saat mendengar dokter mengatakan bahwa kerusakan itu bersifat permanen. Dekson tidak akan pernah kembali seperti dulu. Itu sama saja dengan saya sudah kehilangan suami saya. Walau mengalami kerusakan otak, organ-organ tubuh lainnya, seperti jantung, paru-paru, hati, dan ginjal baik-baik saja. Dokter pun heran, menurut mereka mungkin ini karena kondisi fisik Dekson selama ini sangat bugar.

Sungguh menyedihkan, saat berada di Singapura, saya melihat acara lari dengan sponsor yang sama digelar. Sungguh iri saya melihat kesiapan panitia di sana, seperti water stations dan ambulans yang terlihat siaga di mana-mana. Saya berpikir, seandainya saja persiapan serupa dilakukan panitia acara lari di Jakarta, mungkin suami saya tidak akan sampai sakit separah itu.

Setelah dua minggu dirawat, dokter mempersilakan saya membawanya pulang karena secara medis tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Menjelang kepulangan Dekson, kami harus mempersiapkan mental anak-anak dan ruangan di rumah untuk merawatnya. Kami juga segera mencari perawat khusus ICU karena ia kini harus makan lewat lubang yang dibuat langsung menuju lambungnya.

Ia juga tak bisa menelan sehingga lehernya dilubangi untuk menyalurkan dahak. Karena tidak bergerak, paru-parunya juga mengalami penurunan kekuatan sehingga Dekson rentan terkena infeksi, sehingga kamar yang ia tempati harus selalu dalam keadaan steril.

Waspada Pneumonia

Kalau dulu lima hari dalam seminggu Dekson berolahraga, kini 5 kali dalam seminggu ia perlu bantuan terapis untuk menggerakkan otot-otot tubuhnya agar tidak kaku. 

Jika dulu Dekson memiliki sederet sepatu olahraga, kini ia harus mengenakan sepatu khusus untuk mencegah kakinya bengkok akibat tak digerakkan.

Saya mencari pendapat dari pakar-pakar di sini, namun semua mengatakan hal yang sama. Walaupun dokter-dokter mengatakan sudah tidak ada harapan bagi Dekson, saya tidak mau menyerah begitu saja. Tiap ada saran dari teman atau keluarga untuk mencoba terapi ini-itu, saya akan coba. Kami juga setuju untuk mencoba obat eksperimen dari Singapura.

Untuk memantau kesehatannya, tiap minggu ada dokter yang memeriksanya di rumah. Tiga kali seminggu Dekson juga melakukan terapi akupunktur dan 2 kali seminggu mengikuti speech therapy untuk melatihnya agar bisa menelan. Saya pikir, tidak ada salahnya mencoba berbagai cara untuk memperbaiki kondisinya.

Tiap hari, kami selalu berusaha mengajak Dekson mengobrol. Meskipun ia tidak bisa menanggapi, saya berharap dengan mengajaknya berkomunikasi akan ada perkembangan pada otaknya. 

Sesekali, kami juga mengajaknya berjalan-jalan, seperti ke taman, kantor digital printing miliknya, atau lapangan tenis. Raket tenis sengaja saya letakkan di dekat tempat tidurnya, untuk membangkitkan ingatannya.

Kami memang berusaha mensyukuri tiap perkembangan yang terjadi. Saat dibawa pulang dari Singapura, matanya belum bisa melihat dan bereaksi menutup atau membuka. Lalu, mata dan kepalanya hanya bisa melihat ke arah kiri. Kini, mata dan kepalanya sudah bisa mengikuti gerakan dari kiri ke kanan, walaupun sangat pelan. Saya terus berdoa agar ada mukjizat bagi kesembuhannya.

Menurut dokter saraf yang merawatnya, hal terpenting yang harus kami lakukan bagi Dekson kini adalah menjaganya agar tidak terserang pneumonia, radang akut pada jaringan paru-paru akibat infeksi kuman, yang menyebabkan gangguan paru-paru dan pernapasan. Kata dokter, biasanya gangguan kesehatan ini yang membuat penderita koma ’kalah’.

Ujian pertama sudah kami alami. Beberapa waktu lalu, Dekson mengalami demam terus-menerus. Kami beri panadol, namun demamnya tidak kunjung turun. Akhirnya, kami melakukan pemeriksaan darah. Ternyata, Deskon mengalami infeksi kuman pneumonia.

Karena selama ini tubuh Dekson telah menerima berbagai antibiotik, kuman di tubuhnya menjadi resisten. Kami terpaksa menggunakan obat yang sangat kuat dan luar biasa juga harganya untuk melawan kuman pneumonia itu. Syukurlah, akhirnya ia sembuh.

Berusaha Tegar

Bukan hanya Dekson yang berusaha sembuh, saya juga masih berupaya memulihkan mental saya yang jatuh. Dua bulan setelah kejadian itu, hidup saya terfokus pada Dekson, pria yang telah saya kenal selama 25 tahun. Sepanjang waktu saya berada di sisinya. Saya kehilangan nafsu makan dan tidak bisa tidur. Saya tidak bisa memikirkan hal lain.

Saya juga menutup diri dari dunia luar. Puji Tuhan, saya diberi kekuatan. Selama mengurusinya, saya tidak pernah sakit. Anak-anak, Gabriella (16) dan Nadira (14), adalah alasan saya untuk bangkit. 

Sesungguhnya ada rasa bersalah karena waktu saya untuk anak-anak kini sangat sedikit. Namun, saya merasa sangat beruntung dikaruniai anak-anak yang berhati kuat, meskipun saya tahu mereka pasti juga merasa sedih.

Hingga kini pun saya masih sulit tidur. Bahkan, terkadang saya harus dibantu obat agar bisa tidur dan merasa lebih tenang. Anak-anak yang pengertian bergantian menemani saya tidur karena saya sering emosional saat berada sendirian di kamar. 

Saya juga berusaha berdamai dengan keadaan lewat doa dan membaca buku-buku self help. Satu yang saya petik dari buku, untuk mencegah kekhawatiran berlebih, janganlah kita terlalu sering mengingat masa lalu dan terlalu memikiran masa depan. Ternyata, memang itu benar adanya.

Baru masuk mal atau resto yang dulu sering kami kunjungi atau menonton acara televisi yang biasa ditonton Dekson saja, pikiran saya langsung dipenuhi kenangan akan dirinya yang masih bugar. Saya bisa langsung menangis karena terbawa emosi.

Sebetulnya, dulu setelah half marathon itu kami berencana akan berlibur sekeluarga ke Amerika. Rupanya, Dekson sudah belanja online aneka perlengkapan olahraga, mulai dari sepatu olahraga hingga matras yoga, yang dikirimkan ke alamat saudara kami di Amerika. Semua itu saya minta diberikan kepada orang lain, saya tidak mau melihatnya.

Namun pelan-pelan, saya kembali berolahraga, walaupun tiap kali yoga, saya selalu teringat Dekson. Meski juga sempat merasa emosi tiap mendengar lomba-lomba lari, kini saya tidak membenci olahraga lari. Saya juga mendengar, tahun ini acara marathon yang diikuti Dekson itu tidak dilakukan di Indonesia, entah apa alasannya. 

Saya bersyukur Dekson bukan satu-satunya pencari nafkah. Sejak dulu saya memang bekerja mengurus usaha kuliner milik keluarga. Entah bagaimana jadinya jika keluarga besar dan teman-teman saya serta Dekson tidak membantu. Apalagi, pihak penyelenggara lomba lari yang pernah menengok dan melihat kondisi Dekson waktu itu, meski menawarkan bantuan keuangan, hingga kini tidak pernah merealisasikan tawaran tersebut.

Menjelang setahun setelah kejadian itu, kenangan mengerikan tentang kejadian yang menimpa Dekson kembali mengusik kami sekeluarga. Anak saya setengah emosi meminta saya untuk tidak diam, ia meminta saya mengabarkan kepada dunia tentang kondisi suami saya.

Akhirnya, saya menulis status di Facebook. Saya katakan, “Saya ingin orang-orang tetap mengingat Dekson Pranatio, pria dan ayah dari 2 anak perempuan, yang luar biasa kuat. Mengingat betapa ia sangat mencintai hidupnya, dan ternyata betapa rapuhnya hidup seseorang. Tragedi ini membawa dampak tidak hanya secara finansial, tapi juga mental bagi seluruh keluarga. 

Seperti halnya oksigen yang membuat paru-paru dan otak tetap berjalan, hidup kami masih berjalan karena kami masih memiliki harapan. Harapan membuat kami bisa menjalani hari demi hari, walaupun tidak ada canda tawa yang sama lagi

Kami sayang padamu dan akan terus bersamamu melalui perjalanan panjang ini, Dekson Pranatio. Kami akan menerimamu apa adanya sebagai seorang suami, ayah, anak, dan saudara pada saat kesadaranmu kembali lagi, bahkan jika kamu menjadi seseorang yang berbeda.”

Dulu, saya dan Dekson berencana akan pindah ke Bali saat anak-anak sudah lebih dewasa. Kami ingin berusaha agrobisnis di sana. Kini semua rencana itu musnah. Meski begitu, saya tidak terlalu merisaukannya. Saat ini, saya hanya berharap kami dapat bersama lebih lama.(f)