23.05 -
*Karakter*
Bagaimana caranya membangun citra diri yang benar
Ada beberapa langkah yang dapat kita pakai untuk membangun citra diri yang benar
1. Milikilah tujuan hidup yang mulia
Sepatu kulit dibuat manusia untuk dipakai ke kantor, tetapi jika tujuannya salah (dipakai ke sawah), maka sepatu itu cepat rusak dan pemakainya pun tidak nyaman.
Demikian pula dengan hidup kita. Allah menciptakan kita dengan suatu tujuan tertentu, itulah sebabnya kita masih diberi kesempatan hidup di dunia ini. Jika kita hidup taat sesuai dengan rencana-Nya, maka Dialah yang akan buka jalan, sehingga kita sukses dan bahagia.
Tetapi banyak orang yang hidup tanpa tujuan yang mulia (ya...pokoknya mengalir begini saja) sehingga orang itu tidak pernah menghasilkan apa-apa dalam hidupnya atau akan berhenti berusaha setelah mencapai kemapanan dan kehilangan antusias serta gairah.
Dan jika menghadapi masalah, dia begitu mudah menuntut, mengeluh dan kurang bersukacita di dalam kehidupannya... akhirnya dia mudah berputus asa.
Bahagia bukan ditentukan dengan apa yang kita miliki tetapi reaksi kita terhadap apa yang kita miliki
Sebagai orang Kristiani yang sudah dipilih, ditetapkan dan dibangkitkan, seharusnya kita mempunyai tujuan hidup untuk Kerajaan Sorga, memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Kita harus pergi dan menghasilkan buah yang tetap bagi semua orang (Yoh 15:16; Flp 1:22; Kol 3:1-2).
Untuk menghasilkan buah yang tetap syaratnya:
Jangan pernah menuntut apa pun dengan Tuhan.
Jangan membanding-bandingkan kita dengan orang lain, orang lain dengan orang lain.
Marilah kita belajar pada Margaret Haughery
Ada seorang bayi yatim piatu yang bernama Margaret Haughery. Ia diangkat anak oleh sepasang pasutri muda yang sama miskinnya dan sama baik hatinya dengan orang tuanya.
Ketika dewasa, ia menikah dan mempunyai seorang bayi. Tetapi suami dan bayinya meninggal, sehingga ia hidup sebatangkara di dunia ini.
Sepanjang hari dari pagi sampai petang ia bekerja menyetrika pakaian di sebuah tempat pencucian. Dari jendela ia melihat anak-anak yatim piatu yang ada di panti asuhan sedang bermain-main.
Tidak berapa lama sesudah itu suatu penyakit yang hebat melanda kota itu dan begitu banyak ayah dan ibu yang meninggal dunia akibat wabah itu. Sehingga lebih banyak anak-anak yatim piatu dari pada jumlah panti asuhan yang bisa menampung mereka.
Pikirnya: “Kasihan anak-anak itu. Mereka pasti membutuhkan teman yang baik. Aku akan menyediakan diriku untuk mereka.”
Margaret langsung menghadap pengelola panti asuhan itu dan memberitahukan bahwa ia akan memberikan sebagian dari upahnya untuk anak-anak itu.
Lalu ia semakin giat bekerja keras, ia makan seadanya dan melatih dirinya untuk hidup sederhana. Upah yang diterimanya sebagian diberikan pada panti asuhan dan sebagian lagi ditabung.
Dari hasil tabungan itu, ia membeli dua ekor sapi dan sebuah kereta kecil. Setiap pagi ia memeras susu dan mengantarkan susu itu ke pelanggannya dengan kereta kecil itu.
Dan ia juga minta sisa-sisa makanan yang masih baik dari hotel-hotel dan rumah-rumah mewah untuk diberikan pada anak-anak panti asuhan yang kelaparan.
Setelah selesai mengantar susu ke pelanggan-pelanggannya, ia tetap bekerja menyetrika pakaian seperti biasanya. Beberapa tahun kemudian ia bisa membangun panti asuhan itu menjadi besar dan lebih bagus.
Margaret begitu trampil dan berhati-hati dalam mengelola usahanya sehingga ia bisa membeli lebih banyak sapi dan memperoleh lebih banyak uang lagi.
Dengan uang itu dia membangun sebuah rumah untuk bayi-bayi yatim piatu dan menamakan rumah itu dengan nama bayinya.
Setelah beberapa waktu dari hasil kerja kerasnya, ia berhasil membuka sebuah pabrik roti. Sekarang dia beralih profesi dari penjual susu menjadi penjual roti dengan mengendarai keretanya. Dan ia pun masih setia menjadi donatur bagi panti asuhan itu.
Pada suatu hari terjadi perang saudara di daerahnya, banyak penyakit dan ketakutan pada masa itu. Entah bagaimana caranya ia selalu mempunyai cukup banyak roti untuk diberikan kepada prajurit-prajurit yang kelaparan dan untuk bayi-bayi disamping roti-roti yang dijualnya.
Sekalipun ia selalu menyisihkan sebagian dari penghasilannya buat anak-anak di panti asuhan, dia tidak pernah berkekurangan. Malahan setelah perang selesai, ia membangun sebuah pabrik roti yang besar yang menggunakan mesin uap.
Semua orang di kotanya mengenalnya, anak-anak di seluruh penjuru kota mencintainya. Dia biasa duduk di pintu kantornya yang terbuka dengan menggunakan gaun dari kain mori dan sebuah syal kecil dan memberikan nasihat yang baik pada setiap orang, baik yang kaya maupun yang miskin.
Ketika orang-orang New Orleans mendengar kabar bahwa Margaret meninggal dunia, mereka mengatakan: “Dia merupakan ibu bagi anak-anak yang tidak memiliki ibu. Dia merupakan sahabat bagi orang-orang yang tidak mempunyai teman dan dia mempunyai kebijaksanaan yang lebih besar daripada yang bisa diajarkan oleh sekolah-sekolah. Kita tidak akan membiarkan kenangan akan dirinya pergi begitu saja dari kita.”
Sewaktu surat wasiatnya dibacakan, ternyata dia masih menyimpan uang yang sangat banyak, dan uang itu diwariskannya kepada berbagai panti asuhan di kota itu.
Dan surat wasiat yang luar biasa itu ditanda tangani tanda salib dan bukan dengan namanya karena Margaret buta huruf.
Inilah teladan hidup seorang manusia yang mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya tetapi dia tetap bergairah untuk hidup karena ia memiliki tujuan hidup yang mulia.
Milikilah tujuan yang mulia dalam hidup ini, jangan hanya hidup untuk diri kita sendiri.
2. Ingatlah kebaikan Allah selalu dan bersyukurlah.
Banyak sekali orang yang lebih mengingat penderitaan yang dialaminya dari pada kebaikan Allah dalam hidupnya (Mzm 103:2-5).
Kebaikan Allah dalam hal kesehatan, keamanan, udara yang segar, pekerjaan dll. dianggapnya lumrah dan sepatutnya. Jika ada hal yang tidak enak yang terjadi, itulah yang dipersoalkannya.
Akibatnya dia akan menjadi orang yang mengasihi diri sendiri, dan semakin tenggelam dalam sikap: “Betapa malangnya nasibku ini.” Mereka selalu menuntut keadilan, tetapi keadilan yang dituntut adalah keadilan yang menguntungkan dirinya.
Belajarlah untuk menghitung berkat-berkat yang kita terima, maka kita akan berbahagia.
* Jika kita menghitung semua berkat yang kita terima, kita pasti mendapati diri kita sebagai orang yang beruntung. (Robert Quillen).
* Siapakah orang yang kaya? Dialah orang yang bersukacita dengan bagian yang dia terima (Benyamin Franklin).
Jika kita mengalami sedikit penderitaan, janganlah terlalu mempersoalkan tetapi ingatlah kebaikan Tuhan.
3. Memperkatakan firman.
Apa yang dikatakan oleh mulut seseorang akan sangat mempengaruhi kehidupan orang tersebut, sebabnya jangan mengucapkan kata-kata negatif, sebaliknya ucapkanlah kata-kata positif.
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, ia akan mamakan buahnya (Ams 18:21).
Kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar (Yak 3:4-5) dll.
Alkitab adalah sumber kata-kata positif yang paling baik dan benar. Kalau kita merasa down, ucapkanlah firman Tuhan yang positif dengan mulut sampai suara tersebut terdengar oleh telinga kita sendiri. Kalau kita memperkatakan firman Tuhan, iman kita akan bertumbuh dan citra diri kita menjadi lebih baik.
Sekalipun ... meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku (Mzm 27:10).
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib (Mzm 139:14).
Roh Allah ada padaku ... (Yes 61:1).
Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita (Mzm 108:14).
Dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Rm 8:37).
Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib... (1 Ptr 2:9-10) dll.
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119:105)
4. Tingkatkan kemampuan berkomunikasi.
Menurut Zig Ziglar:
Mulailah dengan proses melihat diri sendiri di cermin, lihat langsung mata anda dan bicaralah hal-hal yang positif.
Belajar kontak mata. Caranya: dimulai dengan bermain bersama anak-anak kecil dan tatap mata mereka ketika anda bermain.
Belajarlah untuk memandang lawan bicara anda.
Melihat setiap orang yang kita ajak berkomunikasi dan beri salam langsung pada mata mereka.
Jangan menghindar ketika diminta untuk berbicara di depan umum.
Jadikanlah kekurangan sebagai motivasi untuk berusaha lebih baik lagi, bukan untuk dimaklumi.
5. Berikan penghargaan buat prestasi-prestasi kecil.
Ada banyak orang tidak bisa memberi penghargaan buat dirinya sendiri, sehingga ketika Tuhan mau pakai dia secara luar biasa, dia bilang “tidak bisa”.
Ada juga orang yang merasa mampu, tetapi ketika dikritik dia merasa kecewa. Jadi, kita harus bisa menilai diri sendiri, harus “pas” tidak boleh lebih/kurang; peneguhan itu akan datang sendiri dari orang lain.
Keberhasilan kita dalam hal-hal yang nampaknya kecil akan sangat bermanfaat saat kita menghadapi persoalan-persoalan yang besar di kemudian hari.
Marilah kita belajar dari Daud (1 Sam 17:33-37)
Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi ... sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari mudanya telah menjadi prajurit.”
Daud berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba. Apabila datang singa atau beruang ... maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini.
Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemoh barisan dari pada Allah yang hidup.”
Pula kata Daud: “Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.”
» Daud bisa memberi penghargaan buat dirinya sendiri, dia tahu apa yang harus dilakukannya. Karena dia teringat pengalaman-pengalaman “kecil” yang telah dia lewati sewaktu menggembalakan kambing domba. Tuhan telah beberapa kali melepaskan dia dari cakar singa dan beruang, maka tentunya Tuhan akan melepaskan dia dari tangan Goliat.
Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemoh barisan dari pada Allah yang hidup.”
Pula kata Daud: “Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.”
» Daud bisa memberi penghargaan buat dirinya sendiri, dia tahu apa yang harus dilakukannya. Karena dia teringat pengalaman-pengalaman “kecil” yang telah dia lewati sewaktu menggembalakan kambing domba. Tuhan telah beberapa kali melepaskan dia dari cakar singa dan beruang, maka tentunya Tuhan akan melepaskan dia dari tangan Goliat.
Janganlah meremehkan pengalaman-pengalaman “kecil” yang Tuhan hadapkan pada hidup kita. Kalau ada tugas kerjakan sebaik-baiknya.
6. Pergaulan
Dua tahun lamanya Harold Abbott membuka toko bahan makanan di Webb City, ia terlibat utang yang baru bisa lunas setelah tujuh tahun.
Sabtu sebelum tokonya ditutup polisi, ia berencana untuk pergi ke Kansas City untuk mencari pekerjaan di sana. Saat itu ia berjalan seperti orang yang sudah kalah total, putus asa dan tak berdaya. Semangat juang dan kepercayaannya sudah hilang.
Ketika ia sedang berjalan dalam keputus asaan, tiba-tiba ia melihat ada orang menyeberang jalan. Orang itu tidak mempunyai kaki sama sekali. Ia duduk di atas papan kayu yang diberi roda bekas sepatu roda. Ia berjalan sendirian dengan jalan mendorong ‘keretanya’ dengan kedua belah tangannya.
Ketika orang itu sampai di seberang jalan, matanya bertemu pandang dengan mata Harold Abbot, dan orang itu menyapanya dengan senyum lebar dan nada riang: “Selamat pagi pak, hari ini cuaca cerah bukan? Ketika ia mengamati orang itu, ia tersadar bahwa ia sangat kaya, karena ia mempunyai tubuh yang lengkap.
Ada suara di hatinya: “Kalau orang itu dapat begitu bahagia, riang gembira dan mempunyai kepercayaan diri, padahal ia tidak mempunyai kaki sama sekali, seharusnya aku juga dapat bergembira apalagi aku mempunyai dua kaki utuh. Mulai saat itu hati dan pikirannya terbuka, dan sejak saat itu ia mempunyai kepercayaan diri yang kuat dan mampu untuk berkata: “Aku akan berhasil.” Akhirnya ia berhasil...
Ada suara di hatinya: “Kalau orang itu dapat begitu bahagia, riang gembira dan mempunyai kepercayaan diri, padahal ia tidak mempunyai kaki sama sekali, seharusnya aku juga dapat bergembira apalagi aku mempunyai dua kaki utuh. Mulai saat itu hati dan pikirannya terbuka, dan sejak saat itu ia mempunyai kepercayaan diri yang kuat dan mampu untuk berkata: “Aku akan berhasil.” Akhirnya ia berhasil...
Kenapa Harold Abbott tiba-tiba mempunyai keyakinan bahwa ia akan mendapatkan pekerjaan? Karena ia melihat sikap yang antusias dan positif dari pria yang tidak punya kaki yang ia jumpai di jalan West Dougherty Street di Webb City.
Perjumpaan yang hanya 10 detik itu telah merubah hidupnya, ia mendapat pelajaran tentang kehidupan manusia dan bagaimana harus menikmati kehidupan ini. Itu jauh lebih bermanfaat daripada yang ia pelajari 10 tahun sebelumnya.
Perjumpaan yang hanya 10 detik itu telah merubah hidupnya, ia mendapat pelajaran tentang kehidupan manusia dan bagaimana harus menikmati kehidupan ini. Itu jauh lebih bermanfaat daripada yang ia pelajari 10 tahun sebelumnya.
Jadi, bergaullah dengan orang-orang yang optimis dan antusias; belajar dan bergabunglah dengan orang-orang yang berhasil, yang bersikap positif serta membangun, dan hindarilah kelompok orang-orang yang bersikap negatif. Karena pergaulan menentukan bagaimana cara kita merespon kehidupan ini.
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Kor 15:33)
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Kor 15:33)
(Sumber: Warta KPI TL No. 74/VI/2010 » Renungan KPI TL tgl 3 Juni 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).