Kamis, 28 Maret 2019

18.34 -

Pesona Kitab Wahyu dan kunci untuk membukanya



Kitab Wahyu tidak ditulis untuk menakut-nakuti, atau menyebabkan ketegangan pada kita, melainkan untuk mewartakan kebahagiaan bagi kita yang membacakan dan mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya (Why 1:3; 22:7).

Kebahagiaan yang diwartakan Yohanes adalah kebahagiaan untuk orang-orang yang setia dalam iman. Ini adalah kebahagiaan abadi bersama Kristus yang bangkit. 

Kitab Daniel dan Kitab Wahyu adalah dua buku yang paling misterius dalam Alkitab

Penulisan Kitab Wahyu memakai sastra apokaliptik. Para penulis apokaliptik membuka mata dan telinga terhadap kejadian-kejadian dunia. Mereka tahu pasti bahwa umat beriman sedang berjuang menghadapi aneka kesulitan dan tantangan. Mereka ada bersama-sama dengan umat yang sedang menderita. Mereka bersuara dengan goresan pena dalam keheningan.

Mereka meyakini bahwa Allah tidak mungkin berdiam diri. Allah akan datang kembali membebaskan mereka dengan cara-cara luar biasa seperti pada zaman dahulu kala. Yohanes pun punya harapan yang sama.

Cirinya: (I) menggunakan tokoh (II) angka dan (III) lambang-lambang. Kisahnya sering menampilkan kehidupan surgawi, bumi, dan bawah bumi serta kehidupan masa depan.

(I) Tokoh

Peran pembantu hanya muncul pada saat-saat tertentu. Mereka datang dan pergi silih berganti. Ketika membaca Kitab Wahyu, kita akan berjumpa dengan penghuni yang biasa, tokoh-tokoh surgawi, tokoh-tokoh yang luar biasa, makhluk-makhluk dan tokoh-tokoh aneh yang menimbulkan rasa ingin tahu. Kita mencari bandingannya dengan sesuatu dari dunia nyata. Kita disibukkan oleh tokoh itu. Kesibukan semacam itu tidak perlu. Mengapa tidak perlu? Karena mereka hanyalah tokoh pembantu.

Dengan demikian, hanya ada satu yang perlu. Hanya ada satu tokoh utama. Dialah Yesus Kristus yang pernah wafat namun bangkit dan hidup

Yohanes mau berbicara tentang Yesus yang sama, yakni Yesus yang dibicarakan oleh pengarang Injil. Namun Yohanes lebih banyak merenungkan makna kematian dan kebangkitan Yesus untuk keselamatan seluruh umat manusia.

Jadi, mengapa kita membaca Kitab Wahyu? Apa sebenarnya sedang dicari? Jika jawaban kita adalah, "untuk mengenal Kristus secara lebih baik", maka kita sudah berada di jalur yang benar. Kristuslah yang memegang kunci ke dalam Kitab ini. Dalam Kitab Wahyu, Dia hadir dengan beragam gelar dan gambaran.

Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut (Why 1:17-18). Sejarah telah membuktikannya » kuasa dunia seakan-akan merajalela, tetapi akan tiba saatnya mereka tidak ada artinya. Tuhan telah menang atas kejahatan. Tuhan yang sama, yang sekarang kita ikuti, juga akan menang.

Di muka bumi tidak serorang pun yang pernah mengalami kejadian seperti yang dialami Yesus Sang Anak Manusia ini. Dia membesarkan hati kita. Dia meletakkan tangan-Nya supaya kita berani mengangkat muka di hadapan-Nya (Why 1:17). Dia Yang Mahakuasa berkenan menerima kita apa adanya. Inilah kabar gembira yang indah tiada tara.

Setiap tafsiran yang meninggalkan Dia (seturut dengan kehendak pribadi seringkali malah tidak mewartakan sukacita, tetapi menyebabkan rasa takut), pasti akan berujung pada jalan yang keliru (Yoh 20:31 » Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya).

Oleh karena itu, kembalilah kepada ajaran Gereja agar kita tidak salah menafsirkan suatu perikop (2 Ptr 20-21 » Nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah).

(II) Arti angka

Turunan angka tiga. Angka tiga sendiri tidak pernah dipakai secara mutlak. Yang dipakai adalah turunannya. Rangkaian hitungan ketiga banyak digunakan, misalnya makhluk yang ketiga (Why 4:7), meterai yang ketiga (Why 6:5), malaikat yang ketiga (Why 8:10), dan sebagainya.

Yang juga menarik adalah penggunaan kata sifat sepertiga. Biasanya berkaitan dengan kerusakan dan bencana. Tetapi sang penulis hendak menunjukkan pengharapan. Bencana dan kerusakan menimpa hanya sepertiga bagian. Artinya, tidak semuanya hancur. Masih ada dua per tiga bagian yang berada dalam keadaan baik. Yang bertahan dalam situasi sulit, jauh lebih banyak. Sepertiga memang berkaitan dengan kabar buruk, dua pertiga yang lain adalah harapan yang baik

[Why 8:7-12] ... terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon ... sepertiga dari laut itu menjadi darah, dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal. ... menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. ... sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit. ... terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari.

Angka empat. Angka empat sering digunakan. Kita bertemu dengan "empat makhluk" (Why 4:6-8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:13; 15:7; 19:4). Ada juga "empat malaikat yang berdiri di empat penjuru bumi, yang menahan empat mata angin di bumi" (Why 7:1; 20:8). Kita tidak tahu jati diri empat makhluk itu. Hanya saja, mereka memainkan peranan penting atas nama seluruh manusia. Sementara, empat malaikat pada empat penjuru mata angin menunjukkan campur tangan malaikat yang berpengaruh pada seluruh bumi. Dari sini lalu terlihat bahwa angka empat hendak menunjukkan seluruh alam semesta dan manusia

Angka tujuh. Angka tujuh merupakan angka kunci. Yohanes akan sering menggunakannya sebagai semacam skema untuk karyanya. Surat ditujukan kepada tujuh jemaat di Asia Kecil, ada tujuh meterai yang harus dibuka dan tujuh sangkakala yang harus dibunyikan. Satu dari tujuh malaikat memegang tujuh cawan dengan tujuh malapetaka terakhir.

Dalam Perjanjian Lama, angka tujuh adalah angka sempurna dan penuh. Allah beristirahat pada hari ketujuh setelah penciptaan (Kej 1). Tuhan juga berfirman kepada Musa untuk membuat tujuh lampu di atas kandil (Kel 25:37). Seringkali "tujuh" menunjukkan sesuatu yang baik, sempurna, dan ideal.

Biarpun demikian, penulis Kitab Wahyu menggunakan angka tujuh itu sesuai dengan kebutuhannya. Dia juga menerapkannya untuk menceritakan hal-hal yang positif maupun negatif.

Dia bercerita tentang surat untuk tujuh jemaat di Asia Kecil, walaupun dia maksudkannya untuk seluruh Gereja pada zamannya

Ketika dia berbicara tentang tujuh Roh, sebenarnya dia memaksudkan satu Roh Yesus Kristus, dengan segala kepenuhan dan perwujudannya.

Ketika berbicara tentang tujuh sangkakala dan malapetaka, dia hendak mengatakan bahwa wabah-wabah dan bencana akan terjadi semua.

Angka dua belas. Dalam Perjanjian Lama, angka dua belas digunakan untuk menyebut dua belas anak Yakub (Kej 25:22b). Dari anak-anak Yakub ini lahirlah dua belas suku Israel (Kel 39:14). Angka dua belas ini lalu menjadi angka suci, karena angka ini angka umat Allah. Angka suci ini akan memainkan peranan penting dalam tata hidup umat Israel, khususnya dalam tata liturgi. Misalnya, permata pada busana liturgi Harun berjumlah dua belas menurut nama anak Israel (Kel 39:14).

Bagi Yesus dan para murid, angka dua belas juga merupakan angka yang penting. Yesus memilih dua belas rasul untuk menyertai-Nya (Mat 10:1-4; Mrk 3:13-19; Luk 6:12-16). Ketika Yesus menggandakan roti yang tersisa 12 bakul penuh (Mrk 6:43). Inilah angka umat Allah yang baru, yang terbentuk di sekitar Yesus. Mereka berkelimpahan bersama-Nya.

Yohanes begitu kreatif mengambil alih angka dua belas ini. Dia menggabungkan penggunaannya dari luar PL dan PB. 

Seorang perempuan yang bermahkotakan dua belas bintang (Why 12:1) adalah gambaran umat Allah yang sedang dianiaya, tetapi dilindungi Allah.

Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu (Why 21:12-14).

Dalam perjanjian Baru, umat Allah yang baru juga diumpamakan seperti seorang perempuan (Gal 4:26). Jadi, angka dua belas melambangkan seluruh umat Allah.

Angka seratus empat puluh empat. Jumlah ini mau menunjukkan jumlah besar umat Allah, mengatakan perihal kepenuhan. Suku Israel berjumlah dua belas. Jika masing-masing dari suku itu ada dua belas ribu (12 x 12 x 1000), maka dihasilkannya angka 144.000. Dengan ini, Yohanes mau mengatakan mengenai sejumlah besar umat Allah yang setia, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka (Why 7:9).

Begitu banyaknya mereka, sampai-sampai Yohanes tidak bisa menghitung lagi jumlah orang yang diselamatkan berkat darah Anak Domba.

Allah dalam Kitab Wahyu bukanlah Allah yang suka menghitung-hitung jumlah umat yang diselamatkan, 144.000 orang, tidak kurang dan tidak lebih. Allah dalam Kitab Wahyu adalah Allah Yang Mahabaik, yang menghendaki keselamatan semua orang. Allah telah berkorban sangat banyak demi menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya. Dengan demikian, bukan saatnya lagi merasa takut atau menakut-nakuti orang dengan jumlah 144.000 itu, sebab Kristus membuka jalan bagi setiap orang untuk kembali kepada Allah.

Konsili Vatikan II (LG 16) mengatakan bahwa "Rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terutama kaum Muslim, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat.

Pun dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan semua orang (1 Tim 4).

Sebab mereka yang tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan tulus hati mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melakukan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.

Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apa pun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.

Tetapi sering orang-orang, karena ditipu si Jahat, jatuh ke dalam pikiran-pikiran yang sesat, dan mengubah kebenaran Allah menjadi dusta, dengan lebih mengabdi ciptaan dari pada Sang Pencipta (Rm 1:21). Atau mereka hidup dan mati tanpa Allah di dunia ini dan menghadapi bahaya putus asa yang amat berat.

Maka dari itu, dengan mengingat perintah Tuhan: "Wartakanlah Injil kepada segala makhluk" (Mrk 16:15), Gereja dengan sungguh-sungguh berusaha mendukung misi-misi, untuk memajukan kemuliaan Allah dan keselamatan semua orang itu.

Angka ribuan. Secara umum, dalam Kitab Suci kita, angka ribuan tidak menyatakan jumlah tertentu secara pasti, seperti 'dua ribu orang berada di sebuah lapangan' itu menyatakan jumlah yang sangat banyak. Itu sama seperti kita mengatakan bahwa di langit ada sejuta bintang. Ini bukan berarti bintangnya berjumlah satu juta, melainkan sangat banyak dan tak terhitung.

Aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa (Why 5:11). 

Kerajaan damai 1000 tahun. Kisah Kerajaan damai 1000 tahun ini sejatinya adalah sebuah kabar gembira. Hanya satu yang perlu, yaitu bahwa Kristus telah menang dan akan datang sebagai Raja yang berkuasa. Kuasa kejahatan tidak lagi sanggup bertahan dan berada di bawah kembali Sang Raja.

Sang Raja memperlakukan istimewa para saksi-Nya yang setia. Mereka telah begitu menderita, tetapi akan datang saatnya mereka akan berada bersama dengan Kristus yang diikutinya.

Mereka telah begitu jauh menempuh jalan-jalan Kristus, termasuk jalan derita, dan sekarang mereka tiba di surga mulia tempat Kristus berada. Bagi Sang Raja, segala perjuangan mereka tidaklah sia-sia.

Lalu kapan kerajaan 1000 tahun itu dimulai dan diakhiri? Kita kembali lagi ke dunia apokaliptik. Angka ribuan bukanlah hitungan matematika, melainkan angka lambang. Seribu tahun hanya mau menunjukkan angka waktu yang lama.

Biarpun demikian, ada baiknya mendengarkan renungan Santo Agustinus. Menurutnya, seribu tahun ini adalah jangka waktu antara inkarnasi Kristus Putra Allah dan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Bentangan masa antara kedatangan pertama Tuhan dan kedatangan-Nya yang kedua, adalah masa Gereja.

Santo Agustinus melanjutkan bahwa kebangkitan pertama yang disebutkan di Wahyu 20:5 adalah kebangkitan karena pembaptisan. Oleh rahmat Allah yang diterima dalam pembaptisan, umat beriman mati terhadap dosa untuk bangkit dan hidup bersama Kristus (Rm 6:1-14). Umat beriman yang mati terhadap dosa lewat baptisan, dengan demikian, memperoleh anugerah yang sama dengan umat beriman yang setia, yang mengorbankan dirinya diterkam singa pada abad pertama.

Dalam masa Gereja ini, kegiatan setan dalam derajat tertentu terkekang. Dia tidak lagi kuat, seolah terikat. Kuasa setan tidak lagi berjaya dan manusia dapat menghindarinya.

Biarpun demikian, Santo Yohanes Vianney menasehati kita untuk berhati-hati, "Setan itu seperti anjing yang dirantai, yang mengancam dan membuat keributan, tetapi hanya menggigit mereka yang datang terlalu dekat dengannya."

Angka 666. Angka ini paling sering disalahartikan, seringkali ditampilkan dalam gambar-gambar misterius. Beberapa orang mengaitkan dengan setan dan antikristus.

Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinyadan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya (Why 13:15-17).


Penulis Kitab Wahyu memakai gambaran "meterai" yang dulu digunakan oleh Nabi Yehezkiel (Yeh 9:6 » Semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung!). Demikianlah, sekarang orang-orang yang memakai meterai Allah akan selamat. Orang-orang ini akan mengambil bagian dalam keselamatan yang diperoleh berkat Anak Domba.



Meterai Tuhan ("Dominicus character": Agustinus, ep. 98,5) adalah meterai yang dengannya Roh Kudus telah memeteraikan kita "untuk hari penyelamatan" (Ef 4:30) (Bdk. Ef 1:13-14; 2 Kor 1:21-22). "Pembaptisan adalah meterai kehidupan abadi" (Ireneus, dem. 3). Orang beriman, yang mempertahankan "meterai" sampai akhir, artinya setia kepada tuntutan yang diberikan bersama Pembaptisannya, dapat mati "ditandai dengan meterai iman" (MR, Doa Syukur Agung Romawi 97), dalam iman Pembaptisannya, dalam harapan akan memandang Allah yang membahagiakan - penyempurnaan iman - dan dalam harapan akan kebangkitan (KGK 1274).

Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam (Why 13:18).

Kitab Wahyu ditulis dengan bahasa Yunani, kemungkinan besar huruf-huruf yang dimaksud adalah aksara Yunani. Untuk diketahui, aksara-aksara Yunani (juga aksara Latin dan Ibrani) memiliki nilai angka. Pada masa lalu, orang menggunakan angka untuk menyebut nama seseorang. Para penulis apokaliptik sangat gemar menggunakan angka-angka untuk menyebut nama seseorang (semacam kode) untuk menunjukkan orang tertentu. Jemaat kala itu pasti mengenal dengan baik tokoh yang dimaksud.



(III) Lambang

Kita sebenarnya sudah terbiasa dengan lambang. Kalau kita naik kendaraan dan melihat tanda di pinggir jalan berupa gambar tempat tidur, kita segera tahu bahwa tidak jauh lagi akan ada sebuah rumah sakit. Kalau melihat gambar atap dengan salib di atasnya, jelas sebentar lagi kita akan melihat Gereja. Gambar dan lambang semacam itu sangat mudah kita pahami, karena kita memang terbiasa dengannya.

Persoalan kita sekarang adalah bagaimana mengerti gambar dan lambang yang dipakai Yohanes. Ada beberapa petunjuk yang bisa kita perhatikan.

1. lambang-lambang yang sifatnya umum

Yohanes menggunakan lambang-lambang yang mudah dikenali, sehingga lebih mudah ditafsirkan.

Pedang yang besar, yang diberikan kepada penunggang kuda merah padam (Why 6:4), menggambarkan penganiayaan yang dahsyat. Peristiwa kemartiran jemaat Kristen awal digambarkan dengan penumpahan darah orang-orang kudus dan para nabi (Why 16:6). Yesus Kristus yang dibunuh dan bangkit jaya dilambangkan dengan Anak Domba yang disembelih dan berkuasa (Why 5:12).

2. Mencermati isyarat tertentu yang dikatakan Yohanes.

- Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mere

Apakah Yohanes sedang mengatakan yang sebenarnya tentang Sodom dan Mesir? Jelas tidak! Dia mengatakan "secara rohani". Selain itu, Yesus juga tidak pernah disalibkan di Sodom dan Mesir, tetapi di Yerusalem.

- Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam (Why 13:18).

Jelas petunjuknya, yakni "yang penting adalah hikmat". Yohanes sedang mengarahkan pandangan mata pembacanya kepada "seorang manusia" pada zaman itu, seorang manusia yang dikenal oleh jemaatnya.

3. lambang-lambang dari dunia Perjanjian Lama

Sebagian besar gambaran yang dipakai oleh Yohanes berasal dari Perjanjian Lama. Dia menggunakan tokoh-tokoh dan aneka peristiwa dalam Perjanjian Lama, dan menerapkan semuanya dalam kisahnya (Anak Manusia, Anak Domba, pohon kehidupan, manna yang tersembunyi, empat makhluk, buku yang ditelan, dua saksi, naga dan binatang adalah beberapa contohnya. Peristiwa tulah untuk orang-orang Mesir dipakai juga untuk menggambarkan tulah yang ke luar saat sangkakala-sangkakala ditiup.

Pembaca tulisan Yohanes kala itu, yang masih memiliki latar belakang Yahudi, bisa dengan mudah memahami arti gambaran-gambaran dari dunia Perjanjian Lama. Mereka sudah akrab dengan tokoh dan peristiwa yang digunakan oleh Yohanes itu.

Jemaat-jemaat yang menerima surat Yohanes adalah jemaat yang nyata. Mereka sedang menghadapi kesulitan dan situasi yang menyakitkan. Mereka bukanlah jemaat yang serba sempurna. Mereka telah berusaha dan berjuang untuk setia. Akan tetapi, ada saat-saat di mana mereka jatuh pula. Yohanes berusaha menguatkan, menghibur sekaligus menegur mereka.


[Baca juga: (1) Jemaat Efesus ; (2) Jemaat Smirna ; (3) Jemaat Pergamus ; (4) Jemaat Tiatira ; (5) Jemaat Sardis ; (6) Jemaat Filadelfia ; (7) Jemaat Ladokia]

Dalam segala kesulitan masa lalu kita, nyatalah Allah tetap berkarya. Allah yang sama akan memberikan kekuatan dan rahmat kepada kita. Dia menyertai kita sekarang ini dan di masa depan. BersamaYohanes, kita mengimani bahwa Kristus yang jaya adalah tumpuan dan sandaran segala harapan pada saat ini dan di masa depan.

Marilah kita kenang kembali karya Allah dalam Kitab Suci. Kita bawa angan ke saat-saat kemenangan Kristus Yang Mahasuci. Dan yang lebih penting lagi, kita mengingat-ingat segala berkat dan rahmat Allah bagi hidup kita ini.

Jadi, tujuan utama Kitab Wahyu ditulis untuk mendukung umat yang sedang menderita. Dia mau menegur mereka yang tidak setia dan meneguhkan yang setia, agar semakin mengenal Kristus yang wafat dan bangkit sehingga berbahagia. Semoga kita bisa belajar sesuatu dari kekurangan dan kelebihan jemaat-jemaat di masa lalu.

Sebagai anggota Tubuh Kristus kita dipanggil untuk memperoleh berkat, hendaklah memberkati dengan saling menolong dan mendoakan (1 Ptr 3:9; Gal 6:2) dan dipanggil juga untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam rencana keselamatan (1 Kor 3:9). Jadi, sebarkanlah iman Katolikmu sehingga dunia dapat dibawa kepada kebenaran-Nya. sebab, Kristuslah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).

(Sumber: Pesona Kitab Wahyu, Iswadi Prayidno, Pr).

Sabtu, 23 Maret 2019

16.14 -

Sepercik api



Meskipun lidah kita itu kecil, namun ia dapat menyombongkan diri tentang hal-hal yang besar-besar. Bayangkan betapa besarnya hutan dapat dibakar oleh api yang sangat kecil! (Yak 3:5)

Pada suatu Minggu malam di bulan September, ketika sebagian besar orang sedang tidur, sepercik api tersulut di toko roti milik Thomas Farriner di Pudding Lane. 

Api dengan cepat merambat dari satu rumah ke rumah lain, dan London pun dilanda kebakaran besar pada tahun 1666. Lebih dari 70.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran yang memusnahkan 80 persen wilayah kota itu. Begitu dahsyat kehancuran yang berasal dari sepercik api!

Alkitab memperingatkan kita tentang api lain yang kecil tetapi juga bisa menghancurkan. Yang disorot oleh Yakobus adalah kehidupan dan hubungan seseorang dengan sesama, bukan bangunan. 

Ia menulis, “Begitu juga dengan lidah kita; meskipun lidah kita itu kecil, namun ia dapat menyombongkan diri tentang hal-hal yang besar-besar. Bayangkan betapa besarnya hutan dapat dibakar oleh api yang sangat kecil!” (Yak. 3:5).

Namun demikian, kata-kata kita juga dapat membangun sesama. Amsal 16:24 mengingatkan kita, “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” 

Rasul Paulus berkata, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol. 4:6). 

Sebagaimana garam membuat makanan kita mempunyai rasa, kasih membuat perkataan kita berguna untuk membangun iman sesama.

Dengan pertolongan Roh Kudus, perkataan kita dapat menguatkan orang yang sedang terluka, orang yang rindu bertumbuh dalam iman, atau orang yang membutuhkan Juruselamat. Perkataan kita dapat memadamkan api dan bukan menyulutnya.

Wawasan:

Perkataan yang bodoh diumpamakan sepertiapi yang menghanguskan” (Ams.16:27) dan senjata yang berbahaya, “panah api, panah dan maut” (Ams.26:17). 

Yesus berkata bahwa perkataan kita keluar dari hati dan menunjukkan apakah kita ini baik atau jahat. “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya” (Luk.6:45). 

Bagaimana Anda dapat menggunakan perkataan yang menyenangkan Allah dan memberkati sesama? (Sim Kay Tee)

Tuhan, aku selalu membutuhkan pertolongan-Mu dalam ucapanku. Hari ini, tolonglah aku agar mengucapkan kata-kata yang membawa pengharapan dan penguatan untuk membangun iman sesamaku.

Akan seperti apakah perkataan kita hari ini?

(Sumber: Our Daily Bread Ministries).

Ikon



Sejumlah orang mempersalahkan kita karena menghormati gambar Juruselamat dan gambar Bunda kita, Maria, dan juga gambar orang-orang kudus serta hamba-hamba Kristus yang lain. 

Hendaknya mereka ingat bahwa pada awal mula Allah menciptakan manusia menurut gambar Allah sendiri (Kej 1:26). Karena itu, atas dasar apa kita menunjukkan hormat satu sama lain kalau tidak karena kita semua diciptakan menurut gambar Allah? 

Karena, seperti dikatakan oleh Santo Basilius yang dengan banyak cara menjelaskan hal-hal Ilahi, penghormatan yang diberikan kepada gambar melampaui bentuk lahiriahnya ... Mengapa umat Israel pada zaman Musa menghormati kemah suci (Kel 33:10)? 

Karena kemah suci itu merupakan gambaran dan lambang dari hal-hal surgawi, atau lebih tepat dari seluruh ciptaan? Dan Allah memang berkata kepada Musa, ‘Ingatlah, bahwa engkau harus membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu’ (Kel 25:40). Juga, kerubim yang menaungi takhta kerahiman, bukankah buatan tangan manusia (Kel 25:18)? 

Tambahan pula, apa yang dihormati di dalam bait Allah di Yerusalem? Bukankah itu buatan tangan manusia dan dibentuk oleh keterampilan manusia (1 Raj 8)? ...

Karena belas kasih-Nya yang begitu besar, Allah menjadi manusia sejati demi keselamatan kita ... Dia hidup di dunia dan tinggal di antara manusia (Bar 3:38); Dia mengerjakan mujizat, menderita, disalibkan, wafat, bangkit lagi, dan kembali ke surga. 

Semua itu sungguh terjadi di suatu tempat dan disaksikan oleh manusia. Semua itu ditulis sebagai peringatan dan pengajaran bagi kita yang tidak hidup pada zaman itu, sehingga kita, meskipun tidak melihat, masih dapatdengan mendengar dan percayamemperoleh berkat dari Tuhan

Tetapi tidak setiap orang dapat membaca; juga tidak setiap orang memiliki waktu untuk membaca. Oleh karena itu, para Bapa Gereja memberikan persetujuan untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa itu dalam bentuk gambar ... supaya gambar itu dapat menjadi kenangan yang padat mengenai peristiwa-peristiwa itu

Tanpa keraguan sedikit pun, sering terjadi, ketika kita tidak ingat akan sengsara Tuhan, tetapi menyaksikan gambar Kristus yang tersalib, tiba-tiba sengsara-Nya yang mendatangkan keselamatan itu muncul dalam ingatan kita, lalu kita bersujud serta menyembah bukan kepada sosok material itu tetapi kepada Dia yang ditampilkannya — 

demikian juga, kita tidak menghormati bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Injil, atau bahan-bahan untuk membuat salib, tetapi menghormati apa yang disimbolkan oleh barang-barang itu ... Hal yang sama berlaku untuk Bunda Tuhan. Penghormatan yang kita berikan kepadanya kita tujukan kepada Dia yang telah mengambil daging dari dia ... Penghormatan yang diberikan kepada gambar kudus melampaui bentuk lahiriahnya (St. Yohanes dari Damaskus).

Hidup menurut kehendak Allah

Sejak pertama dunia diciptakan, semuanya itu baik (Kej 1:10, 12, 18, 21, 25), terlebih lagi saat manusia pertama diciptakan, sungguh amat baik (Kej 1:31). Allah menciptakan firdaus untuk manusia, supaya manusia hidup di dalamnya dengan bahagia (Kej 2:8-15). Hubungan antara Allah dan manusia pun amat mesra pada waktu itu (Kej 3:8). Itulah kehendak-Nya atau rancangan-Nya bagi kita, yaitu supaya kita hidup bahagia baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang

Oleh karena itu Yesus memberikan pedoman hidup (KGK 2764 – kotbah di bukit – Mat 5-7). Bila kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya, maka kita akan hidup bahagia. Namun bagaimana kita dapat mengenali kehendak Allah itu? 

Kehendak Allah dapat dikenali melalui beberapa sumber

1. Firman Tuhan 

Firman itu adalah Allah, Firman itu telah menjadi manusia ... Anak Tunggal Bapa (Yoh 1:1, 14). Firman-Mu adalah kebenaran. Jika kamu mengetahui kebenaran maka kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh 17:17; 8:32). 

Semua firman Allah adalah murni (Ams 30:5), mengajarkan perkataan sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus (1 Tim 6:3; 2 Tim 1:13) yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16-17) untuk pembaharuan di dalam roh dan pikiranmu, sehingga kamu mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat, dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Ef 4:23-24; Ibr 5:14; Rm 12:2; Flp 1:9-11). 

Sumber pertama dan terutama untuk mengenali kehendak Allah ialah firman Tuhan (Rm 2:17-18; Mzm 40:9). Namun manusia seringkali mengabaikan firman Tuhan sehingga hidupnya dipenuhi dengan segala kekacauan. Oleh karena itu perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:15). 

Juruselamat kita menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:3-4). Jadi, Tuhan menghendaki semua orang berbalik dan bertobat (1 Ptr 3:9), supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh 6:40), diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:4). 

(Baca juga: Warta KPI TL No. 165/I/2019 - Hidup kekal: mengenal Allah yang benar). 

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119:105). Jadi, akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Ams 3:6); tanamkanlah firman itu di dalam hatimu sehingga firman itu berkuasa menyelamatkan jiwamu (Yak 1:21). 

2. Ajaran Gereja 

Gereja didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri dan dijiwai oleh Roh Kudus. Ia didirikan untuk mengajar dan membimbing para murid serta untuk menafsirkan firman Tuhan secara otentik, artinya secara tepat dan benar. Oleh sebab itu, dengan menerima ajaran Gereja, kita menerima ajaran Tuhan sendiri. Dengan mengikuti petunjuknya, kita mengikuti petunjuk Allah sendiri (Luk 10:16). 

3. Status hidup 

Status hidup Anda serta kewajiban yang mengalir daripadanya merupakan pancaran kehendak Allah. 

Allah menghendaki supaya suami dan istri saling mengasihi dengan segenap hati dan dengan setia. Ia menghendaki anak-anak mencintai dan menghormati orang tuanya dan orang tua mendidik anak-anaknya secara kristiani. 

Allah menghendaki agar seorang kepala keluarga bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarganya dan hidup sebagai kepala keluarga dan bukan sebagai seorang biarawan. Misalnya: ia tidak dapat melalaikan keluarganya dengan dalih melayani Tuhan, atau seorang istri tidak mau melayani suami dan anak-anaknya karena mau melayani Tuhan. Kalau begitu apakah mereka tidak boleh melayani Tuhan? Boleh saja, dan bahkan wajib, namun caranya sesuai dengan status dan situasi hidupnya

Itulah sebabnya bila Anda mempunyai tanggungjawab yang macam-macam, semuanya itu bisa saling bertabrakan. Misalnya bila Anda ikut pelbagai macam kegiatan sekaligus, sehingga akhirnya bingung sendiri bagaimana caranya mengatur waktu. Oleh karena itu, Anda harus berani mengadakan prioritas dalam hidup anda. Anda harus mendahulukan apa yang harus didahulukan dan dengan demikian Anda sendiri tidak akan bingung. 

4. Tanda-tanda lahiriah 

Peristiwa atau kejadian yang Anda hadapi dan alami dapat menjadi petunjuk akan kehendak Allah bagi Anda. Perhatikan apa yang terjadi di sekitar Anda dan berdoalah, agar diberi hikmat untuk mengerti apa pesan Tuhan lewat segala peristiwa itu. Kita tahu, bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa diketahui oleh Allah. Kita juga yakin, bahwa Allah dapat mengatur segala peristiwa atau kejadian sedemikian rupa, sehingga dari situ tampak jelas kehendak-Nya. 

Kadang-kadang kehendak Allah begitu jelas terlihat, baik lewat tanda dan peristiwa lahiriah yang disertai pengertian batin sehingga tidak ada keragu-raguan lagi. Namun, seringkali tidak jelas sehingga hanya dapat Anda ketahui bila Anda mengikuti bimbingan Roh Allah sendiri yang dilakukan-Nya lewat dorongan dan gerakan batin Anda. 

5. Tanda-tanda batin 

Tanda-tanda batin ini tertulis dalam batin kita sendiri oleh Roh Kudus (Yeh 36:26). Tanda-tanda itu dapat berupa sabda batin, penglihatan » jarang terjadi; rasa batin, kecenderungan batin yang datang dari Roh Kudus yang hadir dalam diri kita » yang lebih lazim terjadi. Melalui semua itu Roh mau menunjukkan kepada kita arah mana yang harus kita ambil dalam perjalanan hidup kita ini. 

Proses untuk mengenal kehendak Allah ini kadang-kadang juga disebut dengan istilah “penegasan rohani”. Beberapa pedoman praktis supaya dapat mengenali kehendak Allah lewat tanda-tanda batin. 

1. Pertama-tama siapkan batin Anda dalam doa, sehingga Anda mencapai suatu kerelaan untuk mengikuti kehendak Allah, apa pun itu, karena yakin bahwa itulah yang terbaik bagi Anda. Bila Anda telah rela dan siap mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Allah, maka Anda dapat mengambil langkah berikutnya. 

2. Carilah informasi yang memadai tentang situasi, peristiwa, perkara, orang-orang yang terlibat dalam pilihan Anda. Pelajari dan pertimbangkan segala pro dan kontranya. Carilah juga tanda-tanda lahirilah. Segala sesuatu yang berlawanan dengan Kitab Suci, ajaran Gereja, dan status hidup Anda haruslah dianggap sebagai suatu godaan

3. Bawa persoalan Anda dengan segala pro dan kontranya kepada Yesus dalam doa. Berbicalah kepada Yesus seperti kepada seorang sahabat yang mengasihi Anda. Ceritakanlah kepada-Nya segala harapan dan kekuatiran Anda. Bertanyalah kepada-Nya bagaimana pandangan-Nya tentang hal itu dan mohonlah kepada-Nya agar membantu Anda mengambil keputusan yang tepat. 

4. Bacalah tanda-tanda batin. Ketika Anda berbicara dengan Tuhan dan lebih-lebih lagi ketika Anda diam di hadapan-Nya, Roh Allah berkarya di dalam diri Anda. Bila keputusan atau tindakan itu sesuai dengan kehendak Allah, maka Roh Kudus akan menimbulkan damai, terang, kasih, ketertarikan batin, dan hiburan. Melalui tanda-tanda positif itu Roh berkata, “Ya, itulah yang Kukehendaki.” 

Bila keputusan atau tindakan yang akan Anda ambil itu tidak sesuai dengan rencana Allah, maka Anda akan mengalami tanda-tanda yang negatif seperti ketidaktenangan, ketakutan, kegelapan, keseganan, dan rasa kehadiran Allah melenyap. Melalui tanda-tanda itu Roh mau berkata, “Bukan, ini bukan yang Kukehendaki.” 

5. Seringkali tanda-tanda batin itu digelapkan dan dikaburkan oleh perasaan-perasaan senang dan tidak senang, prasangka, ketakutan, ambisi, keinginan yang belum terpenuhi, tekanan sosial, dan godaan-godaan. Oleh karena itu Anda harus lebih dahulu berdoa untuk menyerah kepada kehendak Allah, sehingga mampu mengenali tanda-tanda tersebut. Lagipula kita harus bertekun dalam doa, supaya tanda-tanda tadi menjadi semakin jelas. 

6. Dalam menghadapi keputusan-keputusan penting, misalnya waktu harus menentukan panggilan hidup, ulangi doa itu berkali-kali. Dalam hal itu penting sekali menuliskan dan mencatat apa yang Anda alami dan rasakan waktu itu, baik yang positif maupun yang negatif, supaya sesudah itu Anda dapat memakainya untuk mengenali petunjuk Allah. 

Kalau pengalaman Anda terlihat menuju suatu arah secara konsisten, Anda dapat menarik kesimpulan dengan hati penuh damai ke mana arah yang dikehendaki Allah bagi Anda. Sebaliknya kalau pengalaman Anda agak kacau, tidak konsisten, itu tandanya Anda belum siap melakukan penegasan rohani tersebut, karena barangkali hati Anda belum siap melakukan apa yang dikehendaki Allah. Kalau demikian, berdoalah terus sampai Anda menemukan kesiapan dan kerelaan melakukan kehendak Allah, apapun itu. 

7. Sebelum mengambil keputusan penting baiklah Anda berkonsultasi dengan pimpinan Anda, dengan pembimbing atau orang lain yang lebih berpengalaman. 

Kehendak Allah adalah kebijaksanaan tertinggi. Oleh karena itu norma tertinggi di dalam kehidupan Kristiani adalah melakukan kehendak Allah

Yesus turun ke dunia untuk menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Ini berarti bahwa Yesus pun mempunyai perasaan sebagai seorang manusia normal, mengalami ketakutan jika sedang menghadapi suatu masalah dan mengetahui bahwa dirinya akan mengalami penderitaan (Luk 22:42 » "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi). 

Didorong oleh ketakutan Yesus mengungkapkan doa-Nya kepada Bapa. Walaupun Ia adalah seorang Putera Allah, namun Ia telah melepaskan segala atribut ke-Allahan-Nya dan mau menjadi sama seperti manusia. Ia sadar bahwa sebagai seorang manusia, ia harus melakukan segala kehendak Bapa bagi diri-Nya.

Jadi, Yesus tahu bahwa kedatangan-Nya di dunia untuk satu tujuan, yaitu memberikan teladan ketaatan dalam melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Ibr 10:7; Yoh 6:38; 4:34; Flp 2:8). 

Ketaatan berhubungan dengan kehendak Allah 

1. Ketaatan berarti mati terhadap kehendak, tidak memikirkan kehendak pribadi. Kehendak Allah dinyatakan-Nya melalui banyak cara

Taat kepada peraturan-peraturan yang ada dalam komunitas, organisasi, kantor, atau kelompok-kelompok lain. Jika kita menjalankannya dengan sepenuh hati berarti kita telah taat kepada kehendak Bapa yang dinyatakan melalui peraturan-peraturan itu. 

Ketaatan kepada pimpinan juga merupakan ungkapan taat kepada kehendak Bapa, karena melalui pimpinan itu Bapa telah berbicara dan menyampaikan kehendak-Nya untuk diri kita masing-masing. Kita bukan taat kepada manusia tetapi dengan mata iman kita melihat Bapa yang berbicara melalui manusia itu (Ef 6:5-6 » Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah). 

2. Ketaatan juga berarti perwujudan dari kerendahan hati. Orang yang taat adalah orang yang rendah hati. Mengapa demikian? Contoh: jika seseorang menjadi anggota suatu komunitas, tentunya ia harus taat pada peraturan yang ditetapkan di dalamnya. Mungkin tidak semua peraturan itu sesuai dengan kehendaknya, tetapi jika seseorang itu mempunyai sikap yang rendah hati, maka ia akan melaksanakan semua peraturan yang ada dengan hati tulus, sebab ia tahu dan sadar bahwa melalui hal itu Bapa telah menyatakan kehendak-Nya. 

Apa yang telah ditetapkan dalam peraturan adalah untuk kebaikan setiap anggota komunitas dan kehendak Bapa selalu untuk mendatangkan kebaikan

3. Ketaatan merupakan juga suatu pengorbanan diri yang akan membawa kita kepada suatu jalan untuk mencapai kekudusan

Dengan menjadi taat, kita telah mengorbankan diri, membunuh kemauan sendiri, membunuh keangkuhan kita, dan menjadikan diri kita sebagai kurban bakaran yang harum bagi Allah

Yesus telah menjadi contoh dan teladan tentang pengorbanan diri (Ibr 5:8 » Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya). Maukah kita berkorban (1 Ptr 3:17 » berbuat baik) untuk melaksanakan kehendak Bapa. 

Kehendak Bapa menuntut suatu pengorbanan diri kita, lakukanlah dengan sepenuh hati karena pada akhirnya hal yang tidak mengenakkan itu akan menjadi suatu hal yang sungguh baik dan indah bagi diri kita dan juga orang lain. 

4. Ketaatan melambangkan adanya suatu sikap kelepasan. Kelepasan ini merupakan suatu sikap yang membawa kita dapat semakin terbuka terhadap segala sesuatu yang dikehendaki Tuhan. Dengan sikap yang lepas bebas, tidak terikat atau lekat dengan suatu hal tertentu, maka kita dapat mempunyai hati yang terbuka untuk karya Tuhan dalam diri kita

Adam dan Hawa menjadi binasa ketika mereka tidak taat dan tak mampu lepas dari godaan keinginan daging. Sebaliknya ketaatan Yesus, kelepasan-Nya akan segala keinginan daging secara manusiawi telah membawa kita semua kepada keselamatan (Rm 5:19). 

Jadi, kehendak Bapa itu selalu berhubungan dengan orang lain, dengan keselamatan orang lain. Dengan kata lain kehendak Bapa berhubungan dengan cintakasih karena apa yang dikehendaki Bapa selalu mendatangkan kebaikan bagi setiap orang. Jika kita melakukannya berarti kita telah ikut berpartisipasi dalam mendatangkan kebaikan bagi orang lain, dan itulah tandanya cinta kasih

Kita tahu bahwa kehendak Bapa yang utama bagi kita adalah ‘mengasihi’. Dengan mempunyai kasih, maka hati kita akan selalu terbuka akan segala hal lain yang dikehendaki Bapa, dan itu akan lebih mudah kita jalankan dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh 2:17).

(Sumber: Warta KPI TL No. 166/II/2019 » Hidup menurut kehendak Allah, Vacare Deo Edisi I/IX/2007; Ketaatan pada kehendak Bapa, HDR Maret-April 2007 Tahun XI). 

Mengikuti seluruh ajaran dan kehendak Tuhan

Kedewasaan selalu dikontraskan dengan sikap kekanak-kanakan. Seperti seorang anak kecil yang polos, kita harus taat pada semua perintah Allah dan menunjukkan sikap pasrah pada semua jalan yang ditunjukkan-Nya. 

Bunda Maria adalah teladan sempurna dari sikap itu. Dengan penuh iman, Bunda Maria menerima kabar dari malaikat Gabriel, mengunjungi Elisabet, sanaknya yang sangat jauh, lalu melakukan lagi perjalanan ke Betlehem, bahkan sampai ke Mesir. Bunda Maria selalu taat menjalaninya. Pernyataan Yesus yang terkesan menolaknya untuk bertemu (Luk 8:19-21) justru semakin menegaskan bahwa Bunda Maria menjadi teladan sempurna dari kedewasaan iman bukan karena hubungan biologis semata, tetapi karena kesetiaannya untuk mengikuti seluruh kehendak Bapa.

Marilah kita belajar dari Kis 1:12-14; 2:1-4

[1:12-14] Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus. 

» Doa adalah hubungan yang hidup anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak terhingga baiknya, bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus. Dengan demikian, kehidupan doa berarti bahwa kita selalu berada dalam hadirat Allah (KGK 2565). 

Doa adalah satu prasyarat yang mutlak perlu untuk menghayati perintah-perintah Allah. Orang harus “selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk 18:1; KGK 2098). Berdoalah setiap waktu di dalam Roh (Ef 6:18). Semangat yang tidak kenal lelah ini hanya dapat berasal dari cinta (KGK 2742). 

[2:1-4] Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu (1) bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka (2) lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 

» Maria menjadi bunda orang-orang hidup. Dalam kedudukan itu ia bersama dengan keduabelasan “sehati bertekun dalam doa, ketika Roh Kudus pada pagi hari Pentakosta menyatakan awalzaman terakhirdengan memunculkan Gereja (KGK 726). 

(1) Yoh 3:8 - Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh. (2) Salah satu lambang Roh Kudus (KGK 696). 

Roh Kudus adalah Roh Cinta Kasih yang menenggelamkan kita ke dalam kasih ilahi yang tak bertepi sehingga kita mampu mengikuti seluruh ajaran dan kehendak Tuhan. Perintah-perintah-Nya tidak terasa berat karena Roh Kudus menyertai kita (Yoh 14:15; 1 Yoh 5:3).

(Sumber: Warta KPI TL No. 166/II/2019 » Bersama Bunda Maria, menjadi semakin dewasa dalam iman, Pendalaman iman bulan Rosario 2018). 

04.13 -

Rela memikul salib



Ada sebuah ungkapan yang beredar di masyarakat berbunyi demikian: Muda, foya-foya; tua, kaya raya; mati, masuk surga. Sebuah ungkapan modern yang menginginkan kebahagiaan terus-menerus, tanpa derita dan kekalahan, tanpa sakit dan kecemasan.

Justru Gereja Katolik memperingati “Hati Bunda Maria yang berduka” setiap tanggal 15 September. Melalui peringatan ini Bunda Maria mengajarkan pada kita bahwa kecemasan, kesengsaraan atau penderitaan, bukanlah hal yang harus kita hindari, tetapi harus kita hadapi. Santa Teresa dari Kalkuta mendapatkan ispirasi dari Bunda Maria yang selalu tersentuh oleh belas kasihan saat orang lain berada dalam kecemasan dan penderitaan.

Marilah kita belajar dari Yoh 19:25-27:

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: (1) "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: (2) "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

» Ketika Maria mengikuti jalan salib Putranya, nubuat Simeon terbukti (Luk 2:35 - suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri). Maria tentu menangis dan sangat menderita melihat anaknya yang tak bersalah dijadikan bersalah.

(1, 2) Sejak saat itu Maria menjadi Bunda bagi umat manusia. Umat manusia pun menghormatinya sebagai bundanya. Maria tetap menderita hingga saat ini ketika manusia masih jatuh dalam dosa. Meskipun demikian Bunda Maria tetap mendoakan umat manusia (Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati). Kedewasaan imannya menjadikan Bunda Maria selalu ingin berbela rasa dengan orang yang menghadapi masalah dalam hidupnya.

Bapa Suci Fransiskus mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang sempurna. Tidak ada ayah yang sempurna, tidak ada ibu yang sempurna dan tidak ada anak yang sempurna. Situasi itu seringkali menimbulkan kesedihan mendalam, terutama ibu-ibu. 

Banyak ibu di dalam keluarga-keluarga saat ini mengalami duka akibat perbuatan anak dan suami. Mereka merasa disakiti dan dilecehkan. Tetapi kita tidak boleh punah dalam harapan. Kita harus rela untuk memanggul salib seperti teladan Bunda Maria. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 166/II/2019 » Bersama Bunda Maria, menjadi semakin dewasa dalam iman, Pendalaman iman bulan Rosario 2018).

Mau melayani

Sebagai pribadi yang beriman dewasa, Maria mau melayani sesama karena ia mempunyai kepekaan pada kebutuhan sesama dan berani bertindak sesuai dengan imannya

Marilah kita belajar dari Yoh 2:1-11:

[1-5] Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: (1) "Mereka kehabisan anggur." Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: (2) "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"

» Sebagai seorang yang beriman dewasa, ibu Yesus peka pada kebutuhan sesama (1). Meskipun permohonannya ditolak, ia tetap sabar dan berani bertindak (2). 

[6-10] Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan (3) mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu - dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya - ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."

» (3) Pelayan yang taat pada perintah-Nya akan menjadi bagian dari mujizat dan mendapat pengertian akan pekerjaan Allah (Am 3:7; Yoh 15:15).

[11] Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

» Bagi mereka yang memahaminya dalam iman, tanda ini merujuk kepada identitas Yesus sebagai Mesias yang akan membawa kepenuhan janji Allah bagi umat-Nya.

(Sumber: Warta KPI TL No. 166/II/2019 » Bersama Bunda Maria, menjadi semakin dewasa dalam iman, Pendalaman iman bulan Rosario 2018).

Memusatkan perhatian kepada Kristus

Sebagai pribadi yang beriman dewasa, Maria selalu membimbing dan menuntun Yesus dalam masa pertumbuhan-Nya. Meskipun ada perbedaan yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman, ia selalu menempatkan Yesus sebagai pusat dari perhatiannya dengan mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan diri sendiri. 

Marilah kita belajar dari Lukas 2:41-52

[41-42] Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. 

» Tiga kali setahun setiap orang laki-laki Yahudi dewasa harus menghadap hadirat Tuhan di Yerusalem (Kel 23:14-17; 34:23; Ul 16:16). Namun tidak sedikit perempuan-perempuan saleh juga pergi ke Yerusalem (1 Sam 1:7). 

Persekutuan dalam hidup keluarga belum sempurna tanpa persekutuan dalam ibadah bersama. Maria menyadari hal ini. Oleh karena itu ia menemani Yusuf pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Peziarahan ke tempat suci seperti ini merupakan upaya untuk semakin belajar tentang iman

Yang lazim dilakukan oleh orang tua Yahudi pada waktu itu

- Ketika masih bayi hingga disapih diasuh oleh ibunya. 

- Sesudah disapih kemudian diasuh oleh ayahnya. Yusuf mempersiapkan Yesus sebaik-baiknya agar benar-benar dewasa secara fisik maupun secara rohani, maka ia memperhatikan bukan saja segi fisik (perkembangan dan kesehatan tubuh), melainkan juga kecerdasan (otak), pengolahan batin (perasaan dan emosi), rasa religious (agama) dan segi sosial. Maka Yusuf mengajari Yesus bukan hanya Hukum Taurat, tetapi juga melatih-Nya berpuasa dan mengajak-Nya ikut perayaan-perayaan di Yeusalem. 

- Pada usia dua belas tahun anak laki-laki Yahudi dinyatakan secara resmi sebagai anggota masyarakat dewasa melalui upacara inisiasi yang disebut Bar Mitzvah (artinya “anak ajaran Taurat”), maksudnya anak yang hidupnya diarahkan untuk mentaati Hukum Taurat

Sejak menerima upacara inisiasi anak bisa berperan penuh dalam jemaat, ambil bagian secara penuh dalam perayaan Paskah atau ibadat lainnya. Mereka bertanggungjawab penuh dalam mentaati Hukum Taurat, oleh karena itu, agar memahami Taurat dengan baik, mereka pun mulai diterima dalam sekolah Taurat. 

[43-45] Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. 

» Jarak dari Nazaret ke Yersalem cukup jauh, sekitar 150 km atau empat hari perjalanan. Biasanya dalam melakukan ziarah suci, penduduk sebuah desa pergi bersama-sama dalam suatu rombongan. Rombongan anak-anak paling depan, kemudian rombongan perempuan, disusul dengan rombongan laki-laki. 

Mereka akan bertemu di suatu tempat perhentian atau penginapan yang mereka sepakati. Berjalan dalam rombongan seperti ini sangat berguna bukan saja untuk perlindungan atau keamanan, melainkan juga memberi kenyamanan karena ada teman seperjalanan dan teman ngobrol yang membuat perjalanan jauh yang berat dan meletihkan menjadi kurang terasa. 

Terlebih bagi anak-anak, perjalanan ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk bermain bersama, bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman seperjalanan. Mereka belajar bagaimana menghargai teman, melepaskan ego, peduli pada teman dan memperlakukan orang lain secara benar. Jadi, Yusuf mengajak Yesus untuk mengembangkan jiwa-Nya dalam segi sosial. 

Yusuf menyangka Yesus berada di rombongan anak-anak atau rombongan ibu-Nya, sedangkan Maria menyangka Yesus berada di rombongan anak-anak atau rombongan bapak-Nya. 

Komunikasi dalam keluarga sangat penting, tiada komunikasi dapat mengakibatkan salah pengertian yang berujung malapetaka. Memberikan keleluasaan kepada anak itu memang baik asalkan diiringi dengan komunikasi yang baik agar anak tidak lepas kendali. 

[46-47] Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. 

» Di pelataran Bait Allah ada banyak kelompok sekolah Taurat, Ia berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok lain. Begitu asyiknya sampai-sampai Ia lupa pulang dan tidak menyadari bahwa orang tua-Nya sudah pulang ke Nazaret. 

Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada Hari Raya dan hari Sabat, Mahkamah Agung dan para alim ulama, yakni para nabi memberi pengajaran teks-teks Kitab Suci yang menunjukkan kehendak dan rencana Allah kepada para peziarah. Metode pengajaran yang dipakai umumnya dialog: peziarah bertanya dan mereka menjawab. Saat-saat itu dipakai Yesus untuk berdiskusi dengan ahli agama dan Kitab Suci. 

[48] Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." 

» Maria menganggap apa yang Yesus perbuat tidak benar karena telah membuat orang tua-Nya cemas. Maria mengingatkan Yesus akan kewajiban-Nya terhadap Yusuf, bapa-Nya. Kata-kata Maria menunjukkan betapa mereka mencintai Yesus dan peduli pada-Nya

[49-52] Jawab-Nya kepada mereka: (1) "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" 

Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu (3) Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan (2) ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. 

» (1) Jawaban Yesus cukup mengejutkan, bahkan sangat mengecewakan. Namun sesungguhnya jawaban-Nya mengingatkan Maria akan kewajiban-Nya terhadapBapa-Nya”, yakni: Allah (Luk 1:35). 

(2) Berkat kerendahan hatinya (Luk 1:38 – Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan), Maria mampu menjadi pribadi yang reflektif, menyimpan semua misteri itu dalam hatinya dan merenungkannya dalam-dalam sembari terus berusaha menemukan rencana terindah Tuhan bagi dirinya dan Anaknya. 

Di hadapan misteri dan kenyataan yang membingungkannya, iman Maria terus dimurnikan dan kian menjadi suci karena menempatkan Tuhan sebagai pusat dari dirinya

(3) Sebagai anak mau mengalah kepada orang tua karena rasa hormat dan keinginan membahagiakan kedua orang tua-Nya. Sebelum memulai perutusan yang penuh dalam usia 30 tahun, Yesus hidup dan tinggal bersama Bunda Maria dan Bapak Yusuf. Masa-masa dalam asuhan bunda-Nya ini adalah masa-masa yang jauh lebih lama daripada pelayanan Yesus yang hanya tiga tahun. Walaupun masa yang amat panjang ini tidak tercatat dengan detail dalam Injil (Yoh 20:31), kita percaya bahwa masa-masa inilah yang menjadi dasar akan kedewasaan sikap dan iman Yesus dikemudian hari. 

Bersama Maria, marilah kita memurnikan hati kita dengan senantiasa merenungkan rencana Allah yang terindah dalam hidup kita setiap kali keadaan yang membingungkan, mengejutkan dan yang sulit kita mengerti menimpa kita. Bukannya kita lantas kecewa, mengumpat-umpat Tuhan, atau putus asa, tetapi pengalaman yang menyentak hati dan jiwa kita menjadi momentum pemurnian diri agar semakin selaras dengan kehendak Allah. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 166/II/2019 » Bersama Bunda Maria, menjadi semakin dewasa dalam iman, Pendalaman iman bulan Rosario 2018).