Selasa, 29 Desember 2015

1 Kor 2:1-5

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya

 

Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 9 Februari 2014: Hari Minggu Biasa V - Tahun A/II (Hijau)
Bacaan: Yes 58:7-10; Mzm 112:4-9; 1 Kor 2:1-5; Mat 5:13-16


1. Rahasia panggilan

Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Rohsupaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusiatetapi pada kekuatan Allah.

Renungan:

Injil adalah wahyu yang disampaikan dalam Yesus Kristus, bahwa Allah berbelas kasih kepada orang berdosa (Luk 15). Malaikat Tuhan nampak dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, Anak Daud ... Yesuslah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Mat 1:20-21) (KGK 1846).



Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman (Rm 1:16-17).



Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr 4:12).



Sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris (Ef 3:5-6).



Semua orang, yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah. Kita adalah anak-anak Allah, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah (Rm 8:14,17).



Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mrk 1:15).


Tuhan Yesus memberkati.

1 Raj 3:4-13

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya



Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu
.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Sabtu, 8 Februari 2014Hari Biasa Pekan IV - Tahun A/II (Hijau)
Bacaan: 1 Raj 3:4-13; Mzm 119:9-14; Mrk 6:30-34


1. Tuhanlah sumber kebijaksanaan


Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu."



Salomo berkata: "Aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. Berilah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara."



Berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, maka Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian. Dan juga apa yang tidak kauminta Aku akan berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemulian ... Aku akan memperpanjang umurmu."

Renungan:

Tuhanlah sumber kebijaksanaan. Awal kebijaksanaan adalah ketakutan akan Tuhan. Ketakutan akan Tuhan adalah kemuliaan dan kebanggaan, kesukaan dan puncak kegembiraan, menyegarkan hati, memberikan sukacita, keriangan dan umur panjang, akhirnya mendapat sejahtera, dan pada hari ajalnya dipuji (Sir 1:1-20).

Rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan (Kol 2:2-3). 

Di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan (Pkh 1:18).

Hikmat lahir dari kelemahlembutan dan ada pada orang yang rendah hati sehingga memelihara hidup pemiliknya. Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum. Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah (Yak 3:13; Ams 11:2; Pkh 7:12; Mzm 37:30-31).

Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya karena ini adalah kewajiban setiap orang (Pkh 11:13).

Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Ya Tuhan, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

Tuhan Yesus memberkati.


19.54 -

Mzm 18:31, 47, 50-51

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan OlehNya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
 (Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Jumat, 7 Februari 2014: Hari Biasa Pekan IV - Tahun A/II (Hijau)
Bacaan: Sir 47:2-11; Mzm 18:31, 47, 50-51; Mrk 6:14-29


1. Tuhan melihat hati

Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji Tuhan adalah murni; (2) Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya

Tuhan hidup! Terpujilah gunung batuku, dan mulialah Allah Penyelamatku,  Sebab itu aku mau (1) menyanyikan syukur bagi-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, dan aku mau menyanyikan mazmur bagi nama-Mu. Ia mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, dan menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya, yaitu Daud dan kepada anak cucunya untuk selamanya." 

Renungan:

(1) Dalam segala tindakannya Daud menghormati Tuhan, dan dengan kata yang luhur menghormati Yang Kudus, Yang Mahatinggi. Ia bernyanyi-nyanyi dengan segenap hati, dan mengasihi Penciptanya. 


Tuhan bersemayan di atas puji-pujian dan layak menerima puji-pujian sebab Dia telah menciptakan segala sesuatu (Mzm 22:4Why 4:11). 


Ada kuasa dalam pujian (Yos 6Kis 16:25-26).

Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu, gembira, jiwa gelisah dan tertekan (Mzm 34:2; Hab 3:17-18; Yak 5:13; Mzm 42).

(2) Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1 Sam 16:7).

Hati adalah pusat kita yang tersembunyi, yang tidak dapat dimengerti baik oleh akal budi kita maupun oleh orang lain. Hanya Roh Allah dapat menyelami dan mengetahuinya.

Dalam kedalaman cita-cita kita, hati adalah tempat keputusan. Ia adalah tempat kebenaran, di mana kita memilih antara hidup dan mati. Ia adalah tempat pertemuan karena kita hidup dalam hubungan dengan citra Allah. Hati adalah tempat perjanjian (KGK 2563).



Tuhan Yesus memberkati.

19.46 -

Mrk 6:7-13

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 6 Februari 2014: Pw St. Paulus Miki, Imam dkk, Martir - Tahun A/II (Merah)
Bacaan: 1 Raj 2:1-4,10-12; MT 1 Taw 29:10, 11ab, 11d-12a, 12bcd; Mrk 6:7-13; RUybs.

Minggu, 15 Juli 2018: Hari Minggu Biasa XV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Am 7:12-15; Mzm 85: 9ab, 10, 11-12, 13-14; Ef 1:3-14; Mrk 6:7-13

Kamis, 7 Februari 2019: Hari Biasa IV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Ibr 12:18-19, 21-24; Mzm 48:2-3a, 3b-4, 9, 10, 11; Mrk 6:7-13



Ia memanggil kedua belas murid itu dan (1) mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya (2) jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.

Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka."

Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.




Renungan



1. Berdua lebih baik dari pada seorang diri



(1) Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya. Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan (Pkh 4:9-12)



Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah-peraturan dan ketentuan-Nya, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya Tuhan menepati janji yang diucapkan-Nya.



Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada di dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya (Mzm 112). Orang Kristen adalah bendahara harta pusaka Tuhan (KGK 952; Bdk. Luk 16:1,3).



Tuhan Yesus memberkati.



2. Yang melakukan kehendak Allah tidak akan kekurangan


(1) Mengapa berdua-dua? Yesus sangat menyadari keterbatasan dan kelemahan para murid-Nya. Pergi berdua-dua mengandaikan mereka saling meneguhkan dan menguatkan, sekaligus hendak menegaskan bahwa yang disampaikan mereka sungguh-sungguh warta kebenaran.

(2) Wah, berat sekali! Masa mengadakan perjalanan jauh tidak boleh membawa bekal apa-apa dan hanya mengharapkan penyelenggaraan ilahi? Justru, yang membekali para murid ini adalah pribadi dan kuasa/rahmat Yesus sendiri, namun bentuknya berbeda.

Pertama, para murid dibekali dan diutus untuk membawa damai Kristus ke setiap rumah. Jika orang menerimanya pasti hatinya terketuk dan akan mempersilahkan mereka masuk.

Kedua, mereka dibekali kuasa untuk menyembuhkan. Biasanya, keluarga si sakit pasti akan menerima mereka sebagai saudara, walaupun para murid tidak menuntut imbalan,.

Dengan melarang para murid-Nya untuk membawa bekal, Yesus mengajarkan pada mereka untuk berani dan yakin bahwa siapa yang melakukan kehendak Allah tidak akan kekurangan, karena Allah Bapa mereka akan memelihara mereka.

Tuhan Yesus memberkati.




3. Dipilih dan diutus

(2) Penegasan Yesus kepada murid-Nya dalam persiapan misinya ini bukan karena barang-barang itu tidak perlu, melainkan kalau para murid disibukkan dengan uang, pakaian, dan barang lain maka perhatiannya tidak pada pelayanan dan misi tetapi pada apa yang melekat pada dirinya.

Berkat pembaptisan, setiap dari kita tidak hanya dikuduskan, melainkan dipilih dan diutus mengobarkan budaya kebenaran dalam semangat kenabian, untuk mewujudkan kekudusan hidup dalam semangat imamat dan membangun persekutuan sebagai citra Allah dalam semangat rajawi.

Tuntutan zaman ini membutuhkan para murid Yesus yang setia pada Sabda Allah yang terwujud dalam hidup yang konkret.


Tuhan Yesus memberkati.




19.40 -

2 Sam 24:2, 9-17

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya



Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Rabu, 5 Februari 2014Pw S Agata Perawan-Martir - Tahun A/II (Merah)
Bacaan: 2 Sam 24:2, 9-17; Mzm 32:1-2, 5, 6,7; Mrk 6:1-6; RUybs.



1. Dosa Sosial


Bangkitlah pula murka Tuhan terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firman-Nya: "Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda."


Lalu Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran rakyat. Orang Israel ada delapan ratus ribu orang perangnya yang dapat memegang pedang; dan orang Yehuda ada lima ratus ribu.

Tetapi (1) berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu berkatalah Daud kepada Tuhan: "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, Tuhan, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh." 

Setelah Daud bangun dari pada waktu pagi, datanglah firman Tuhan kepada nabi Gad, pelihat Daud, demikian: "Pergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah firman Tuhan: tiga perkara Kuhadapkan kepadamu; pilihlah salah satu dari padanya, maka Aku akan melakukannya kepadamu." 

Kemudian datanglah Gad kepada Daud, memberitahukan kepadanya dengan berkata kepadanya: (2) "Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku." 

Lalu berkatalah Daud kepada Gad: "Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan Tuhan, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia." 

Jadi Tuhan mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel dari pagi hari sampai waktu yang ditetapkan, maka matilah dari antara bangsa itu, dari Dan sampai Bersyeba, tujuh puluh ribu orang.

Ketika malaikat mengacungkan tangannya ke Yerusalem untuk memusnahkannya, maka (3) menyesallah Tuhan karena malapetaka itu, lalu Ia berfirman kepada malaikat yang mendatangkan kemusnahan kepada bangsa itu: "Cukup! Turunkanlah sekarang tanganmu itu." 

Pada waktu itu malaikat Tuhan itu ada dekat tempat pengirikan Arauna, orang Yebus. Dan berkatalah Daud kepada Tuhan, ketika dilihatnya malaikat yang tengah memusnahkan bangsa itu, demikian: "Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku." 

Renungan:

(1) Tanpa sadar Daud melakukan dosa, yaitumengandalkan kekuatannya sendiri, tidak mengandalkan dan menaruh harapannya pada Tuhan (Yer 17:5-8; Bdk.  Hak 7)

Dosa membuat manusia menjadi teman dalam kejahatan dan membiarkan keserakahan, kekerasan, dan ketidakadilan merajalela di antara mereka



(2) Di tengah masyarakat, dosa-dosa itu mengakibatkan situasi dan institusi yang bertentangan dengan kebaikan Allah. "Struktur dosa" adalah ungkapan dan hasil dosa pribadi. Mereka menggoda kurban-kurbannya, supaya ikut melakukan yang jahat. Dalam arti analog mereka merupakan "dosa sosial" (KGK 1869).



(3) Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi Berbahagialah manusia, yang dosanya tidak diperhitungkan Tuhan.



Tuhan Yesus memberkati.

03.53 -

Mrk 5:21-43

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Selasa, 4 Februari 2014: Hari Biasa IV - Tahun A/II (Hijau)
Bacaan: 2 Sam 18:9-10, 14b,25-25a,30-19:3; Mzm 86:1-2, 3-4, 5-6; Mrk 5:21-43

Minggu, 1 Juli 2018: Hari Minggu Biasa XIII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Keb 1:13-15; 2:23-24; Mzm 30:2, 4, 5-6, 11, 12a, 13b; 2 Kor 8:7, 9, 13-15; Mrk 5:21-43


1. Tanpa iman, tidak ada mujizat

Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah (1) seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, (A) tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, (B) datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup."

Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ (2) seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.

Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: (E) "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa (F) ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?"

Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.

Maka kata-Nya kepada perempuan itu: (G) "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: (C) "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: (D) "Jangan takut, percaya saja!"

Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.

Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.

Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

Renungan:

Iman membuat pemiliknya kreatif dalam Tuhan. Kebenaran ini tampak dalam 2 kisah ini.

(1, A) Meskipun memiliki kedudukan tinggi dan terpandang, Yairus mau merendahkan diri. (B) Permintaan ini mengungkapkan harapan yang amat besar pada Yesus. (C) Meskipun keluarganya memiliki reaksi yang negatif dan pesimis, namun dia tetap percaya perkataan Yesus (D).

(2, E, F) Energi positif perempuan tersebut ditangkap oleh energi ilahi Yesus. Energi ilahi Yesus adalah kekuatan yang menyembuhkan sebagai mana Ia tegaskan (G).

Tanpa iman, Yesus tidak akan membuat mujizat bagi mereka. Pertemuan iman manusia dan rahmat Allah menghasilkan keselamatan. Dalam warta hari ini keselamatan berupa kesembuhan.

Tuhan Yesus memberkati.


2. Iman hanya mungkin dalam persekutuan umat beriman

Seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Sesudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.

Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Kata-Nya kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyembuhkan engkau."

Renungan:

Iman adalah satu perbuatan pribadi: jawaban bebas manusia atas undangan Allah yang mewahyukan Diri

Tetapi iman bukanlah satu perbuatan yang terisolir. Tidak ada seorang pun dapat percaya untuk dirinya sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang yang dapat hidup untuk dirinya sendiri. 

Tidak ada seorang yang memberikan iman kepada diri sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang pun yang memberi kehidupan kepada diri sendiri. Yang percaya menerima kepercayaan dari orang lain; ia harus melanjutkannya kepada orang lain

Cinta kita kepada Yesus dan kepada sesama mendorong kita supaya berbicara kepada orang lain mengenai iman kita

Dengan demikian, setiap orang yang percaya adalah anggota dalam jalinan rantai besar orang-orang beriman (KGK 166). 

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). 

Tuhan Yesus memberkati.

Senin, 28 Desember 2015

Santa Teresa Avila



Santa Teresa Avila dilahirkan tanggal 28 Maret 1515 di Avila. Ayah dari kakeknya adalah seorang Yahudi yang kemudian menjadi Kristen. 

Ayahnya bernama Alonzo de Cepeda, adalah orang yang sangat saleh dan mempunyai perpustakaan yang baik berisi buku-buku rohani dan riwayat orang kudus dll. Ibunya bernama Beatrix de Ahumada, adalah seorang yang baik, namun satu kegemarannya yaitu membaca cerita-cerita novel dan roman

Pada masa kecilnya Teresa sangat dipengaruhi kesalehan keluarganya. Salah satu pengalamannya yaitu: ketika ia berusia 7 tahun, dengan dipenuhi oleh semangat untuk menyenangkan hati Yesus dengan menjadi martir, dia melarikan diri dari rumah bersama dengan saudaranya Rodrigo ke negeri orang Moor, ... dia ingin masuk sorga dan pada hematnya, cara yang termudah untuk itu adalah dengan mati

Namun rencananya itu gagal karena diketahui oleh keluarganya. Selain itu, ia suka membuatpertapaan” di halaman rumahnya dan tinggal di sana, meditasi merenungkan tentang kebenaran ilahi dan devosi kepada Bunda Maria. Ia sangat terkesan oleh ide kekekalan, maka dia sering mengulang-ulang kata “untuk selama-lamanya, untuk selama-lamanya”.

Pada masa remajanya, pada usia sekitar 12 tahun, dia mulai tertarik akan hal-hal duniawi, maka ia kehilangan kesalehannya. Dia mulai tertarik pada novel, roman, dan persahabatan-persahabatan profan, baik dengan sepupu maupun dengan teman-teman lainnya.

Pada usia sekitar 13 tahun ibunya meninggal. Pada suatu hari ia berdoa di depan patung Bunda Maria dan ia mengatakan kepada Bunda Maria bahwa Bunda Maria sekarang menjadi ibunya

Selanjutnya Teresa semakin tertarik kepada dunia dan tak seorangpun dapat menahannya. Ayahnya tidak tahu harus berbuat apa. Maka ia dikirim ke asrama yang dikelola para suster St. Agustinus. Dan ia tinggal 18 bulan di sana. 

Ia terkesan pada salah seorang suster (Dona Maria Briceno, seorang pendoa yang saleh) dan timbul keinginan dalam hatinya untuk menjadi suster. 

Ia terpaksa meninggalkan asrama ini karena jatuh sakit. Untuk perawatan, dia dihantar ke rumah pamannya. Di sini ia membaca bukuSurat-surat Santo Hironimus”. Buku itu besar pengaruhnya padanya dan mendorongnya untuk masuk biara. Maka ketika ia sembuh, ia memutuskan untuk masuk biara. 

Ayahnya semula tidak menyetujuinya, tetapi Teresa pergi juga dan masuk biara Encarnacion (Biara Penjelmaan). Ia memilih biara ini karena salah seorang anggota keluarganya ada di sana dan karena kehidupan di biara ini lebih ringan daripada di biara Agustinus. Hal ini terjadi pada tanggal 2 November 1535.

Tahun 1537 ia mengikrarkan kaul pertamanya. Pada awal hidup religiusnya dia sangat cermat terhadap regula dan peraturan-peraturan dalam biara dan ia terlalu serius sehingga beberapa bulan kemudian ia jatuh sakit. Sekali lagi ia dibawa ke rumah pamannya untuk perawatan. 

Selama berada di tempat ini, paman yang baik dan saleh ini, memberikannya sebuah buku berjudul “Alfabet Rohani Ketiga” karangan Francesco de Osuna. Dari buku ini dia belajar mengenai doa batin dan meditasi

Keadaannya semakin memburuk dan dia berada dalam keadaan koma selama 4 hari. Semua orang mengira bahwa ia sudah mati dan sudah mempersiapkan pemakaman

Hanya ayahnya saja yang tidak percaya bahwa ia mati dan walaupun matanya sudah ditutup dengan malam, ayahnya tetap tidak mengijinkan pemakamannya. Ia sadar dari keadaan koma ini namun dia menjadi invalid dan lumpuh selama 8 bulan. Sesudah 8 bulan ini ia masih lumpuh sebagian tubuhnya

Ketika ia berdoa kepada St. Yosef, dia memperoleh kesembuhan. Sesudah dibebaskan dari penyakitnya, dia kembali ke biara dan melanjutkan hidup religiusnya. 

Selama hidupnya kesehatannya tetap agak rapuh, terutama ia sering mengalami sakit kepala dan sakit pada punggungnya.

Kembali ke biara, dia mengalami sakit rohani yang lama. Ia menjadi religius yang “suam-suam kuku” dan sering timbul pertentangan batin dalam memilih antara Tuhan dan dunia

Problem ini dialaminya selama kurang lebih 18 tahun. Ia menulis: “Sering selama beberapa tahun saya gelisah dan berharap agar waktu doa cepat berlalu dan begitu sedih hatiku bila harus mulai berdoa sehingga saya harus mengumpulkan segala keberanian.” 

Menurut Romo Efrem kesulitannya terutama disebabkan karena kekeliruan dalam teknik doa. Ia tidak menyadari bahwa budinya, atau imajinasinya dan perasaan dapat mengembara, selagi jiwa pada tahap yang lebih mendalam, dapat tinggal tenang dalam kontemplasi yang tak terselami

Problem ini kemudian berakhir dengan suatu pengalaman yang mendalam yang dirasakannya ketika memandang suatu patung Yesus yang Tersalib. Dia sangat sedih melihat-Nya dalam keadaan seperti itu karena patung itu dengan baik sekali mengungkapkan apa yang Dia derita bagi kita

Teresa sadar betapa dia kurang berterima kasih pada-Nya atas luka-luka yang diderita-Nya, sehingga hatinya terasa hancur. Sambil memohon agar Dia menguatkannya sekali untuk seterusnya supaya dia tidak menyedihkan-Nya Teresa bersujud di hadapan-ya dengan air mata berderai. 

Selanjutnya ia berkata: “Tentang peristiwa dengan patung ini, rasanya saya mendapat lebih banyak lagi, karena saya tidak percaya pada diriku sendiri, dan meletakkan segala harapanku pada Tuhan. Rasanya waktu itu saya berkata bahwa saya tidak akan beranjak dari situ sampai Dia berkenan memberikan apa yang saya mohonkan pada-Nya. Saya yakin bahwa ini menguntungkan bagiku, karena sejak saat itu saya terus berkembang.”

Kemudian, sekali lagi waktu membacaPengakuan St. Agustinus”, yaitu pada bab di mana St. Agustinus berbicara tentang pertobatannya dan bagaimana dia mendengar suara itu dalam kebun, rasanya itu adalah pengalamannya sendiri; bahwa dia yang dipanggil Tuhan. 

Dia merasa perlunya bertobat karena dia seorang berdosa. Maka ia memutuskan untuk berpaling kepada Tuhan

“Untuk waktu yang lama saya terbawa dalam tangisan dan merasakan kesedihan dan kelelahan yang mendalam. Rasanya, jiwaku mendapat kekuatan yang besar dari Yang Mahakuasa dan bahwa Ia telah mendengar jeritan doaku dan kasihan melihat kesedihanku”. 

Mulailah timbul keinginan untuk melewatkan lebih banyak waktu bersama-Nya. Saya mulai menghindari kesempatan berbuat dosa, karena kalau ini dihindari, maka saya kembali mencintai-Nya

Dari pengalaman ini ia belajar menanggalkan segala keyakinan diri sendiri dan meletakkannya di dalam tangan Tuhan. Tahun 1554 dia mengalami suatu pengalaman Allah yang kemudian dikenal sebagai pengalaman pertobatan yang definitif. Tahun ini sangat penting baginya dan bertolak dari pengalaman ini masa hidupnya dapat dibagi menjadi tiga masa yaitu:

1. Tahun 1515-1554: disebut masa asketis, di mana ia mengadakan perjalanan rohani. Masa ini ditandai oleh usaha yang terus-menerus untuk berkembang dalam hidup rohani, disertai jatuh bangun dan kegagalan, kelemahan, masa bersemangat dan saat-saat keheningan.

2. Tahun 1554-1562: disebut masa mistik di mana ia mengalami perkembangan yang mantab dan kemajuan yang terus-menerus dalam kesucian. Ia memulai mengalami pengalaman-pengalaman mistik. Ia sudah tertarik kedalam pengalaman kontemplasi yang mendalam. 

Peristiwa-peristiwa yang dialami adalah: dia berakar dalam Kristus, Kristus menjadi pusat hidupnya. Ia berkembang dalam hubungan yang mendalam dengan Kristus. Kenyataan ini mempunyai dampak dalam hidupnya sehari-hari. 

Dahulu dia adalah seorang yang ekstrovert maka ia suka pergi keluar, senang berada di tengah orang-orang, dan orang lainpun senang akan kehadirannya. 

Karena itu dia mempunyai banyak teman dan pada masa pertobatannya ini terasa sebagai suatu kelemahan, karena kalau misalnya dia diundang temannya, dia pergi juga, ia selalu berusaha berkenan kepada teman-temannya

Tetapi hubungannya yang mendalam dengan Kristus membebaskannya dari segala kelekatannya pada manusia

Sesudah pertobatannya ini dia hanya dapat membina persahabatan yang mendalam dengan orang-orang yang menghayati hidup doa, dan hamba-hamba Tuhan.

3. Masa Ekstatik: 1562-1572: Selama masa ini St. Teresa mengalami banyak pengalaman mistik yang supernatural seperti visium, ekstase dll. 

Diantaranya: hatinya/jantungnya ditembusi panah: dia melihat seorang serafim datang dengan anak panah dan hatinya ditembusi panah itu. 

Hatinya terluka oleh cinta. Ini terlihat pada tubuhnya (tanda lahiriah) pada waktu orang memeriksa jantungnya sesudah kematiannya

Ia mengalami banyak pencobaan dan kesulitan: ia tidak mengerti, dibenci dan mengalami pemurnian yang luar biasa. Ia merasakan kerinduan yang besar untuk melayani Tuhan, jadi ia melibatkan diri dalam kerasulan atau pelayanan di luar biara. Ia memadukan doa kontemplasi dan komitmen pada sesama. 

Baginya doa yang sejati bukan saja tidak dapat dipisahkan dari komitmen, tetapi justru dijalankan dengan mempraktekkan cinta kasih

Dia mengalami bahwa seseorang dapat menjadi kontemplatif yang besar sekaligus merasul. Dia menemukan bahwa Martha dan Maria dapat berjalan bersama. Dalam hidupnya ia sungguh sangat sibuk tetapi dia juga bersatu dengan Tuhan. Ia selalu menyisihkan waktu untuk Tuhan dan sungguh-sungguh bersama Tuhan.

Tahun 1560: timbul dalam pikirannya gagasan untuk mengadakan reformasi dalam Ordo Karmel. Gagasan ini diawali dengan visiun tentang neraka, di mana dia melihat jiwa-jiwa masuk neraka.

Suatu ketika St. Teresa Avila dibawa oleh Tuhan dalam suatu pengalaman rohani, dalam sebuah visium, diperlihatkan neraka oleh Yesus dan ditunjukkan “itulah sebetulnya tempat yang disediakan bagimu jika engkau tidak bertobat.” 

Lalu St. Teresa menyadari semua itu dan pengalaman itu membuat dia rendah hati untuk seumur hidupnya karena setiap kali teringat kembali akan pengalaman itu begitu mengerikan. Dia sadar akan mendapat hukuman kalau tidak bertobat. 

Dengan demikian ia merasa telah diselamatkan oleh Tuhan dan diampuni dosa-dosanya, ia sadar akan kelemahan dan kerapuhannya menjadikan dia tetap rendah hati.

Dia merasa bahwa kehidupan biara sangat santai dan ini membuat Teresa ingin mengadakan pembaharuan. Tahun 1562: Biara Reformasi Pertama didirikan di Avila dengan nama: Biara St. Joseph. 

Dalam perjalanan dari Biara Penjelmaan ke biara St. Joseph, dengan tak berkasut St. Teresa, masuk ke dalam ruangan di bawah tanah di gereja San Vincente di mana dia berdoa di depan tempat suci yang diterangi cahaya lilin dari La Virgen de Soterrama. 

Sejak saat itu ia tidak lagi memakai nama Dona Teresa de Caped Y Ahumada melainkan Teresa de Jesus. Pada mulanya dia hanya mempunyai satu keinginan yaitu memulai hanya satu biara dan hidup betul-betul sebagai religius dan mati.

Tahun 1566 ia menerima kunjungan Romo F. Alonso Maldonado seorang Fransiskan yang bekerja sebagai misionaris di Amerika Selatan. 

Romo ini menceritakan tentang pengalamannya sebagai misionaris dan bahwa ribuan orang Indian masih menyembah berhala dan mereka mati tanpa dibaptis. St. Teresa tidak bisa percaya dan memutuskan “saya harus berbuat sesuatu”. 

Peristiwa lain yang dialaminya yaitu kunjungan Jendral Ordo Karmel di biara St. Joseph. Beliau sangat senang dan meminta agar St. Teresa mendirikan biara-biara lain dan juga memberi izin untuk membuka biara bagi para imam.

Tahun 1567 ia mendirikan biara Karmel Reformasi kedua di Medina del Campo. Sesudah itu, ia mengelilingi Spanyol dan mendirikan 15 biara dalam sisa hidupnya.

Tahun 1568 pembaharuan/reformasi meluas ke biara para imam dan ia bekerjasama dengan St. Yohanes dari Salib. Waktu itu St. Yohanes dari Salib, seorang imam muda, berusia 25 tahun baru menerima tahbisan imamat dan ia mempersembahkan misa pertama di Medina del Campo. 

Ia bertemu dengan St. Teresa yang berusia 52 tahun dan pertemuan ini berlanjut dengan kerjasama dalam reformasi ordo Karmel.

Tahun 1571 St. Teresa diangkat menjadi priorin di Biara Penjelmaan oleh Pemimpinnya. Para suster biara ini tidak senang, dan ada yang berseru-seru sambil menyuruhnya pergi

Suasana menjadi tegang dan St. Teresa mengambil patung Bunda Maria dan berkata: “Dialah yang akan menjadi pimpinan kalian, bukan saya.” Akhirnya mereka menerimanya dan mengasihinya.

Sejak tahun 1575 St. Teresa menghadapi banyak pertentangan dan kesukaran karena pejabat mau menekan pembaharuan tetapi perjuangannya tidak sia-sia karena pada tahun 1580, reformasi St. Teresa mendapat pengakuan resmi dari Roma dan menjadi propinsi terpisah Ordo Karmel dengan nama Ordo Karmel Tak Berkasut (OCD).

Tahun 1582 Misionaris Karmel Pertama diutus ke Congo. Tetapi misi ini gagal, mereka meninggal di tengah jalan, namun impian St. Teresa telah terpenuhi. St. Teresa berada di Alba de Tormes untuk mendirikan biara lagi. Karena keadaan fisik yang lemah dan terlalu payah, ia meninggal dunia pada tanggal 4 Oktober 1582. 

Menjelang kematiannya ia mengucapkan 3 kalimat yang dalam arti tertentu merupakan ringkasan hidup rohaninya, yaitu: 

1. Sudah tibalah saatnya Tuhanku, mempelaiku, untuk bertemu dengan Dikau dari muka ke muka.

2. Jangan menolak aku. Hati yang remuk redam tidak akan Kau tolak (jadi sampai akhir hidupnya, ia menyadari bahwa ia seorang pendosa, ia sadar bahwa ia telah menyia-nyiakan banyak rahmat Tuhan).

3. “Saya mati sebagai Putri Gereja” - ini mengungkapkan rasa memiliki, atau bahwa ia adalah bagian dari Gereja

Ia dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tanggal 24 April 1614 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 12 Maret 1622. Ia dinyatakan sebagai Doktor Gereja pada tanggal 27 September 1970 oleh Paus Paulus VI. Ia diangkat menjadi Santa Pelindung orang sakit. Pestanya diperingati setiap tanggal 15 Oktober.

(Sumber: Warta KPI TL No.121/V/2014 » Renungan KPI TL Tgl 6 Februari 2014, Bapak Effendy; Doa menurut St. Teresa Avila, Sr. Angelica P. Karm).