Kamis, 21 Juni 2018

00.59 -

Hukum Kodrat (Thomas Aquinas)



(1) Ajaran pokok dari Thomas Aquinas tentang etika hukum kodrat
Thomas Aquinas memahami moralitas sebagai ketaatan manusia terhadap hukum kodrat (Lex Naturalis). 

Maksudnya, keterarahan kodrat manusia, bersama dengan kodrat alam semesta, pada perwujudan hakikatnya. Apa artinya hidup sesuai dengan hukum kodrat? Hidup sedemikian rupa sehingga kita mencapai tujuan kita dan menjadi bahagia

Hukum kodrat ini bukanlah hukum yang lepas begitu saja (dari ruang vakum atau dari negeri antah berantah). Keberadaan Hukum kodrat tidak bisa dilepaskan dari partisipasinya dalam hukum abadi (Lex Aeterna) yang tak lain adalah kebijaksanaan Allah sendiri sebagai asal-usul dan penentu kodrat ciptaan

Prinsip hukum kodrat yang paling dasar berbunyi: “Yang baik harus dilakukan dan diusahakan, yang jahat harus dihindari.” [ST I-II, 94, 2] 

Prinsip ini dijabarkan melalui tiga tingkatan kecondongan: kecondongan yang dimiliki sebagai pengada misalnya self-preservation (pemenuhan diri dari kebutuhan-kebutuhan dasariahnya, yaitu makan-minum), sebagai makhluk perasa, dan sebagai makhluk berakal budi (pengetahuan akan kebenaran tentang Tuhan dan hidup dalam persaudaraan umat manusia). 

Teori hukum kodrat yang diajukan Aquinas melampaui eudemonisme Aristoteles karena ia mempunyai dimensi transenden. Kebahagiaan tidak melulu dapat terpenuhi di dunia ini, melainkan baru terpenuhi dalam visio beatifica.

(2) Hal hal yang mengesan dari ajarannya

Teori hukum kodrat dari Thomas Aquinas memberikan dasar yang masuk akal dan rasional akan pentingnya keberadaan hukum dan kewajiban manusia untuk menaati hukum itu bukan karena unsur paksaan eksternal namun karena manusia adalah makhluk rasional yang menggunakan akal budinya dan dengan demikian ia sadar bahwa hukum yang ditaatinya itu adalah hukum yang selaras dengan tuntutan akal budinya. 

Dengan demikian, jika ia hidup sesuai dengan kodratnya, ia akan dapat mengaktualisasikan dirinya dalam dimensi-dimensinya yang paling hakiki. Teori hukum kodrat ini, dalam perkembangannya, menjadi salah satu dasar pokok dari keberadaan (raison d’ĂȘtre) hak-hak azasi manusia. 

(3) Hal apa yang sulit dimengerti dari ajarannya

Memahami secara persis: kodrat manusia itu apa? Apa isi dari hukum kodrat ini jika dikatakan lakukanlah yang baik dan hindarilah yang jahat. Apa itu yang baik? Yang sesuai dengan kodrat & tuntunan akal budimu. Lalu apakah akal budi itu sudah dengan serta merta (dengan terlahirnya manusia) terbentuk menjadi akal budi yang sehat (sound) dan dapat kita jadikan pegangan untuk memandu kita sehingga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat? Isi dari akal budi inilah yang perlu dibentuk dan diisi lewat pendidikan dan pembiasaan (habit formation) berbuat baik sejak kecil. Jadi tidak otomatis akal budi terbentuk menjadi baik begitu saja.

(Sumber: romojost.blogspot.com)


Paham hukum kodrat berasal dari Stoa, yang kemudian disempurnakan oleh Thomas Aquinas. Hukum kodrat mengacu kepada kodrat. Dengan kodrat dimaksud realitas, atau struktur realitas, hakekat realitas yang ada. Apapun yang ada mempunyai kodratnya. 

Menurut Thomas Aquinas, sesuatu yang baik dan sesuatu yang jahat dapat ketahui dari hukum kodrat, yang dapat kita ketahui melalui akal budi kita. Dari hukum kodrat kita mengetahui perbuatan mana yang baik dan mana yang jahat.

Hukum kodrat dapat dipahami dengan mudah, gagasan dari hukum kodrat tersebut adalah "hiduplah sesuai dengan kodratmu!" Thomas Aquinas menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan vegetatif, sensitif (emosional), dan rohani. 

Yang khas dari manusia adalah kerohaniannya. Manusia bertindak sesuai dengan kodratnya apabila manusia menyempurnakan diri sesuai dengan kekhasannya, jadi dengan kerohaniannya. Ia harus mengembangkan diri sebagai makhluk rohani, sedangkan penyempurnaan kekuatan-kekuatan vegetatif dan emosional harus dijalankan sedemikian rupa sehingga menunjang penyempurnaannya sebagai makhluk rohani. 

Hukum kodrat muncul dalam bentuk bentuk hukum alam

Bagi semua makhluk bukan manusia di dunia ini hukum kodrat itu sama dengan hukum alam, maksudnya mereka lahir, tumbuh dan bekembang, dan mati menurut hukum alam masing-masing. 

Sedangkan manusia adalah makhluk rohani dan karena itu ia bebas, artinya ia dapat menentukan sendiri apa yang dilakukan. Dalam bertindak manusia tidak ditentukan oleh hukum kodrat. 

Oleh karena itu, bagi manusia hukum kodrat merupakan hukum dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah norma yang diharuskan, yang dapat diketahui, dan di situ manusia harus menentukan sendiri apakah ia mau taat atau tidak padanya

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat menyeleweng dari kodratnya, yang dapat bertindak tidak sesuai dengan kodratnya, melawan kodratnya. 

Bagi manusia hukum kodrat sama dengan hukum moral, jadi hukum kodrat adalah apa yang sekarang disebut sebagai prinsip-prinsip dan norma-norma moral. Dalam kata lain, bagi manusia hukum kodrat betul-betul berupa hukum dalam arti normatif.

Menurut Thomas Aquinas, manusia hidup dengan baik apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya, buruk apabila tidak sesuai dengan kodratnya. Karena manusia hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat mencapai tujuannya apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya.

Setiap tindakan manusia akan sesuai atau tidak sesuai dengan akal budi, maka secara moral setiap tindakan harus bersifat baik atau buruk, tidak ada yang netral. Ia sesuai apabila ia menyempurnakan manusia sebagai makhluk rohani atau menunjang penyempurnaan itu, buruk apabila ia mengganggunya.

Thomas Aquinas membedakan hukum kodrat menjadi dua, yaitu hukum kodrat primer dan hukum kodrat sekunder. 

Hukum kodrat primer tidak dapat berubah, karena langsung berdasarkan struktur kodrat manusia dan struktur itu tidak berubah. 

Prinsip-prinsip hukum kodrat yang menyangkut pengembangan diri manusia dalam dimensi hakiki sesuai dengan kodratnya tidak berubah. 

Sedangkan hukum kodrat sekunder dapat berubah. Kodrat manusia dari segi sosial dan kultural tidak mutlak, tergantung pada situasi sosial dan kultural tertentu. Situasi semacam itu juga memuat implikasi etis karena merupakan konteks manusia harus mengembangkan diri. 

Hukum kodrat adalah hukum yang berasal dari Tuhan. Menaati hukum kodrat berarti taat kepada Tuhan, jika tidak menaatinya berarti tidak taat kepada Tuhan. 

Etika hukum kodrat menunjuk kepada Tuhan. Tuhanlah yang menuntut manusia agar hidup sesuai dengan kodratnya, kehidupan sesuai dengan kodrat merupakan kewajiban bagi manusia. 

Jadi manusia wajib menaati hukum kodrat. Berbeda dengan etika Aristoteles yang tertutup bagi dimensi transenden, Thomas Aquinas menyebut bahwa moralitas tidak hanya masalah kebijaksanaan, melainkan masalah kewajiban

Etika Thomas Aquinas juga bersifat Eudemonistik dan Teonom. Bersifat Eudemonistik karena dengan hidup menurut hukum kodrat kita dapat semakin bahagia. Bersifat Teonom karena kita sekaligus taat kepada hukum abadi, hukum Tuhan.

Kodrat tidak hanya bicara tentang kita, melainkan juga tentang kebijaksanaan Tuhan. Dengan memandang kodrat, kita mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki kodrat seperti itu kepada kita, Tuhan juga menghendaki agar kita hidup sesuai dengannya.

Hukum kodrat mengungkapkan dan mencerminkan hukum abadi, kebijaksanaan Ilahi. dengan menaati hukum kodrat, kita sekaligus menaati hukum abadi, jadi kita taat kepada kebijaksanaan Ilahi. Itulah sebabnya, hidup sesuai dengan kodrat bukan sekedar perbuatan yang bijaksana, melainkan wajib. Wajib karena Tuhan menghendakinya. 

(Sumber: Warta KPI TL No.158/VI/2018 » legalstudies71.blogspot.com).

Santo Thomas Aquinas, Imam dan Pujangga Gereja




MASA KECIL THOMAS 



Thomas berasal dari keturunan raja Lombard, kerajaan Napoli. Ayahnya, Landulf berasal dari Aquino, penguasa di Loretto dan Belcastro, dan ibunya Theodora seorang putri bangsawan dari Teano. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, namun dapat diduga sekitar tahun 1225, bertempat di puri Rocca Secca, reruntuhan bangunan ini masih dapat dilihat pada bagian sebuah gunung Campagna Felice dan di kota kecil Aquino. 


Thomas adalah anak paling kecil dari empat saudara laki-laki dan beberapa saudara perempuan, namun adik perempuannya yang paling kecil meninggal karena petir, ketika pada suatu malam Thomas sedang tidur di kamar yang sama. Kejadian ini menyebabkan ia menjadi sangat takut dengan guntur sehingga ia sering bersembunyi di dalam gereja saat ada guntur. Oleh karena itu, devosi kepada Santo Thomas yang terkenal yaitu perlindungan dari serangan badai dan kematian tiba-tiba

Pada usia lima tahun, Thomas dikirim belajar di suatu biara benediktin di Monte Cassino, beberapa mil di sebelah utara Roca Secca. Abbas pada saat itu, Landulf Sinibaldo, masih termasuk keluarganya. Di sana Thomas menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Ia memiliki talenta yang besar dan menyukai renungan. Sebagai anak berusia lima tahun, Thomas sudah masuk dalam keanggotaan biara tersebut dan sampai usia empat belas tahun ia tinggal dan menyelesaikan sekolahnya.

MASA STUDI 

Pada tahun 1239, Thomas dikirim belajar ke Universitas Napoli dan belajar selama lima tahun tentang seni dan ilmu pengetahuan. Pelajaran yang diterimanya antara lain: filsafat, logika, tatabahasa, retorika, musik dan matematika. Ia belajar retorika dari Peter Martin, salah seorang terpelajar pada masa itu dan dari Peter Hiberia ia belajar filsafat. 

Saat teman-temannya lebih condong ke arah duniawi, ia pergi ke gereja atau ke kamar untuk berdoa dan belajar. Dengan kemajuan yang luar biasa ini, ia menerangkan pelajaran jauh lebih jelas daripada yang telah dijelaskan oleh guru-gurunya. Di universitas ini pula, Thomas mengenal karya-karya Aristoteles yang ikut mempengaruhi pandangannya di kemudian hari. Namun demikian, kerendahan hati yang dimilikinya menutup semua kecerdasannya. Sikap cintakasih dan murah hati mewarnai seluruh hidupnya. Thomas juga bersikap hati-hati dengan menyembunyikan dari tangan kirinya, apa yang dilakukan tangan kanannya.

MENJADI BIARAWAN DOMINIKAN 

Di Napoli ia tertarik untuk menjalani kehidupan membiara dan menjadi biarawan Dominikan, namun keluarganya tidak menyetujuinya. Thomas dinasihati untuk meninggalkan panggilannya. Akan tetapi, Thomas tidak putus asa. Ia memiliki devosi khusus kepada St. Dominikus, seorang Santo yang dipenuhi Roh Allah

Pada usia dua puluh tahun, ia diterima dan mendapatkan jubah Dominikan. Berita mengenai ini segera sampai ke Rocca Secca, dan menimbulkan kemarahan besar dari ibunya, bukan karena ia bergabung dalam komunitas religius, tetapi karena ibunya menginginkannya untuk menjadi biarawan Benediktin di biara Monte Cassino dan diberikan kedudukan sebagai Abbas. 

Theodora sendiri bermaksud pergi ke Napoli, untuk menyakinkan anaknya supaya kembali ke rumah, dan saat ibunya bersikukuh, anak muda itu sudah meninggalkan tempat tersebut. 

Pimpinan tertinggi Dominikan yang dalam perjalanan ke Bologna sudah memutuskan untuk mengajak Thomas dan mempersiapkan pesta kecil untuknya. Ibunya tidak kehabisan akal, ia mengirimkan pesan kepada Landulf dan Reynold, saudaranya yang lebih tua yang bertugas sebagai komandan di Tuscany. 

Sementara Thomas beristirahat di Acquapendente dekat Siena, ia dibawa secara paksa oleh kedua saudaranya kembali ke Rocca Secca mengikuti arahan dari ibunya dan kemudian kembali ke puri Monte San Giovanni, dua mil jauhnya. Di tempat itu ia dijaga ketat. Selama Thomas dipenjarakan, keluarganya memakai berbagai macam cara untuk melemahkan ketetapan hatinya. 

Meskipun banyak nasihat yang keras dan kasar dilontarkan kepadanya, Thomas tetap menjawab dengan lembut dan penuh hormat, namun tetap tegas. Akhirnya, karena keteguhan sikapnya, ibunya meminta untuk menjaga lebih ketat dan tidak ada seorang pun yang boleh melihatnya, kecuali kedua saudara perempuannya, antara lain Marotta yang diijinkan untuk mengunjunginya. Santo Thomas membimbing saudarinya dalam merenungkan Kitab Suci sehingga akhirnya ia tertarik untuk menjadi seorang biarawati.

MEMPEROLEH RAHMAT KEMURNIAN 

Situasi selama di penjara menguntungkan bagi Thomas untuk berdoa dan kontemplasi. Beberapa waktu setelahnya, kedua saudara perempuannya membawakan beberapa buku antara lain Kitab Suci, metafisika Aristoteles dan buku-buku dari Petrus Lombardia. Bersamaan dengan itu, dua saudara laki-lakinya kembali ke rumah setelah menjalankan tugasnya sebagai tentara. 

Mereka membawa dan memperkenalkan seorang wanita dengan watak yang buruk kepada Thomas. Santo Thomas dengan segera memintanya untuk meninggalkan tempat itu. Setan berusaha menggodanya, tetapi ia menang. Ia juga tidak menjadi sombong, tetapi berlutut dan berterimakasih kepada Allah atas kerahiman dan pemeliharaan-Nya. 

Santo Thomas menggandakan doa-doanya supaya memperoleh rahmat iman serta kemurnian budi dan jiwa kepada Tuhan. Tuhan mengabulkan doanya. Thomas dikunjungi oleh dua malaikat yang akan menjaga, meneguhkan, dan membantunya agar tidak mengalami cobaan yang kotor dan berat. Malaikat itu pergi, namun ia menyimpan rahasia ini. 

Sebelum kematiannya, ia hanya mengungkapkan peristiwa ini kepada bapa pengakuannya F. Reynold dan menjelaskan bahwa ia menerima pertolongan itu tiga puluh tahun sebelumnya. Sejak saat itu, ia dilindungi dari godaan semacam itu dan senantiasa berhati-hati terhadap musuh tersebut.

MELANJUTKAN STUDI 

Pada tahun 1245, Thomas diijinkan oleh keluarganya untuk menjadi seorang biarawan Dominikan. Setahun kemudian, setelah kepulangannya ke Napoli, ia merasakan kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupnya karena mengurbankan kebebasan yang dimiliki untuk menjadi milik Tuhan semata. 

Namun Theodora berusaha sedapat mungkin menjauhkannya dari Napoli, bagian kehidupan Thomas dan meminta untuk memindahkan ia dari Sabina, Roma dan pergi melanjutkan studinya di Paris, jauh dari kaum kerabatnya. Paus menanggapi dan menyetujui pilihan tersebut. 

Santo Thomas memberikan seluruh waktunya untuk studi, mengurangi waktu makan dan tidurnya, bukan untuk mendapat penghargaan dan untuk kepentingan sendiri, tetapi lebih-lebih untuk memuliakan Allah

Kerendahan hatinya membuat kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya tidak kelihatan. Kebanyakan teman-temannya mengira ia tidak mempelajari sesuatupun dan oleh karena keheningannya itu, mereka memanggil Thomas, ‘si bodoh’, bahkan salah seorang dari mereka seringkali menerangkan pelajaran-pelajaran kepadanya dan Thomas dengan rasa terimakasih mendengarkan tanpa berbicara, padahal ia mampu untuk mengajar. 

Namun demikian, kecemerlangan, kejeniusan, dan kecepatan daya tangkap juga pengertian yang mendalam atas apa yang dipelajari akhirnya terungkap, meskipun banyak usaha untuk menutupinya. 

Sang guru, Albertus, mencoba mengajukan beberapa pertanyaan yang sulit dan membingungkan, tetapi Thomas memberikan jawaban yang membuat seluruh pendengar terkejut. Hal ini membuat Albertus tidak mampu menahan sukacitanya dan memberi pujian dengan mengatakan bahwa banyak orang menyebut Thomas orang bodoh, tetapi ia akan membuat cemoohan itu, menjadi suatu pujian besar dari dunia. Pujian ini tidak membuatnya bangga, ia terus bersikap sederhana, menawan, hening dan rendah hati

Tidak ada yang memenuhi hati Thomas kecuali Allah dan kepentingan-Nya. Santo Thomas tidak mementingkan pemikiran sendiri dan tidak bergantung pada pendapat orang tentang dirinya.

MENYADARI KEHADIRAN ALLAH DAN KERAHIMAN-NYA 

Pada tahun pertama di bawah bimbingan Albertus Magnus, Thomas menulis komentar atas tulisan Aristoteles. Kegiatan-kegiatan di tempat studinya tidak mengurangi waktu doanya. 

Dengan selalu menyadari kehadiran dan kerahiman Allah, hatinya terus-menerus terangkat dan terarah kepada Allah. Perhatian Thomas yang selalu tertuju pada Allah, membuat jiwanya senantiasa dipenuhi sukacita. Hal itu nampak pada wajah dan seluruh percakapannya yang selalu mengarah ke surga

Kerendahan hati dan ketaatan menandai seluruh sikap hidupnya. Ia sering melakukan mati raga dan tidak melekat dengan rasa yang dinikmatinya. Selain itu, dengan menyadari panggilan kepada kekudusan menjadikan Santo Thomas selalu berjaga-jaga bersama Tuhan, tekun berdoa dan melakukan latihan-latihan rohani lain.

MENJADI IMAM 

Pada tahun 1250, St. Thomas ditahbiskan menjadi imam di Cologna. Setelah ia menjadi imam, persatuannya dengan Allah kelihatan lebih mesra daripada sebelumnya. Jiwanya melampaui apa yang dipelajarinya, dan Thomas berdevosi yang sangat besar kepada Sakramen Mahakudus. Ia menghabiskan beberapa jam setiap hari di depan altar, merendahkan diri dalam penyembahan dan melebur dalam kontemplasi kasih Allah yang melampaui segala sesuatu. 

Seorang pengikut dan penulis biografinya, William da Tocca, menulis bahwa sejak saat itu Thomas melewatkan waktu berjam-jam dalam doa, siang dan malam, dan jiwanya seakan-akan terangkat dan terserap dalam misteri Allah.

MENGAJAR DI UNIVERSITAS 

Pada usia dua puluh tahun, St. Thomas dikirim bersama Albertus ke Paris dan belajar di universitas St. Yakobus. Ia diminta mengajar untuk pertama kalinya dan mulai menunjukkan karya-karyanya yang terdiri dari komentar atas etika dan karya-karya Aristoteles. 

Pada tanggal 23 Oktober 1257, setelah mengajar selama empat tahun, ia diangkat menjadi profesor. Tak lama kemudian, Thomas dikenal sebagai seorang pujangga yang tak ada bandingannya pada masa itu. Ia jauh melebihi Albertus Magnus, pembimbingnya dalam pemikiran dan kebijaksanaan. 

St. Thomas menerangkan tulisan Kitab Suci dan memberikan komentar atas Kitab Yesaya dan Injil St. Matius. Di universitas ini, Thomas menjadi pengkhotbah umum dan dipanggil untuk mengajar di sekolah penerima beasiswa dalam hubungan dengan Paus. Ia juga mengajar dan berkhotbah di beberapa kota di Italia. Ketika ia mulai kembali ke Paris pada tahun 1269, St. Louis IX memiliki penghormatan yang sangat besar kepada St. Thomas, sehingga ia mengonsultasikan secara teratur perkara-perkara penting negaranya.

SUMMA THEOLOGIAE & KARYA LAINNYA 

Sekitar tahun 1266, St.Thomas memulai karyanya yang sangat terkenal,Summa Theologiae. Ketika suatu saat ia diminta universitas untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan atas suatu pertanyaan yang mereka ajukan, yaitu apakah Sakramen Mahakudus adalah sungguh-sungguh tubuh Kristus atau hanya kelihatannya saja. 

St. Thomas berdoa sungguh-sungguh dan menulis jawabannya dalam bentuk risalat, yang sampai saat ini masih ada, dan menempatkannya di atas altar sebelum membuat pernyataan umum. Keputusannya diterima pertama-tama oleh pihak universitas dan kemudian oleh seluruh Gereja. 

Kemudian, mendekati akhir hidupnya, saat Pujangga Malaikat ini berada di Salerno dan sibuk dengan bagian ketiga karyanya, Summa theologiae, tentang belaskasihan dan kebangkitan Kristus, seseorang melihatnya berlutut di hadapan altar pada malam hari dalam keadaan ekstase dan terdengar suara, yang nampaknya berasal dari salib mengatakan dengan keras “Engkau telah menulis sangat baik tentang Diri-Ku, Thomas, balasan apakah yang kau inginkan dari‑Ku?Thomas menjawabTidak lain hanyalah Diri-Mu, Tuhan!”. 

Dalam sebuah cerita lain dikisahkan, pada suatu kesempatan Thomas diundang untuk santap siang dengan Raja St. Louis, dan pada waktu makan, tiba-tiba ia mempunyai suatu ide tentang hal yang sedang ditulisnya. Ia memukul meja dengan tangannya dan berseru, “Itu mengakhiri bidaah Manichean!” Kepala istana menyentak ke arah Thomas dan mengingatkannya bahwa ia sedang berada di meja dengan raja, dan Thomas segera sadar dan meminta maaf atas lamunannya. 

Tulisan-tulisan yang dibuat St. Thomas di antaranya adalah Summa Theologiae, disertasi tentang Doa Bapa Kami, Salam Malaikat dan Syahadat Iman para Rasul, di samping menyusun komentar atas beberapa bagian dari Injil dan risalat berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. 

Dari seluruh karyanya, yang paling penting yaitu Summa Theologiae, berisi dua puluh jilid, yang sebagian besar bersifat filsafat dan teologi. Ia juga banyak mengomentari karya Aristoteles, di mana ajaran Aristoteles pertama-tama mempengaruhi pemikiran St. Thomas dalam hal membangun sistem filsafat Kristiani yang lengkap. 

Dalam metodenya dikatakan bahwa ia menerapkan geometri pada teologi, pertama-tama dengan menetapkan masalah atau dalil, dan kemudian mengemukakan kesulitan-kesulitannya. Hal ini diikuti dengan kutipan-kutipan dari Kitab Suci, Tradisi Gereja dan berbagai karya-karya teologi. Yang terakhir yaitu mengambil kesimpulan dengan jawaban yang pasti atas seluruh keberatan yang dibuat pada awal. 

Karyanya merupakan karya yang paling besar pada jaman ini, dan salah satu dari tiga karya referensi, yang ditempatkan di atas meja dewan pada Konsili Trente. 

Dua buku lainnya, yaitu Kitab Suci dan Ketetapan-Ketetapan Kepausan. Hal ini hampir mustahil bagi kita, dengan jarak waktu yang panjang, untuk menyadari pengaruh besar St. Thomas terhadap seluruh pemikiran dan teologi jaman sekarang. 

St. Thomas juga dimintakan bantuannya oleh Paus Urbanus IV untuk menyusun teks liturgi Misa merayakan pesta Sakramen Mahakudus pada tahun 1264. beberapa yang dihasilkan Thomas adalah Dua lagu pujianVerbum supernum” dan “Pange lingua”, dikenal oleh seluruh Gereja Katolik, termasuk pujian “O salutaris” dan “Tantum ergo” yang secara teratur dinyanyikan di biara Benediktin. Namun lagu pujian lain dari Santo ini, khususnya “Lauda Sion” dan “Adoro te devote” berisi penjelasan paling lengkap atas ajaran teologi yang pernah diberikan di dunia.

SEMUANYA ADALAH JERAMI 

Selama berada di Paris, universitas tersebut terpecah karena berbagai pertikaian, dan pada tahun 1272 terdapat semacam ‘pemogokan umum’ di antara fakultas-fakultas. Di tengah-tengah situasi itu St. Thomas dipanggil ke Italia untuk mengawasi rumah studi di Napoli. Tugas ini merupakan tempat terakhir karyanya. 

Pada pesta St. Nikolas tahun berikutnya ia mempersembahkan misa, pada saat ia menerima wahyu yang sangat mengesankan baginya sehingga ia menulis dan tidak lagi melanjutkannya. Ia menghentikan karya besarnya, sehingga bukunya Summa theologiae tidak terselesaikan. Terhadap peringatan saudara Reginald, St. Thomas mengatakan bahwa akhir dari karyanya telah tiba, semua yang telah ditulisnya menjadi seperti jerami setelah hal itu diwahyukan kepadanya.

AKHIR HIDUP DAN BEATIFIKASI 

St. Thomas sedang sakit, saat diberi tawaran oleh Paus Gregorius X untuk menghadiri konsili di Lyon, yang membahas penyatukan kembali Gereja Yunani dan Latin. Keadaannya menjadi semakin memburuk dalam perjalanan ke biara Sistersian, Fossa Nuova, dekat Terracina. Di sana ia menginap di kamar kepala biara dan dilayani oleh para rahib. Dengan kerelaan hati memenuhi permohonan mereka, ia mulai menguraikan secara terperinci kepada mereka madah demi madah, namun ia tidak sampai menyelesaikannya. Keadaaan ini memberi kejelasan bagi semua rahib bahwa ia sedang sekarat. Setelah terakhir kali ia melakukan pengakuan kepada Pastor Reginald dari Priverno dan menerima perminyakan, ia mengungkapkan kata-kata yang sangat dikenal “Saya menerima Engkau, anugerah penebusan jiwaku: semua studiku, kesiapsiagaanku dan karyaku semuanya karena kasih kepada-Mu. Saya telah berpikir banyak dan menulis banyak tentang tubuh terkudus Yesus Kristus. Saya telah mengajar dan menulis dalam iman akan Yesus Kristus dan Gereja Kudus Roma, kepadanya segala keputusan saya tawarkan dan serahkan.” 

Dua hari setelah itu jiwanya menghadap Allah, yaitu pada tanggal 7 Maret 1274, dengan usia hampir lima puluh tahun. Pada hari yang sama St. Albertus, yang pada waktu itu berada di Cologna, meledak dalam tangisan di tengah-tengah komunitas, dan mengatakan “Saudara Thomas Aquinas, saudaraku di dalam Kristus, cahaya Gereja sudah wafat. Allah telah menyatakannya kepada saya.” 

Santo Thomas dikanonisasi pada tahun 1323. Dan pada masa St. Pius V, beliau memberinya gelar pujangga Gereja. Paus Leo XIII menyatakannya sebagai pelindung seluruh universitas, fakultas dan sekolah-sekolah pada tahun 1880. 

SANTO YANG RENDAH HATI 

Thomas sangat takwa dan rendah hati. Ia tidak pernah mengatakan bahwa ia belajar lebih banyak di bawah kaki salib Kristus daripada dari buku-buku. Ia berdoa dengan air mata untuk memperoleh pemahaman akan Misteri Allah

Atas anugerah Allah, Santo ini menerima penerangan berlimpah-limpah dalam pikirannya. St. Thomas menanggapi dengan rendah hati karunia besar tersebut. 

Selain itu, Thomas berpikir bahwa orang lain lebih baik daripada dirinya. Secara luar biasa sederhana ia menyatakan pendapatnya, dan tidak pernah ia kehilangan kesabaran dalam beragumentasi, juga tidak pernah terdengar bahwa ia memotong pembicaraan atau mengatakan sesuatu yang dapat melukai sesama. St. Thomas juga diberi gelar “Doctor Angelicus”, yang berarti “Pujangga Malaikat”. 

Maka sebagai umat beriman, marilah kita bersama-sama meneladani dan mempraktekkan apa yang diajarkan oleh St. Thomas dengan penuh kerendahan hati dan ketaatan kepada Tuhan dalam kehidupan kita.


(Sumber: Warta KPI TL No.158/VI/2018 » carmelia.net).

Rabu, 20 Juni 2018

Santo Paulinus dari Nola



Paulinus berasal dari keluarga ningrat. Orangtuanya termasuk dalam jajaran bangsawan Romawi di Bordeaux, Perancis.

Sementara itu kaum keluarganya yang lain yang berada di Spanyol juga menduduki jabatan-jabatan penting pemerintahan. Kiranya Paulinus juga kelak akan mengikuti jejak kaum keluarganya itu.

Orangtua Paulinus mempersiapkan semua yang perlu untuk puteranya itu. Sejak kecil Paulinus sudah diberi pendidikan yang baik. Bakat sastranya amat menonjol. Bakat itu semakin terasah karena ia diajar oleh guru yang mumpuni. Maka, tidak mengherankan bahwa kelak ia menjadi seorang ahli pidato dan penyair yang termashyur. Bahkan, dua orang besar lain, Agustinus dan Hieronimus, juga mengaguminya. Pendidikan yang diperolehnya memang menjadi modal yang berharga untuk masa depannya.

Benar juga, segera setelah menyelesaikan studinya di sekolah tinggi, Paulinus diangkat menjadi senator di Roma. Kala itu ia masih amat muda. Selang beberapa waktu kemudian, ia diangkat menjadi konsul di Nola menggantikan ayahnya. Boleh dikata, karier Paulinus amat cemerlang.

Jalan Tuhan

Pada masa itu agama Kristen telah menjadi agama resmi negara. Maka merupakan hal biasa jika di kota-kota diselenggarakan pawai dan perayaan keagamaan. Di Nola untuk pertama kalinya Paulinus menyaksikan perayaan pesta Santo Feliks. Ribuan orang berduyun-duyun ke kota untuk mengunjungi makam Santo Feliks. Paulinus terkagum-kagum melihat peristiwa ini. Ia sekaligus terharu dengan orang-orang itu yang dengan tekun merenungkan keteladanan orang kudus ini.

Pemandangan itu menimbulkan kesan mendalam. Hati Paulinus tersentuh. Ia pun ingin menjadi seorang kristen yang sungguh-sungguh. Maka, dalam suatu perjalanan ke Perancis dan Spanyol untuk mengurus hak miliknya, ia minta dibaptis. Uskup Delphinuslah yang membaptisnya di Bordeaux, kota kelahirannya.

Semenjak permandian itu, Tuhan sepertinya hendak menguji kesungguhan yang telah diikrarkan Paulinus. Kesusahan demi kesusahan mulai menimpanya. Salah satunya adalah meninggalnya puteranya satu-satunya. Peristiwa demi peristiwa itu sungguh membuat hatinya hancur.

Akan tetapi, Paulinus berusaha untuk tetap tegar. Ia menghadapi semuanya itu dengan tabah dan penuh kepasrahan. Ia meminta nasihat Hieronimus perihal rangkaian peristiwa pahit yang dihadapinya itu. Segera mengertilah ia akan kehendak Tuhan. Kiranya Tuhan memang menghendakinya agar menempuh jalan hidup yang lain dan semakin dekat dengan-Nya.

Abdi Tuhan

Dalam suatu nasihatnya Hieronimus berkata kepadanya, ”Putuskanlah hubungan dengan kemewahan dunia dan pelajarilah Kitab Suci!” Kata-kata Hieronimus ini rupanya membekas dalam hatinya. Hal itu direnungkannya dan ditimbang-timbang bersama istrinya tercinta, Teresia. Mereka berdua memikirkan langkah apa yang akan mereka ambil. 

Mengejutkan, Paulinus dan istrinya mengambil keputusan untuk hidup murni. Harta kekayaan mereka akan dibagi-bagikan kepada orang miskin. Mereka menjalani suatu kehidupan yang baru sama sekali, cara hidup sederhana.

Cara hidup baru itu dijalani Paulinus dengan bijaksana dan penuh bakti kepada Tuhan dan sesama. Karena itu, dia diperkenankan untuk menerima tahbisan menjadi imam tahun 394 di Barcelona. Setelah itu ia ditugaskan kembali ke Nola. Bersama beberapa rekannya, ia menjalani hidup sebagai biarawan di sana.

Di tempat barunya itu Paulinus harus bekerja keras. Ia harus bekerja mengolah tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Meskipun demikian, hal yang tak pernah dilupakannya adalah berdoa dan menulis. Hal ini semakin mengasah kehidupan rohani dan intelektualnya. Dengan sisa-sisa kekayaannya ia mendirikan sebuah gereja yang indah. Gereja itu dipersembahkan untuk menghormati Santo Feliks.

Segera terlihat bahwa Paulinus seorang yang berpengaruh. Tahun 409 ia diangkat menjadi uskup Nola. Bakat-bakat kepemimpinannya masih belum pudar. Ia membimbing umat dengan bijaksana dan penuh cinta kasih. Ia berani membela umatnya dari segala rongrongan.

Ketika Italia diserang oleh orang-orang Eropa Timur, Paulinus mendermakan segala yang dimilikinya untuk menebus umatnya yang ditangkap dan diperbudak. Setelah tidak ada lagi yang tersisa, ia menyerahkan dirinya untuk dipenjarakan sebagai ganti seorang umatnya. Tetapi tak lama kemudian ia dibebaskan. Setelah lama mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan sesama, Paulinus menghembuskan nafas terakhirnya tahun 431.

Santo Paulinus dari Nola

Nama lengkapnya adalah Pontius Meropius Anicius Paulinus. Ia lahir di Bordeaux, Perancis tahun 354 dan meninggal di Nola tanggal 22 Juni 431. Setelah menjadi senator Romawi ia memutuskan untuk masuk kehidupan monastik tahun 394. Dia kemudian menjadi uskup Nola. Dia dikenal sebagai sahabat Agustinus.

(Sumber: HIDUPKATOLIK.com , Iswadi Prayitno).