Rabu, 29 Agustus 2018

17 Tanda kurangnya kerendahan hati menurut Santo Josemaria Escriva

 


1. Berpikir bahwa apa yang kamu lakukan atau katakan lebih baik dari apa yang dilakukan atau dikatakan orang lain.

2. Selalu ingin menuruti kemauan sendiri.

3. Tetap berdebat sekalipun kamu tahu bahwa kamu salah atau tetap keras kepala memaksakan sikap atau membenarkan perbuatan salahmu.

4. Memberi pendapat tanpa diminta dan ketika kamu melakukannya bukan atas dasar kasih.

5. Memandang rendah pendapat orang lain.

6. Tidak menganggap bakat-bakat serta kemampuan diri sebagai pinjaman dari Tuhan.

7. Tidak menyadari bahwa diri sendiri tidak layak atas segala penghargaan dan pujian, bahkan tidak atas bumi tempatnya berpijak dan atas barang-barang yang dimiliki.

8. Membicarakan diri sendiri sebagai contoh dalam percakapan-percakapan.

9. Berbicara buruk tentang diri sendiri sehingga orang lain kagum atau menyanggah dengan pujian.

10. Membela diri apabila ditegur.

11. Menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang memalukan dari pembimbing rohani, sehingga kesan baiknya terhadapmu tidak berkurang.

12. Merasa puas saat dipuji, atau merasa senang saat orang lain berkata-kata baik tentang dirimu.

13. Sakit hati bila ada orang lain yang lebih dihargai daripada dirimu.

14. Menolak melakukan pekerjaan-pekerjaan remeh.

15. Berusaha menonjolkan diri.

16. Mempercakapkan kejujuran, kecerdasan, kecakapan atau gengsi jabatan diri sendiri.

17. Merasa malu karena tidak memiliki hal atau barang tertentu.


Santo Bernard dari Clairvaux - Doktor dan Bapa Gereja

 


Bernard lahir pada tahun 1090 di Fontaines-les-Dijon, Burgundy, Prancis, di kastil Fontaines di dekat Dijon. Dia lahir dari keluarga bangsawan Prancis, ayahnya adalah Tescelin de Fontaine, penguasa Fontaine-lès-Dijon, dan ibunya adalah Alèthe de Montbard. Bernard adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara, enam di antaranya adalah laki-laki dan salah seorang saudaranya adalah St. Humbeline

Selain dibimbing oleh orang tuanya yang saleh, dia juga dikirim untuk menjalani pendidikan sejak usia muda di sebuah kampus di Chatillon. Disana dia sangat menonjol karena kesalehannya yang luar biasa dan kepribadiannya yang tenangDi kampus itu dia mempelajari teologi dan Kitab Suci

Ibunya meninggal ketika dia berusia 19 tahun. Di usia 22 tahun dia memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Sistersian yang baru dibentuk dan sangat menekankan kesederhanaan. Dia juga membujuk saudara-saudaranya dan beberapa temannya untuk mengikuti jejaknya. 

Pada tahun 1113, Bernard bersama 30 orang bangsawan muda, saudara dan temannya, menghadap St. Stephen, abbas di biara Citeaux. Ayahnya dan saudaranya yang lain tidak lama kemudian juga ikut bergabung. 

Bernard sangat takut dengan jeratan dan godaan duniawi, karena alasan itu juga dia memutuskan untuk menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan menjalani hidup dalam keheningan dan doa

Dikisahkan bahwa pada suatu hari dia melemparkan dirinya ke dalam air yang sangat dingin untuk mendinginkan pikirannya dari godaan hawa nafsu

Di lain waktu, ketika dia tidur di sebuah penginapan, seorang pelacur datang menghampirinya dalam keadaan telanjang dan berbaring di sampingnya, dan dia segera melarikan diri setelah menyadarinya untuk menyelamatkan kemurniannya

Setelah menjalani masa novisiat dengan semangat, Bernard akhirnya menjadi seorang biarawan Sistersian di tahun berikutnya. Tidak lama kemudian superiornya, yang melihat kemajuannya yang sangat pesat dalam kehidupan spiritual, mengutusnya bersama 12 orang biarawan yang lain untuk mendirikan biara baru di tempat yang sunyi dan terpencil di suatu lembah yang disebut Val d'Absinthe. 

Menurut tradisi, Bernard mendirikan biara itu pada tanggal 25 Juni 1115, dia menamainya Claire Vallée, yang kemudian disebut dengan Clairvaux. Dia ditunjuk sebagai abbas di biara baru itu dan mulai aktif menjalankan karya pelayanannya, yang kemudian menjadikannya seorang tokoh terkemuka di abad ke-12. 

Dia kemudian membangun banyak biara lagi, dan dalam waktu singkat biara itu memiliki lebih dari 700 biarawan serta memiliki 160 rumah biara untuk para biarawati. Bernard juga merevisi dan mereformasi Ordo Cistercian.

Pada tahun 1128, Bernard menghadiri Konsili Troyes, dimana dia menetapkan garis-garis besar Aturan Kesatria Templar, yang kemudian menjadi pedoman bangsawan Kristen yang ideal. 

Setelah wafatnya Paus Honorius II pada tanggal 13 Februari 1130, terjadi perpecahan di dalam Gereja dalam menentukan paus pengganti. Raja Louis VI dari Perancis mengadakan suatu konsili nasional para uskup Perancis di Étampes pada tahun 1130, dan menunjuk Bernard untuk menentukan paus pengganti antara Innocent II dan Anacletus. 

Pada akhir tahun 1131, kerajaan Prancis, Inggris, Jerman, Portugal, Kastilia, dan Aragon mendukung Paus Innocent II; namun, sebagian besar Italia, Prancis selatan, dan Sisilia, serta para patriark Latin dari Konstantinopel, Antiokhia, dan Yerusalem mendukung anti-Paus Anacletus. Bernard berupaya meyakinkan daerah-daerah yang lain untuk mendukung Innocent II sebagai paus.

Pada tahun 1139, Bernard ikut berperan serta dalam Konsili Lateran Kedua, dimana mereka yang masih mendukung perpecahan dikecam. Pada tahun ini juga Bernard dikunjungi oleh St. Malachy, Pimpinan Gereja di seluruh Irlandia, dan mereka berteman akrab. St. Malachy ingin menjadi seorang Cistercian, namun paus tidak mengizinkannya. St. Malachy kemudian wafat di Clairvaux pada tahun 1148, Bernard menulis biografi tentang orang kudus ini.

Bernard sangat menentang ajaran sesat mengenai Tritunggal Maha Kudus yang disebarkan oleh Peter Abelard. Dia kemudian menyampaikan ajaran sesat itu kepada paus, yang kemudian mengadakan sebuah konsili di Sens pada tahun 1141 untuk menyelesaikan masalah ini. 

Setelah Bernard membuat pernyataan pembukaan, Abelard memutuskan untuk mundur tanpa berusaha untuk memberikan tanggapan. Konsili itu sangat mendukung pernyataan Bernard dan Paus juga memberikan persetujuannya. 

Abelard menyerah tanpa perlawanan, dia kemudian mengundurkan diri ke Cluny di bawah perlindungan Peter Venerabilis dan meninggal dua tahun kemudian.

Paus Innocent II meninggal pada tahun 1143. Dua penerusnya, Paus Celestine II dan Paus Lucius II, menjabat hanya dalam waktu singkat. Bernard kemudian melihat salah seorang muridnya, Bernard dari Pisa, yang kemudian dikenal sebagai Eugene III, diangkat ke tahta St. Petrus. 

Atas permintaan Paus sendiri, Bernard menulis sebuah buku (Book of Considerations) yang berisi berbagai petunjuk dan mengirimkannya. Gagasannya yang menonjol diantaranya adalah bahwa reformasi Gereja harus dimulai dengan kesucian paus. Hal-hal temporal hanyalah pelengkap; hal-hal yang utama menurut karya Bernard adalah kesalehan dan meditasi yang mendahului tindakan.

Setelah sebelumnya membantu mengakhiri perpecahan di dalam gereja, Bernard kemudian dipanggil untuk memerangi ajaran sesat

Pada bulan Juni 1145, Bernard melakukan perjalanan di Prancis selatan dan karya pewartaanya disana membantu memperkuat perlawanan terhadap ajaran sesat. Beberapa kali Bernard ditawari untuk menjabat sebagai uskup, tetapi semua tawaran itu ditolaknya.

Pada tahun 1144, setelah Orang-orang Kristen dikalahkan dalam Pengepungan Edessa dan sebagian besar wilayah itu jatuh ke tangan orang-orang Turki Seljuk, Paus Eugene III menugaskan Bernard melakukan karya misi untuk mengobarkan semangat Perang Salib Kedua. Demi ketaatannya kepada Tahta Suci, Bernard menjalankan karya misinya dan melakukan perjalanan ke seluruh Prancis, Italia, dan Jerman. 

Dia berhasil mengobarkan antusiasme banyak orang untuk turut serta dalam Perang Salib, dan tidak seperti Perang Salib Pertama, kali ini banyak bangsawan dan uskup yang mendukung. Di Jerman berbagai mujizat dilaporkan terjadi atas perantaraannya, dan hal ini semakin mendukung keberhasilan karya misinya. 

Sangat disayangkan bahwa antusiasme Perang Salib itu kemudian mengarah pada serangan terhadap orang Yahudi; seorang biarawan Perancis yang fanatik bernama Radulphe memimpin pembantaian orang Yahudi di Rhineland, Cologne, Mainz, Worms, dan Speyer. Radulphe beralasan bahwa orang Yahudi tidak berkontribusi secara finansial untuk menyelamatkan Tanah Suci. Uskup Agung Cologne dan uskup agung Mainz dengan keras menentang tindakannya itu dan meminta Bernard untuk mengecam Radulphe dan pengikutnya. 

Bernard melakukannya, namun ketika aksi pembantaian itu tetap berlanjut, Bernard melakukan perjalanan dari Flanders ke Jerman untuk menyelesaikan masalah itu secara langsung. Dia kemudian menemui Radulphe di Mainz dan berhasil membungkamnya, dan memulangkannya kembali ke biaranya. 

Tergerak oleh kata-kata Bernard yang membakar semangat, banyak orang Kristen yang pergi ke Tanah Suci, namun Perang Salib Kedua berakhir dengan kegagalan yang menyedihkan. Seluruh tanggung jawab kegagalan itu ditimpakan kepada Bernard. 

Di tahun-tahun terakhir kehidupannya, Bernard mengalami kesedihan akibat kegagalan Perang Salib yang dikobarkannya. Dia pun merasa bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk menyampaikan permohonan maaf kepada paus. 

Pada bagian kedua buku "Book of Considerations," dia menyampaikan permohonan maafnya dan memberikan penjelasan bahwa kegagalan itu sebagai akibat dari sikap dan perbuatan para prajurit Perang Salib yang tidak sesuai dengan iman Kristen

Setiap pagi Bernard selalu bertanya pada dirinya sendiri, "Mengapa aku datang ke dunia ini?" Dia kemudian akan mengingatkan dirinya pada tugas utamanya - untuk menjalani hidup dalam kekudusan

Dia terkenal karena dianugerahi kemampuan untuk mendatangkan mujizat. Suatu ketika dia memulihkan kemampuan berbicara seorang lelaki tua sehingga dia bisa mengakui dosa-dosanya sebelum meninggal. 

Di lain waktu, segerombolan besar lalat melanda Gereja Foigny, dan kemudian mati seketika setelah Bernard menyatakan ekskomunikasi terhadap lalat-lalat itu. Reputasinya sedemikian besar sehingga para pangeran dan paus meminta petunjuknya, dan bahkan para musuh Gereja pun mengagumi kemurnian hidupnya dan keagungan tulisan-tulisannya

St. Bernard meninggal pada tanggal 20 Agustus 1153 di Biara Clairvaux, Ville-sous-la-Ferté, Aube, Prancis. Dia dikanonisasi pada tanggal 18 Januari 1174 oleh Paus Alexander III. 

Dia adalah seorang biarawan Cistercian pertama yang dicantumkan dalam kalender orang-orang kudus, dan dinyatakan sebagai seorang Doktor Gereja oleh Paus Pius VIII pada tahun 1830. 

St. Bernard dihormati sebagai santo pelindung bagi peternak lebah, Burgundy (Prancis), para pembuat dan penjual lilin, Ordo Sistersian, biarawan Sistersian, Ksatria Perang Salib, Universitas Queens (Cambridge, Inggris), Gibraltar (Inggris), Algeciras (Spanyol), Katedral Speyer (Jerman), Binangonan (Rizal, Filippina), dan Paroki St. Bernard dari Clairvaux Binangonan (Rizal, Philippines).

St. Bernard dari Clairvaux biasanya dilambangkan atau digambarkan dengan lebah atau sarang lebah, pena, buku, biarawan Sistersian yang menerima penampakan Bunda Maria, biarawan Sistersian dengan sarang lebah atau segerombolan lebah di dekatnya, biarawan Sistersian dengan iblis yang dirantai, biarawan Sistersian dengan mitra uskup tergeletak di tanah di sampingnya, biarawan Sistersian dengan anjing putih, biarawan Sistersian yang sedang menulis dan memandang Bunda Maria, dengan alat-alat penyiksaan yang digunakan dalam penyaliban Yesus, atau bersama St. Humbeline.

Dikenal juga sebagai Doktor Gereja yang Melankolis (karena kefasihannya) dan Bapa Gereja yang Terakhir.



Santo Stylianos - pelindung anak-anak



Santo Stylianos lahir di Paphlagonia, Asia Kecil, antara 400 dan 500. Ia diberkati bahkan dari rahim ibunya. Ketika ia tumbuh dewasa, oleh kasih karunia Allah ia semakin menjadi tempat tinggal Roh Kudus.

Sejak kecil ia menunjukkan kualitas langka dari kehidupannya yang diberkati. Ketika dia masih muda dan masih remaja, meskipun, tentu saja, dia adalah daging, dia tidak pernah membiarkan keinginan untuk mencemari jiwa dan rohnya.

Dia sangat murni. Ia juga tidak mengizinkan hasrat duniawi untuk mendominasi dirinya. Dia tidak akan mengizinkan kekayaan dan cinta kekayaan untuk merasuki jiwanya dan menundukkannya pada korupsi dan kebinasaan.

Dengan kekuatan dan rahmat Tuhan, dia berjuang melawan semua daya pikat kehidupan yang suram dan sekilas ini. Dia berpikir dengan kearifan Tuhan yang sejati dan melihat bahwa dunia material ini bersifat sementara dan tidak berharga

Dia memutuskan bahwa untuk selanjutnya dia akan berjalan ke mana jiwanya menuntunnya. Jiwanya memanggilnya untuk pertempuran moral yang baik. Itu memanggilnya untuk latihan kebajikan. Ini menunjukkan jalan yang sulit dan bergelombang yang mengarah ke kehidupan abadi dan kebahagiaan abadi.

Hatinya yang murni dan setia menaati suara jiwanya. Tindakan pertamanya adalah menjual barang-barangnya dan memberikan hasilnya kepada orang miskin di Gereja

Ketika tidak ada yang tersisa dari warisannya [sumber-sumber tidak setuju apakah ini besar atau hampir tidak ada], dia sangat lega dan berkata, “Saya telah membuang jangkar berat yang membuat saya terikat pada keinginan daging fana ini. Saya telah membuang korupsi dan kebinasaan. Sekarang saya melihat di depan saya lebih jelas jalan menuju kehidupan nyata”. 

Sekarang terbebas dari bebannya, dan dengan hati yang senang, karena ia telah menghabiskan kekayaannya untuk orang miskin yang malang dan pada karya-karya lain yang menyenangkan Tuhan, orang suci itu memikirkan bagaimana menjalani kehidupan yang lebih terhormat dan suci.

Memiliki tidak lebih dari pakaian dia berdiri di, ia memulai kontes yang keras dan perjuangan, sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Jadi ketika, melalui kemurahan hatinya, Stylianos yang diberkati telah meningkatkan kekayaan duniawinya ke langit dan mengamankannya di sana, ia pergi ke biara dan mengadopsi kebiasaan monastik. 

Sejak saat itu, tidak ada pemikiran duniawi, tidak ada kekuatiran material yang dapat merebutnya dari imannya dan doanya

Dia tidak peduli apa pun dan tidak menginginkan apa pun kecuali hal yang menyenangkan bagi kehendak suci Allah. Dia berjuang untuk menemukan cara untuk menyenangkan Tuhan, bagaimana menyempurnakan jiwanya dan masuk ke surga. 

Tidak ada keinginan dari dia yang bertentangan dengan kehendak Tuhan yang dipendam dalam jiwanya. Pertapaan ketat dalam hidupnya tidak dapat dijelaskan. Kesuciannya mulai menyala. Kerendahan hatinya bersinar terang. Kesuciannya membutakan. Puasanya paling teliti. Doanya benar komuni dengan Tuhan.

Cobaannya luar biasa. Dia menetapkan sendiri tiga tujuan untuk dicapai sebagai seorang bhikkhu: kemiskinan, kesucian dan ketaatan. Dan dia mencapai semuanya. Kita telah melihat kemiskinannya: ia tidak menyimpan apa pun untuk dirinya sendiri, ia juga tidak berusaha memperoleh apa pun untuk dirinya sendiri dalam kehidupan. Dia hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan total.

Dia teliti dalam hal kemurnian dan moralitasnya. Dia menjaga jiwanya “bebas dari setiap noda daging dan roh”. Dia berperang melawan serangan roh sehingga dosa kotor tidak akan menyentuhnya.

Pikirannya terus membalikkan kata-kata Kristus: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah".

Ketaatannya kepada penatua dan yang lainnya di biara itu patut dicontoh. Dia bekerja keras untuk memotong keinginannya sendiri, karena kehendak kita didasarkan pada egoisme. Ini adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan, karena siapa pun tahu siapa yang telah mencobanya. 

Santo Stylianos berjuang mati-matian di biara melawan tiga musuh: daging, dunia, dan iblis. Jika Anda ingin mengatasi ini, itu membutuhkan perjuangan yang panjang dan konstan, kasar dan selalu waspada.

Jadi Santo Stylianos terbukti menjadi pendukung kehidupan pertapa. Dia menjadi teladan bagi tua dan muda dan model untuk ditiru. Tetapi kesederhanaan kehidupan pertapaannya tidak memuaskannya dan dia ingin mendekati kesempurnaan lebih dekat.

Dia sekarang menginginkan isolasi penuh dan asketisisme ketat: seorang pertapa. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekan biarawannya di biara dan mundur jauh ke padang gurun yang jauh dari semua tempat tinggal. Di sana, di padang pasir, dia tinggal di sebuah gua.

Fase baru kehidupan pertapaannya ditujukan untuk kesempurnaan selestial. Hari-hari dan malam berlalu dengan kontemplasi, pikiran, dan doa kepada Allah Tritunggal. Dengan segenap hati, ia memuja keagungan Tuhan, ia menyanyikan pujian untuk Tritunggal Mahakudus. Dia hidup bersatu dengan Tuhan Tidak ada yang mengganggu ketenangan ilahinya.

Segala sesuatu di sekitarnya dan apa pun yang muncul di cakrawala jauh baginya tidak lain hanyalah bukti Sang Pencipta. Ia mempelajari ciptaan Allah dan ini semakin memperkuat imannya.

Di sana, dalam kedamaian padang pasir, pertapa Stylianos memiliki waktu untuk mengamati ciptaan Tuhan dan merenungkannya. Dia melihat Sang Pencipta dalam segala hal, karena dia berpikir bahwa tidak mungkin dunia yang indah ini bisa terjadi dengan sendirinya, mengingat bahwa itu begitu indah, disengaja dan harmonis. Dia melihat Tuhan dalam jumlah bintang yang tak terbatas di langit, yang berputar melalui ruang yang luas dengan kecepatan dan dengan akurasi seperti itu.

Dia melihat semua ini dan mengangkat suaranya seperti yang Daud lakukan sebelumnya: “Langit menyatakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”. Kemudian dia akan masuk ke sebuah doksologi: "Sungguh luar biasa adalah karya-Mu, Tuhan". Anda telah membuat segalanya dalam kebijaksanaan.Bumi telah dipenuhi dengan ciptaan-Mu ”.

Dia membaca dan membaca kembali dua buku di padang pasir: buku alam dan Kitab Suci. Hatinya, pemahamannya, jiwanya, seluruh keberadaannya dengan penuh semangat diberikan kepada Tuhan. Getaran ilahi dan suci akan melewati daging asketisnya, ketika jiwanya menggali lebih dalam ke dalam keindahan ciptaan ilahi. Hasrat suci cinta Stylianos 'untuk Nama Tuhan yang paling suci mengguncangnya ke inti. Seluruh kekuatannya terkonsentrasi pada cinta ilahi ini. 

Maka orang suci itu meninggalkan keberadaan kedagingannya. Dia berhenti peduli tentang makanan dan memelihara dirinya sendiri di tanaman gurun. Ketika tidak ada satupun dari ini, Tuhan tidak meninggalkannya karena kekurangan. 

Tuhan, yang melakukan keajaiban bagi orang-orang kudus-Nya, karena mereka dan melalui mereka, tidak membiarkan orang yang diberkati memudar dari kelaparan. Dia membuatnya tetap hidup dengan mengiriminya makanan di tangan malaikat, seperti yang telah dia lakukan dengan Nabi Elia dan Santo Markus Athena, filsuf, antara lain.

Dia menjalani kehidupan keras seorang pertapa selama bertahun-tahun, selama beberapa dekade bersaing dengan setan dan dirinya sendiri. Dia berjuang untuk mencabut hasratnya, untuk mendapatkan kebajikan dan untuk mencapai kesucian yang Tuhan inginkan, Tuhan yang berkata: “Jadilah suci karena aku suci”.

Sang Pencipta ingin Santo Stylianos untuk terus hidup, menginginkan kebajikannya untuk bersinar dan ingin dia menjadi model bagi orang lain dengan penghematan hidup pertapaannya. Dia ingin pilar yang menjinakkan ini, pantangan cahaya dari gurun, untuk bersinar di seluruh dunia.

Tuhan menginginkan kebaikannya untuk memanifestasikan dirinya. Tapi lampu harus dipasang tinggi, tidak disembunyikan di bawah gantang. Jadi ketika orang-orang tertentu berseri-seri melalui kebajikan mereka, Tuhan memanifestasikan mereka sehingga mereka dapat menerangi jalan orang lain di jalan.

Dengan demikian, sekali Santo Stylianos telah dihias dengan kebaikan dan seperti lilin menyala dengan cahaya yang hangat dan manis, begitu ia telah mencapai ketinggian kebajikan yang keras bahkan untuk membayangkan, ia mampu menularkan kepada orang-orang cahaya gadarnya kesuciannya, karena kemuliaan Tuhan dan keselamatan orang lain. 

Allah, yang baru saja, akan kembali menunjukkan kepada orang-orang bagaimana Dia mengembalikan kemuliaan kepada mereka yang menyembah nama-Nya dan memuliakan Dia.

Jadi ketenaran Santo Stylianos menyebar ke mana-mana. Sejumlah orang berkumpul dari sekeliling untuk bertanya-tanya tentang kesuciannya dan memperoleh manfaat spiritual dan jasmani darinya. 

Sosok kudusnya, kata-kata bijaknya, nasihatnya, mengubah kehidupan banyak orang. Ada banyak yang, yang diminati oleh pertapaannya, meninggalkan masa lalunya yang jahat, bertobat dan terlahir kembali secara rohani. 

Kisah-kisah dari orang-orang Kristen yang mengunjunginya di padang pasir, di mana pertapaannya, sangat mengharukan. Dia tahu bagaimana menenangkan jiwa yang bermasalah. 

Petapa lainnya datang untuk bergabung dengannya, agar diperkuat dalam perjuangan mereka dengan kata-kata dan pancarannya. 

Santo Stylianos tahu bahwa, agar orang-orang dapat diselamatkan, mereka harus memiliki jiwa mereka seperti anak-anak kecil, yang tidak bersalah. Dia mengakui bahwa anak-anak adalah malaikat kecil, itulah sebabnya dia ingin membantu dan melindungi mereka. Dan Tuhan, Yang membuat mukjizat, menganugerahkan Stylianos dalam hal ini juga.

Tuhan menghadiahi niatnya yang diberkati dan memberinya kekuatan ajaib untuk menyembuhkan anak-anak yang sakit. Ibu-ibu dari dekat dan jauh, bergegas kepadanya, kesakitan dan iman, membawa anak-anak yang sakit dan pincang di pundak mereka, mencari obat untuk anak-anak mereka.

Beberapa berjalan selama berhari-hari di padang gurun untuk menemukan gua pertapa. Ketika mereka tiba, mereka jatuh dengan air mata di mata mereka, memuliakan Tuhan bahwa mereka akhirnya menemukan orang suci itu dan memintanya untuk menyembuhkan anak-anak mereka. 

Penuh dengan kebaikan dan kasih sayang, Stylianos akan membawa bayi yang sakit ke dalam pelukannya dan, dengan air mata berlinang, memohon Tuhan untuk menyembuhkan mereka. Tuhan Surgawi akan mendengarkan doanya yang tulus dan orang suci itu melakukan mujizat. Anak-anak yang sakit memulihkan kesehatannya.

Semua jenis penyakit hilang. Tidak ada penyakit yang bisa melawan kekuatan Tuhan. Para ibu menangis bahagia di pertapaannya. Yang lain menutupi tangannya dengan ciuman, karena rasa hormat dan terima kasih kepada yang lebih tua, memuji Tuhan sementara waktu. 

Sang pertapa memuji Nama Suci-Nya tanpa henti dan bersyukur kepada-Nya atas mujizat-mujizat yang telah Dia ijinkan untuk bekerja. Kemudian, dengan penuh kasih sayang, dia akan melihat makhluk kecil yang lugu yang telah dibebaskan dari penyakit.Senyum manis, malaikat, akan mencerahkan wajah petapa yang mulia. 

Mujizat-mujizat ini dikenal di mana-mana, dan banyak sekali orang berbondong-bondong ke sana untuk memintanya menyembuhkan anak-anak mereka dari beberapa penyakit atau lainnya.

Dengan cara ini, Tuhan Yang Baik memuliakan nama Stylianos yang Terberkati, yang telah mengabdikan hidupnya untuk kemuliaan Allah. Tetapi bukan hanya obat ajaib anak-anak yang memuliakan nama Stylianos yang rendah hati. 

Orang suci itu memperoleh reputasi sebagai pekerja-ajaib karena ia membuat pasangan anak-anak yang tidak memiliki anak yang menanggung melalui doanya. Banyak wanita steril melahirkan anak-anak melalui syafaatnya. Melalui berkatnya, banyak orang Kristen yang setia yang tidak memiliki anak, melahirkan anak-anak yang sehat.

Sesungguhnya, setelah kepergiannya dari kehidupan ini, banyak orang Kristen yang baik memanggil nama orang suci itu dan, sebagai kewajiban suci, menyalin ikonnya dan kemudian memiliki anak-anak, bahkan jika mereka telah menyerahkan semua harapan untuk melakukannya.

Terlepas dari ini, orang-orang pergi dari semua biara untuk mengunjungi tetua pertapa dan bersukacita dalam perusahaannya, dalam keharuman kesuciannya. Para bhikkhu dan petapa meminta nasihat dari guru suci tentang bagaimana menghadapi godaan dan bagaimana menjaga perdamaian di biara-biara mereka. Setiap orang melihatnya sebagai model kehidupan pertapa. Kepribadiannya sepenuhnya rendah hati dan memancarkan keindahan selestial.

Dia tidak kenal lelah dalam mengajar mereka, dengan ketenangan malaikat. Dia membimbing mereka, dia mengisi hati mereka, menegaskan iman mereka dan menghilangkan keraguan mereka. Dengan sarannya dari jauh, ia membawa kedamaian ke biara-biara yang mengalami perselisihan internal. 

Maka Stylianos hidup dan memuliakan nama Allah dan dimuliakan oleh Bapa Surgawi kita. Ketika dia terserang selama bertahun-tahun, Tuhan mengirim malaikat-malaikat-Nya dan mereka mengambil jiwa kudusnya, sehingga dia dapat beristirahat dari pekerjaannya yang panjang, privasinya dan kerasnya kehidupan pertapanya. Orang suci tertidur di dalam Tuhan, penuh dengan hari-hari dan kebajikan.

Kita tidak tahu di mana mereka menguburkannya, tidak ada bukti lain yang selamat dari kehidupannya yang melelahkan dan suci. Tapi namanya terus hidup. 

Semua Kristen Ortodoks menghormati dan menghormati dia. Kami memanggilnya pada saat dibutuhkan dan, di atas segalanya, untuk anak-anak kami ketika mereka sakit. Kami membangun gereja-gereja yang luar biasa dalam nama-Nya. Mujizat orang suci terus berlanjut bahkan setelah kematiannya. Sampai hari ini, Santo Stylianos terus menjadi pelindung anak-anak.

Orang suci diwakili dalam ikonnya sebagai memegang bayi, terbuai, dalam pelukannya, yang mewakili fakta bahwa ia adalah pelindung anak-anak. Kami merayakan ingatannya pada 26 November.

Sumber: ΒΙΟΙ ΑΓΙΩΝ (Kehidupan Orang Suci)oleh Archimandrite Haralambos, D. Vasilopoulos, Orthodox Press.





Kamis, 23 Agustus 2018

23.35 -

Mat 23:1-12

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Selasa, 27 Februari 2018: Hari Biasa Pekan II Prapaskah - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: Yes 1:10, 16-20; Mzm 50:8-9, 16bc-17, 21, 23; Mat 23:1-12

Sabtu, 25 Agustus 2018: Hari Biasa XX - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yeh 43:1-7a; Mzm 85:9ab-10, 11-12, 13-14; Mat 23:1-12 


Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah (3) menduduki kursi Musa. Sebab itu (4) turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi (2) janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 

Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 

Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. 

(1) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. 


Renungan


1. Makna kasih yang sesungguhnya 

(1) Makna kasih yang sesungguhnya adalah pelayanan. Pelayanan adalah kegiatan manusia yang menyertakan kesungguhan hati untuk melakukan sesuatu untuk orang lain. Atau lebih sederhananya, kasih bisa dimengerti sebagai kerja yang tulus hati demi Allah dan sesama. 

Kasih adalah karya orang-orang yang hidup bersama Allah. Kasih mampu mengubah yang sakit menjadi sehat, yang rusak menjadi baik kembali. 

Jika di dalam hidup kita ada karya pelayanan kasih secara tulus, maka Allah ada dan bekerja bersama-sama kita. Oleh karena itu, janganlah seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang mengajarkan tetapi tidak melakukannya. 


2. Yang bersalah adalah pelayannya

(1) Yesus mengakui jabatan mereka sebagai pengajar hukum, sebagai guru-guru masyarakat dan penafsir hukum, namun jabatan yang mulia itu diselewengkan oleh mereka.

(2) Yesus mengajak orang banyak itu untuk memanfaatkan bantuan yang mereka berikan untuk memahami Kitab Suci, dan menjalankan apa yang diajarkan. Selama pemahaman mereka menggambarkan apa yang dimaksud oleh Kitab Suci dan tidak menyesatkan, membuatnya semakin jelas, dan tidak membatalkan perintah Allah, sejauh itu pula perkataan mereka harus diperhatikan dan ditaati, tetapi harus dengan penuh kewaspadaan dan kebijaksanaan.

Tuhan Yesus ingin mencegah orang berpikiran bahwa dengan menyalahkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Ia solah-olah bermaksud merendahkan hukum Musa dan menjauhkan orang dari hukum Taurat. Tidak, Ia menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Perhatikanlah, dalam mengkritik pejabat dan jabatannya, kita harus bijak supaya tidak menyalahkan pelayanan, karena yang bersalah adalah pelayannya dan bukan pelayanan itu sendiri.

Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang lebih dulu membiarkan diri dipimpin oleh Allah, baru kemudian memimpin orang lain. Guru yang benar pun demikian. Lebih dari sekadar tahu kebenaran sebagai pengetahuan, guru harus lebih dulu tahu kebenaran sebagai pengalaman dan penghayatan nyata.