Jumat, 07 Oktober 2016

12.58 -

Citra diri yang benar

Suatu ketika tikus dan gajah jalan bersama-sama melewati sebuah jembatan. Ketika mereka berjalan melewati jembatan tersebut goncanglah jembatan itu. Sesampainya di seberang si tikus berkata kepada gajah: “Wah saya berjalan bersama dengan anda membuat jembatan itu goncang.”

Si gajah menjawab: “Betul.” - tidak pernah keberatan dengan perkataan tikus. Padahal tanpa gajah, si tikus tidak bisa membuat jembatan tersebut goncang.


Citra diri kita dipengaruhi oleh cara pandang kita terhadap diri kita sendiri - bagaimana kita memandang diri kita, itulah yang membatasinya. Sebesar apa yang ditaruh di kepala kita, sebesar itu yang terjadi.

Kita akan mampu melakukan apa saja, yang kita percaya kita mampu melakukannya. Semuanya tergantung diri kita sendiri. Tuhan memberikan anugerah, harus kerjasama dengan manusia. Tidak bisa doa-doa tanpa usaha.

Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak lawan kita (Yoh 14:12; Mzm 60:14)

Luka batin pertama kali terjadi di dalam keluarga, bukan karena teman yang tidak menolong. Jadi, dalam menghadapi segala sesuatu janganlah kita mengandalkan manusia atau kekuatan kita sendiri. Hal ini tidak akan mengalami datangnya keadaan baik (Yer 17:5-7). Karena kadangkala Tuhan mengeraskan hati seseorang (Kel 9:12; 10:20, 27; 11:10) dan kadangkala Tuhan juga membuat hati seseorang murah hati (Kel 11:3).

Kalau kita ingin mempunyai citra diri yang benar, kita harus menanggalkan manusia yang lama dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya (Kol 3:9-10).

Marilah kita belajar dari Daud:

Samuel menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu ... Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel tetapi Samuel berkata: “Inikah anakmu semua?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” (1 Sam 16:1-13).

Isai berkata kepada Daud: “... Bawalah cepat-cepat kepada kakak-kakakmu.” Berlari-larilah Daud. Sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat. 

Ketika Eliab, kakaknya yang tertua mendengar perkataan Daud, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu...” Tetapi jawab Daud: “Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!” (1 Sam 17:17, 22, 28-29).

Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedangkan dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.” (1 Sam 17:33).

» Banyak orang yang terpuruk hidupnya karena kata-kata orang, entah oleh suaminya/istrinya/anaknya/sahabat-sahabatnya. Citra dirinya rusak karena penolakan, penghakiman, direndahkan, disalahkan. Orang-orang seperti ini kurang mengalami dan merasakankasihdalam hidupnya. Padahal Allah sangat mengasihi kita (1 Yoh 4:19).

Hidup kita tidak ditentukan oleh kata-kata orang, tetapi hidup kita ditentukan oleh firman Tuhan (Bdk. Luk 4:1-13)

Meskipun panah-panah iblis diluncurkan, Daud tidak kepahitan. Hal ini dapat kita pelajari dari:

* Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadian dahsyat dan ajaib, ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya (Mzm 139:13-16

» Meskipun fisik Daud imut-imut menurut ukuran orang Israel, dia sudah bisa menerima dirinya sendiri dan bersyukur menjadi dirinya sendiri. Karena dia menyadari bahwa dia diciptakan secara dahsyat dan ajaib oleh Tuhan

Yang membuat orang tidak dapat berprestasi karena pikiran, perasaan dan kehendaknya bukan fisiknya. 

Misalnya: 

anak muda - menyesali kelahirannya (kenapa aku lahir cacat seperti ini, kenapa aku lahir di keluarga yang miskin, kenapa aku tidak cantik seperti ... ); 

orang dewasa – menyesali nasibnya (seandainya aku kawin dengan... aku akan kaya, keadaanku tidak akan seperti sekarang ini; seandainya...).

* Sekalipun ayah dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku (Mzm 27:10

» karena hubungannya yang akrab dengan Tuhan, meskipun diremehkan, tidak berpengaruh pada dirinya.

Orang yang memiliki citra diri yang baik membawakan dirinya dengan tepat. Karena dia sadar bahwa Tuhan selalu menyertainya sehingga dia selalu berpengharapan. Dia akan berpikir positif, dan akalnya banyak sekali (kreatif). 

Misalnya: ketika Daud menghadapi Goliat. Daud menanggalkan baju perangnya, tetapi dia yakin Tuhan menyertainya. Jadi, dia berpikiran positif sehingga kreatifitasnya muncul, diumbannya dahi Goliat dengan batu sehingga dia terjerumus mukanya ke tanah. Pikirnya: “lebih mudah menembak gajah dari pada menembak tikus.” (1 Sam 17:45-51).

(Sumber Warta KPI TL No. 73/V/2010 »  Renungan KPI TL tgl 5 Mei 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).