Rabu, 28 November 2018

18.16 -

Segala apapun sia-sia, tanpa menyertakan Tuhan



“Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;” (Mazmur 127:1a)

Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 hal yang dicari oleh semua orang di dunia ini, yaitu kebahagiaan, keamanan dan kekayaan.

1. Kebahagiaan. Semua orang mendambakan kebahagiaan dalam hidup. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan. 

Orang berpikir kebahagiaan bisa didapat ketika punya uang, mobil, rumah mewah, istri cantik atau suami yang tampan. Kenyataannya banyak orang kaya hidupnya tidak bahagia dan merana, selebritis kawin-cerai karena perkawinannya tidak bahagia padahal mereka serba berkelimpahan. Ada juga yang mencari kebahagiaan dengan narkoba atau seks bebas. 

Adalah sia-sia bila kita mencari kebahagiaan di dunia ini karena kebahagiaan yang ditawarkan dunia adalah semu belaka

Salomo berkata, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.” (ayat nas). Rumah melambangkan kebahagiaan, suatu tempat di mana kita merasa diterima dan dikasihi. Kita perlu membangun dan mendasarkan kehidupan kita di dalam Tuhan. Itulah kunci memperoleh kebahagiaan.

2. Keamanan. Adakah tempat yang aman di dunia ini? Tidak ada! Perasaan aman dan damai ada di hati orang yang mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Rasa aman tidaklah ditentukan oleh sesuatu yang berada di luar kita, melainkan siapa yang ‘bertahta’ dalam hidup kita. 

Perihal rasa aman ini Salomo memiliki pengalaman: “Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kita, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (Mazmur 127:1b).

3. Kekayaan. Salomo adalah seorang raja yang sangat kaya, bahkan kekayaannya “...melebihi semua raja di bumi...” (1 Raja-Raja 10:23). Namun ia sadar bahwa kemampuan menikmati kekayaan dan menikmati hidup adalah karunia atau pemberian Tuhan

Adalah sia-sia bila kita memiliki kekayaan bilamana kita tidak dapat menikmatinya! (Mazmur 127:2a). Selalu ada rencana-Nya di balik berkat yang Tuhan limpahkan atas hidup kita yaitu supaya kita juga menjadi berkat bagi orang lain. 

Tetapi jangan sampai kekayaan itu menjadiilahlain dalam hidup kita, sebaliknya “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu...” (Amsal 3:9).

Kebahagiaan, rasa aman, berkat disediakan bagi orang yang mengandalkan Tuhan!

Rabu, 21 November 2018

06.14 -

Kemurnian dan homoseksualitas



Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin

Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum jelas sama sekali. 

Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai penyelewengan besar (Bdk Kej 19:1-29; Rm 1:24-27; 1 Kor 6:10; 1 Tim 1:10), tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa "perbuatan homoseksual itu tidak baik" (CDF, Perny. "Persona humana" 8). 

Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat dibenarkan (KGK 2357) .

Tidak sedikit pria dan wanita mempunyai kecenderungan homoseksual. Mereka sendiri tidak memilih kecenderungan ini; untuk kebanyakan dari mereka homoseksualitas itu merupakan satu percobaan. Mereka harus dilayani dengan hormat, dengan kasih sayang dan dengan biiaksana. Orang jangan memojokkan mereka dengan salah satu cara yang tidak adil. 

Juga mereka ini dipanggil, supaya memenuhi kehendak Allah dalam kehidupannya dan, kalau mereka itu orang Kristen, supaya mereka mempersatukan kesulitan-kesulitan yang dapat tumbuh dari kecenderungan mereka, dengan kurban salib Tuhan (KGK 2358).

Manusia homoseksual dipanggil untuk hidup murni. Melalui kebajikan pengendalian diri, yang mendidik menuju kemerdekaan batin, mereka dapat dan harus - mungkin juga dengan bantuan persahabatan tanpa pamrih - mendekatkan diri melalui doa dan rahmat sakramental setapak demi setapak, tetapi pasti, menuju kesempurnaan Kristen (KGK 2359).

(Sumber: KGK 2357-2359).

05.52 -

Pentingya kehidupan ketika masih single




Jika kita jujur dengan diri kita sendiri, terkadang kita merasa kesepian oleh karena status single kita, apalagi jika kita melihat orang-orang di sekitar kita terlihat menikmati kehidupan pacaran atau pernikahan mereka. 

Seringkali ketika kita masih single, kita sangat ingin untuk memiliki seseorang yang special di dalam hidup kita untuk membuat hidup kita menjadi lebih berwarna, dan kita berasumsi bahwa kita mengerti bagaimana cara membina sebuah hubungan yang baik.

Tetapi sebenarnya, survey mengatakan bahwa 50% dari pernikahan berakhir dalam perceraian. Loh kok bisa? Mengapa angka perceraian sangatlah tinggi? 

Jawabannya: Banyak yang masuk ke dalam pernikahan dengan gampangnya, sehingga banyak juga yang keluar dari pernikahan dengan gampangnya.

Banyak yang berpikir bahwa rasa kesepian ketika mereka single dapat diperbaiki melalui hubungan pernikahan. Banyak yang tidak mengerti cinta kasih yang sesungguhnya yang dapat membina sebuah hubungan pernikahan.

Kehidupan pernikahanmu hanya akan sebaik kehidupan singlemu.

Banyak yang berpikir bahwa rasa kesepian ketika sedang single dapat diperbaiki melalui hubungan pernikahan  - ini adalah sebuah pemikiran yang keliru. 

Pernikahan tidak dapat meningkatkan kehidupan singlemu, tetapi kualitas kehidupan singlemu dapat meningkatkan kehidupan pernikahanmu. 

Mari saya jelaskan dengan beberapa contoh:
Jangan berpikir pernikahan akan membantumu berhenti merokok, kemungkinan besar kamu tidak akan berhenti merokok bahkan setelah menikah. Tetapi jadilah seorang single yang tepat terlebih dahulu dengan berhenti merokok, sehingga kamu dapat memiliki kehidupan pernikahan yang lebih baik.

Jangan berpikir pernikahan akan mengisi kesepian di dalam kehidupan singlemu. Jika kamu membutuhkan orang lain untuk membuat dirimu terasa terisi, suatu hari nanti kamu akan kecewa dengan pasanganmu karena dia tidak akan dapat memenuhi semua yang kamu harapkan. 

Temukanlah sukacita dan rasa syukur penuh di dalam Tuhan terlebih dahulu ketika masih single, maka kamu juga dapat memiliki pernikahan yang lebih baik.

Apa yang Alkitab katakan mengenai topik single ini?

Pada Yohanes 4, terdapat cerita tentang Tuhan Yesus yang bertemu dengan seorang perempuan Samaria yang memiliki lima suami dan laki-laki yang saat itu hidup dengannya bahkan bukanlah suaminya. 

Tuhan Yesus mengatakan kepada perempuan tersebut bahwa Dia lah sumber mata air hidup yang tidak akan pernah habis dan satu-satunya yang dapat menghilangkan kehausan perempuan itu. 

Dalam kata lain, Tuhan Yesus mengatakan bahwa “Laki-laki mana pun tidak akan pernah dapat memberikan apa yang kamu cari-cari selama ini. Kamu sudah memiliki lima suami tetapi tetap tidak menerima kepuasan yang kamu butuhkan bukan? Sesungguhnya yang kamu cari selama ini ada pada diri-Ku—Aku lah sumber mata air yang akan membuatmu menemukan sukacita penuh.”

Teman-teman, temukanlah sukacita penuh ketika masih single di dalam Tuhan Yesus. Yang kamu butuhkan untuk mengakhiri rasa kesepian bukanlah dengan sebuah hubungan pernikahan, melainkan sebuah hubungan dengan Tuhan Yesus

Jika kita sudah merasakan hubungan kasih dengan Tuhan Yesus, baru kita dapat membina hubungan kasih dengan manusia lain melalui sebuah pernikahan. 

Ingat, bahwa Firman Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa “God is Love”—Tuhan adalah kasih; barangsiapa tidak mengenal Tuhan, dia belum sungguh-sungguh mengenal kasih yang sesungguhnya. 

KONKLUSI

Kita sering berpikir bahwa berjalan menuju pernikahan adalah sekedar tentang menemukan orang yang tepat untuk kita, padahal sesungguhnya, berjalan menuju pernikahan adalah lebih tentang menjadi orang yang tepat untuk pasangan kita. Dan kita memiliki kesempatan terbesar untuk menjadi orang yang tepat tersebut ketika kita masih single. 

Jadi, temukan sukacita penuh terlebih dahulu dan jadilah pribadi yang baik terlebih dahulu ketika masih single; tidak perlu terburu-buru dalam mencari pasangan hidup - Tuhan akan memberikan sesuai dengan waktu-Nya.

(Sumber: Grace Depth).

05.35 -

Kecerdasan menghadapi kesulitan



Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri.

Suatu saat kita akan meninggalkan mereka, jangan mainkan semua peran: ya jadi ibu, ya jadi koki, ya jadi tukang cuci, ya jadi ayah, ya jadi supir, ya jadi tukang ledeng,

Anda bukan anggota tim SAR! Anak anda tidak dalam keadaan bahaya. Tidak ada sinyal S.O.S! Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.

- Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini ... Ayah bantu!"

- Tutup botol minum sedikit susah dibuka, "Sini ... Mama saja."

- Tali sepatu sulit diikat, "Sini ... Ayah ikatkan."

- Kecipratan sedikit minyak, "Sudah sini, Mama aja yang masak."

Kapan anaknya bisa? Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana, apa yang terjadi ketika bencana benar-benar datang? Berikan anak-anak kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.

Kemampuan menangani stress, menyelesaikan masalah, dan mencari solusi, merupakan keterampilan/skill yang WAJIB dimiliki. Dan SKILL INI HARUS DILATIH untuk bisa terampil, skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!

Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan. Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi, tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak. Tampaknya sepele sekarang ... secara apalah salahnya kita bantu anak?

Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu. Sakit sedikit, mengeluh. Berantem sedikit, minta cerai. Masalah sedikit, jadi gila.

Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.

AQ? Apa itu? ADVERSITY QUOTIENT

Menurut Paul G. Stoltz, AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. 

Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?

Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya. Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar-benar tidak sanggup lagi. So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup.

Tidak masalah anak mengalami sedikit luka, sedikit menangis, sedikit kecewa, sedikit telat, dan sedikit kehujanan.

Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan. Ajari mereka menangani frustrasi.

Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel, Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari? Bisa-bisa anak anda ikut mati.

Sulit memang untuk tidak mengintervensi, ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.

Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi. Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.

Tapi sadarilah, hidup tidaklah mudah, masalah akan selalu ada. Dan mereka harus bisa bertahan. Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari.

Selamat mempersiapkan sosok pribadi - para penerus kehidupan - yang kokoh dan mandiri sekarang & ke masa depan.

(Sumber: Elly Risman, Senior Psikolog dan Konsultan, UI)


04.59 -

Kisah sebuah garis

 1

 2

Seorang Guru membuat garis sepanjang 1m di papan tulis, lalu berkata : "Anak-anak, coba perpendek garis ini!"

Anak pertama maju ke depan, ia menghapus 20 cm dari garis itu menjadi 80 cm. Pak Guru mempersilakan anak ke 2. Iapun melakukan hal yang sama, sekarang garisnya tinggal 60 cm. Anak ke 3 dan ke 4 pun maju kedepan melakukan hal yang sama, hingga garis itu tinggal 20 cm.

Terakhir, seorang anak yang bijak maju kedepan. Ia tidak mengurangi garis yang sudah tinggal 20 cm, namun membuat garis baru sepanjang 120 cm, lebih panjang dari garis yang pertama

Sang Guru menepuk bahunya, "Kamu memang bijak, untuk membuat garis itu menjadi pendek, tak perlu menghapusnya, cukup membuat garis lain yang lebih panjang, maka garis pertama akan menjadi lebih pendek dengan sendirinya."

Pesan moralnya :
Untuk menjadi yang terbaik tak perlu menjatuhkan, menyingkirkan atau menjelekkan pihak lain. Cukup lakukan kebaikan yang lebih baik secara konsisten.

Biarkan waktu yang akan membuktikan kualitas kita

- Permata akan tetap bersinar meskipun terpendam dalam lumpur yang gelap pekat.

- Majulah tanpa menyingkirkan, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan, jadilah baik tanpa harus menjelekkan dan jadilah benar tanpa harus menyalahkan orang lain.

Selasa, 20 November 2018

18.09 -

Dunia: bukanlah tempat berlindung



Adakah tempat yang paling aman di dunia ini sehingga kita dapat berlindung dari segala bahaya? Di belahan bumi mana pun tak ada tempat yang benar-benar aman, di mana-mana selalu ada bahaya yang mengincar. Karena dunia ini bukanlah tempat yang aman, maka semua orang memerlukan perlindungan atau penjagaan selama 24 jam penuh. 

Para pemimpin negara, raja-raja, selebritis terkenal atau para jutawan, di mana pun berada dan ke mana pun pergi selalu ditemani oleh pengawal atau bodyguard yang bertugas untuk menjaga dan melindungi, meski penjagaan dan perlindungan mereka sangat terbatas. 

Sebagai raja atas Israel tentunya Daud memiliki banyak pengawal yang berjaga-jaga, namun ia tak menggantungkan keselamatan jiwanya pada penjagaan manusia. Daud hanya ingin dijaga oleh Tuhan dan berlindung kepada-Nya, sebab kekayaan, pangkat atau kekuasaan, kehebatan dan kegagahan manusia tak dapat menyelamatkannya. 

Daud berkata, "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama Tuhan, Allah kita. Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak." (Mzm 20:8-9). Tuhan adalah satu-satunya tempat perlindungan yang aman, "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel." (Mzm 121:4). 

Daud sangat percaya bahwa tak sedetik pun Tuhan lengah menjaga dirinya, bahkan Tuhan menjaga dia bagaikan biji mata-Nya sendiri. Inilah doa Daud, "Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu" (Mzm 17:7-8). 

Melihat dan mendengar berita-berita yang mengejutkan setiap hari sangatlah wajar jika semua orang menjadi was-was dan takut! Tapi sebagai orang percaya kita tak perlu gentar, sebab kita berada dalam perlindungan yang aman di dalam Tuhan Yesus. 

Oleh sebab itu jangan ragu-ragu untuk menyerahkan seluruh keberadaan hidup kita kepada-Nya. Jangan sekali-kali berharap kepada siapa pun dan kepada apa pun, karena hanya Tuhanlah tempat perlindungan yang aman dan terbaik, dan itu sudah cukup bagi kita. Tuhan Yesus adalah perlindungan bagi orang percaya, tidak ada yang lain! 

Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau! (Mzm 16:1)

(Sumber: Renungan dan ilustrasi Kristen) 

Bagaimana cara mendengar suara Tuhan?



Inti agama Kristen adalah hubungan pribadi dengan Allah. Yesus datang ke dunia dengan tujuan “supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16). 

Hidup yang kekal ini bukan lain daripada “mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang diutus-Nya.” (Yoh.17:3) Hubungan pribadi itu begitu eratnya, sehingga Yesus menggambarkannya sebagai hubungan antara pokok anggur dan ranting-rantingnya. “Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya.” (Yoh.15:5). Hubungan pribadi itu mengandaikan komunikasi dari dua pihak

Dari pihak Allah hal itu diungkapkan dalam perhatian dan penyelenggaraan terhadap manusia serta segala kebutuhannya. Allah memperhatikan manusia sampai hal yang sekecil-kecilnya, karena tiada sesuatu pun yang luput dari pandangan Allah, bahkan burung-burung di udara tidak lepas dari perhatian dan penyelenggaraan Allah (Mat. 6:25-30). Kemudian sebagai alasan yang lebih dalam dikatakan-Nya, “Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” (Mat. 6:32). 

Ketika mengajar tentang doa, Yesus bersabda supaya kalau berdoa jangan bertele-tele memakai banyak kata seperti kebiasaan orang kafir, yang mengira, bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan. Kemudian dikatakan-Nya, “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui, apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Mat. 6:8). 

Dari pihak manusia hubungan itu diungkapkan dalam iman penuh penyerahan diri, seperti diungkapkan Santo Paulus, “Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal. 2:20). Iman ini diungkapkan dalam pelaksanaan kehendak Allah sebagai jawaban, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23) 

Dari semuanya itu kiranya jelas, bahwa agama Kristen bukanlah suatu rentetan hukum-hukum, peraturan-peraturan, dan perintah-perintah yang harus ditaati, melainkan pertama-tama adalah suatu relasi pribadi dengan Allah sendiri. Memang, hukum, peraturan, dan perintah diperlukan sebagai bantuan, supaya kita dapat mengerti apa yang dikehendaki Allah

Hal itu khususnya berlaku pada awal hidup rohani kita, sebab pada awalnya orang belum cukup mampu untuk mengikuti bimbingan Allah yang lebih langsung. Namun kemudian, kalau hubungan pribadi itu berkembang Allah akan membimbing kita secara lebih pribadi dan langsung

Oleh karena itu pula, bila orang tidak memiliki hubungan pribadi yang nyata dengan Allah, hidupnya lebih dipimpin oleh peraturan-peraturan yang anonim. Banyak orang yang hidupnya dikuasai perintah-perintah yang negatif, jangan berdusta, jangan mencuri, jangan menipu, jangan berzinah, dan lain-lain, namun pada dasarnya hidupnya masih dikuasai oleh kehendak sendiri, keinginan sendiri. Kalaupun ia giat dalam kegiatan Gereja, semuanya itu masih sebagian besar demi kepentingan diri sendiri, bukan karena cinta kepada Allah. Ia tetap menentukan sendiri arah dan keputusan hidupnya, bukan Allah. 

Dalam kenyataannya sedikit sekali orang yang sadar, bahwa hidupnya seharusnya diserahkan ke dalam bimbingan Allah yang telah lebih dahulu mengasihi dia. (Yoh. 4:10) Sedikit sekali yang berani menyerahkan hidupnya ke dalam bimbingan Allah dalam kepercayaan dan pasrah dari hari ke hari, dari saat ke saat. 

Mengapa demikian? Karena ia tidak memiliki hubungan pribadi yang sadar dengan Allah, karena Allah jauh dan kurang hidup bagi dia, walaupun sebenarnya sangat dekat. 

Sebaliknya setelah orang mengalami pencurahan Roh Kudus, atau dibaptis dalam Roh, Allah menjadi begitu hidup bagi dia dan ia mengalami suatu relasi pribadi yang nyata dengan Allah. Karena pencurahan itu, Allah begitu hidup bagi dia dan ia jadi menggebu-gebu semangatnya dan seringkali menjadi berlebihan dalam banyak hal dan juga dalam menanggapi bimbingan Allah. Dalam hal ini dibutuhkan keseimbangan

Bimbingan Allah itu dikerjakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Namun secara khusus bimbingan itu dilakukan oleh Roh Kudus, karena Dialah yang diberi tugas untuk itu oleh Bapa. Roh itulah yang dianugerahkan Allah kepada kita dan yang menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita dapat berkata “ya Abba, ya Bapa” (Rm. 8:15). 

Oleh karena itu, Dia pulalah yang membimbing semua anak Allah. “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.” (Rm. 8:14) Bahkan pada saat-saat yang sukar, dalam masa penganiayaan, Dia pula yang akan mendampingi para murid Kristus. “Sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus.” (Mrk. 13:11) dan Injil Lukas 12:12 mengatakan, “Sebab pada saat itu juga Roh Kudus sendiri akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.” 

Allah membimbing umat-Nya dengan dua cara, yaitu bimbingan umum dan khusus. Pada permulaan biasanya Allah membimbing umat (I) secara umum 

a. lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci

Kitab Suci adalah sumber bimbingan yang pertama dan utama. Lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci Allah mengajar, menerangi, menyatakan kehendak-Nya, menegur dan menguatkan kita. 

Namun Kitab Suci tidak dapat ditafsirkan sesuka hati. Yang terutama harus kita ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2 Ptr. 2:20), tetapi harus ditafsirkan sesuai dengan iman Gereja Universal, Gereja Katolik. Kita boleh dan harus membaca firman Tuhan, namun dalam menafsirkannya harus tunduk pada tafsiran Gereja. 

b. lewat Gereja 

Gereja sebagai persekutuan umat beriman di bawah kepemimpinan Paus dan para uskup merupakan Umat Allah yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Oleh karena itu, Yesus secara istimewa memberikan Roh-Nya kepada Gereja itu, supaya ia selalu setia dan tidak sesat. 

Kehadiran Roh Kudus yang istimewa dalam Gereja menjadikannya mampu untuk mengerti kehendak dan bimbingan Roh sendiri dan menafsirkannya untuk tiap masa dan situasi bagi umat beriman. Gereja juga diberi karunia dan wewenang untuk menafsirkan Kitab Suci secara tepat. Itulah sebabnya kita harus mempelajari sabda Tuhan dan ajaran iman Gereja, supaya tahu apa yang dikehendaki Allah bagi kita

c. lewat arah hidup yang umum 

Pada umumnya kehendak Allah tidak dapat bertentangan dengan status hidup yang telah dipilih oleh seseorang, biarpun kadang-kadang ada pengecualian juga. Misalnya seorang kepala keluarga harus bertanggungjawab atas kesejahteraan keluarganya. Oleh sebab itu, ia tidak dapat memberikan pelayanan dengan mengabaikan kewajiban tersebut

II. Bimbingan khusus 

Dalam Perjanjian Baru, Allah sering memberikan bimbingan secara khusus. Yesus telah mencurahkan Roh-Nya kepada semua orang yang percaya kepada-Nya, supaya mereka itu mengalami kehadiran, hiburan, kuasa, dan bimbingan Allah. Karena adanya hubungan pribadi, Allah ingin secara khusus berbicara kepada umat-Nya serta membimbing mereka, bukan hanya secara kolektif atau masal, melainkan juga secara pribadi. Inilah perbedaan yang menyolok dengan Perjanjian Lama, yaitu saat umat umumnya hanya dibimbing secara masal. 

Bimbingan khusus ini dapat berupa

a. Inspirasi atau ilham 

Inspirasi ialah penerangan Roh Kudus yang diberikan kepada seseorang secara langsung untuk mengerti atau melakukan sesuatu. Roh dapat memberikan inspirasi tersebut kepada seseorang dan dengan demikian menyatukan kehendak-Nya kepada orang tersebut. Inspirasi dapat disertai dorongan Roh. Inspirasi dapat berlaku untuk suatu rencana jangka panjang

b. Dorongan Roh 

Ini merupakan rasa batin yang dialami oleh seseorang yang memberikan keyakinan, bahwa Allah ingin, agar dia melakukan atau mengatakan sesuatu. Ini biasanya ditujukan untuk suatu tindakan dalam jangka pendek

Dorongan ini merupakan suatu desakan batin dari Roh, tidak sama dengan perasaan, walaupun kadang-kadang juga bisa dirasakan. Ini merupakan suatu pengalaman pribadi dan subyektif dan karenanya dapat keliru. Namun hal itu adalah sesuatu yang amat berharga dan merupakan buah umum dari pencurahan Roh Kudus. Kemungkinan bahwa orang dapat keliru bukan alasan untuk membunuhnya, melainkan diperlukan kebijaksanaan untuk membeda-bedakan roh, untuk mengadakan discernment

c. Tanda-tanda 

Ini cara lain yang juga sering dipakai Allah untuk berbicara kepada kita. Tanda yang paling sering dipakai ialah teks Kitab Suci. Suatu saat teks Kitab Suci dapat tiba-tiba mencuat keluar dan menyentuh hati kita, kadang- kadang dapat dalam sekali, seolah-olah teks itu ditujukan kepada kita secara pribadi. Teks-teks seperti itu amat baik untuk meneguhkan dorongan Roh atau inspirasi

Kadang-kadang ada orang yang berdoa untuk suatu teks, mohon kepada Allah untuk menunjukkan kehendak-Nya melalui teks-teks Kitab Suci. Hal itu dapat dilakukan dengan dua cara: (1) membuka Kitab Suci begitu saja. (2) memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran setelah berdoa 

Cara-cara ini, walaupun dapat berasal dari Tuhan, namun sangat berbahaya, khususnya dengan membuka Kitab Suci begitu saja. Dalam hal itu yang sering terjadi ialah, bahwa Kitab Suci berubah menjadi buku ramalan. Demikian pula memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran, karena sukar sekali membedakan, mana yang dari pikiran sendiri, mana yang dari Allah. Dalam banyak hal yang muncul ialah pikiran sendiri. Oleh karena itu, cara-cara seperti ini hendaknya jangan dipakai

Lain halnya kalau orang mendapat dorongan dari dalam untuk membuka Kitab Suci. Pada waktu itu teks tersebut akan mencuat dan memberikan keyakinan yang besar. Demikian pula bila teks itu tiba-tiba muncul sendiri dalam pikiran secara kuat dan konsisten. Kalau tidak, sebaiknya dihindari saja, karena mudah sekali orang keliru. 

Kadang-kadang situasi atau keadaan yang menguntungkan dapat menjadi petunjuk kehendak Allah. Namun dalam hal ini pun kita harus hati-hati, karena setan juga dapat menciptakan suatu situasi tertentu. Dalam semuanya itu kita harus memakai akal yang sehat dan kita harus memperdalam pengertian kita tentang jalan-jalan Tuhan, khususnya dengan mempelajari tradisi Gereja lewat tokoh-tokohnya yang besar. 

Dalam semuanya itu sikap dasar kita yang paling tepat ialah kerelaan untuk melaksanakan kehendak Allah. Bila kita sungguh-sungguh rela untuk melaksanakan kehendak-Nya, Tuhan akan menyatakannya kepada kita dengan cara yang tepat dan aman, tanpa keraguan. 

d. Vision dan sabda batin 

Orang juga dapat menerima vision (penglihatan), misalnya melihat Tuhan Yesus, Bunda Maria, orang kudus, atau sesuatu yang lain. Hal itu dapat terjadi lewat mata jasmani atau mata batin. Orang juga dapat mendengar sabda. Hal itu dapat terjadi lewat telinga jasmani maupun telinga batin. Namun, semuanya itu dapat berasal dari setan, dari diri sendiri atau dari Allah. Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus sangat hati-hati

Semakin jasmaniah, semakin berbahaya, karena semakin mudah ditiru oleh si jahat atau timbul dari fantasi sendiri. Oleh sebab itu dalam hal ini sikap kita ialah jangan mempedulikan. Mengapa? Kalau itu datangnya dari Allah, maka pada saat diberikan, buahnya sudah tertanam dalam hati kita, yaitu pertobatan, kerendahan hati, pertambahan iman dan cintakasih

Tujuan Allah memberikan semuanya itu ialah untuk memperoleh buah-buah tersebut, bukan supaya orang dapat berbangga-bangga. Itu semua adalah pemberian Allah yang cuma-cuma dan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kapan dikehendaki-Nya menurut kebijaksanaan-Nya. 

Mendambakan hal itu berarti membuka diri bagi penipuan si jahat. Sikap yang paling tepat dalam hal ini ialah sikap lepas bebas dalam kepasrahan kepada kebijaksanaan Allah, karena Ia lebih tahu apa yang kita perlukan, apa yang paling baik bagi kita. 

Belajar dari orang lain yang berpengetahuan dan berpengalaman serta minta nasihat-nasihatnya adalah suatu cara untuk lebih dapat mengenal kehendak Allah. Namun, secara konkret kita menghadapi persoalan besar, yaitu di manakah kita dapat menemukan orang yang sedemikian itu. Di mana harus kita cari? Namun bila kita sungguh-sungguh mencari kehendak Allah dengan tulus ikhlas, Allah akan mengutus orang semacam itu kepada kita pada saat kita sungguh memerlukannya

Jadi, untuk dapat tumbuh dalam menerima bimbingan Allah dan mengenali kehendak-Nya, kita harus: 

1. Memperdalam hubungan pribadi kita dengan Allah lewat doa-doa pribadi. 

2. Rajin mempelajari dan meresap-resapkan sabda Allah dalam Kitab Suci. 

3. Penyerahan diri kepada Allah, akan membuat kita semakin peka terhadap bisikan Roh Kudus yang berbicara pada kedalaman lubuk jiwa kita. 

4. Sabar untuk tumbuh dalam hubungan pribadi dengan Tuhan dan dalam menerima bimbingan, karena hal itu makan waktu. Lewat pengalaman-pengalaman sedikit demi sedikit kita akan tumbuh dalam hal bimbingan Allah itu.

Roh Kudus berbicara melalui firman-Nya dan hati nurani: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya (Ibr 3:7-9).

(Sumber: Hidup dalam bimbingan Roh Kudus, http://www.holytrinitycarmel.com). 

15.25 -

Tuhan sudah memberikan berkatnya, Anda tinggal mengumpulkannya



Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi. Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: “Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu apa itu. 

Tetapi Musa berkata kepada mereka: “Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makananmu. Beginilah perintah Tuhan: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa.” (Kel 16:14-16). 

Ketika Bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun, Tuhan dengan setia memenuhi semua kebutuhan mereka. Bukan hanya kebutuhan rohani, tapi juga jasmani. Mulai dari makanan, pakaian, hingga sepatu. 

Firman Tuhan mencatat sepatu dan baju yang mereka kenakan tidak pernah rusak selama 40 tahun. Sedangkan untuk makanan, setiap pagi Tuhan menyediakan manna, makanan terbaik

Namun manna tersebut tidak datang ke dalam tempat penyimpanan bangsa Israel dengan sendirinya. Setiap pagi bangsa Israel perlu pergi keluar dari tenda mereka, memungut manna itu, dan mengumpulkan sebanyak keperluan mereka. 

Tuhan yang sama, yang kita sembah di dalam nama Yesus, telah menyediakan berkat bagi Anda setiap pagi. Tuhan telah memberikan berkat kepada Anda, tetapi Anda mesti pergi keluar mengambilnya. 

Dia sudah berikan segala yang terbaik. Bagian Anda adalah mengambil hal tersebut. Anda tidak bisa mengambil berkat Tuhan dengan cara bermalas-malasan di tempat tidur dan menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna. Pemalas tidak akan mendapatkan bagian apa-apa, karena Tuhan hanya memberkati tangan orang yang bekerja

Tidak peduli jika Anda sedang bangkrut, baru saja ditipu, kehilangan harta, kecurian, atau lain sebagainya, Tuhan telah memberikan Anda berkat setiap pagi untuk memenuhi segala yang Anda butuhkan. Jangan takut. Mulailah pergi keluar dan kumpulkan berkat tersebut. 

Apa yang tampaknya kepada kita sebagai pencobaan yang pahit, kerap merupakan berkat yang tersamar (Oscar Wilde).

(Sumber: http://hagahtoday.com, Zaldy Muryadi). 

15.16 -

Berkat Tuhan bagi orang yang dikasihi-Nya




Banyak orang beranggapan bahwa berkat diperoleh karena kerja keras, harus bersusah payah (Kej 27:40; 33:9). Ada benarnya karena Amsal 10:4 mengatakan: “Tangan orang rajin menjadikan kaya.” Tetapi sadarilah bahwa “Berkat ada di atas kepala orang benar” (Ams 10:4; Kej 32:10). 

Siapakah orang benar itu? Kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah dengan setia di hadapan Tuhan, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita (Ul 6:25). Orang benar pasti diberkati (Mzm 37:25-26). 

Pemazmur berkata: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Mzm 127:2). 

» Bukan berarti Tuhan melarang kita untuk bekerja keras. Bukan berarti bahwa Tuhan menyuruh kita untuk bersantai-santai dalam hidup. Tetapi Tuhan mengajarkan bahwa sebenarnya Tuhan sudah mengatur berkat-berkat itu kepada siapa saja yang dicintai-Nya pada saat tidur. 

Pada malam hari, pada saat tubuh dan pikiran ini sedang beristirahat Tuhan merancangkan berkat-berkat yang akan diperolehnya keesokan harinya. Karena itu, ketika Tuhan melihat seorang yang senantiasa terpaut pada-Nya, saat ia sedang tertidur lelap, maka Tuhan akan memberkati apa yang akan diusahakan orang itu keesokan harinya

Kewajiban setiap orang adalah takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pkh 12:13). 

Allah mengasihi kita lebih dari siapa pun yang pernah mengasihi kita. Kasih-Nya terwujud dalam tindakan (Yak 2:17). Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Rm 5:6-10; Yoh 3:16). Mengapa Allah begitu mengasihi kita? Karena kita adalah ciptaan-Nya yang khusus. 

Allah menciptakan dunia dari kasih yang meluap. Ia ingin supaya kita mengasihi Dia sebagaimana Ia mengasihi kita. Ia ingin menyatukan kita dalam keluarga besar Gereja-Nya (Docat 5). 

Karena kasih-Nya yang kuat bagaikan api yang menghanguskan (Ul 4:24), maka Ia menjaga umat-Nya dengan kasih yangcemburu’ (Kel 20:5). 

Cemburu ilahi ini disebabkan karena Tuhan tidak menghendaki umat pilihan-Nya, milik kepunyaan-Nya dan yang sangat dikasihi-Nya berpaling dari Dia dan memilih mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya (1 Yoh 2:15-16 » keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup). 

Jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan, kita berada pada “sumber” kehidupan yang tidak akan pernah habis. Artinya Tuhan menjamin berkat spiritual dan jasmani yang tidak ada habisnya. Namun, jika kita meninggalkan Tuhan, maka segala usaha akan sia-sia saja seperti kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air (Yer 2:13). 

Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibr 12:6). Caranya: menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; makan, tetapi tidak sampai kenyang; minum, tetapi tidak sampai puas; berpakaian, tetapi badan tidak sampai panas; bekerja untuk upah tetapi pundi-pundinya berlobang karena bangkrut atau kena sakit penyakit (Hag 1:6). 

Kesalahan ini terjadi karena kita tidak tahu kewajiban kita dan tidak mengandalkan Tuhan dalam menyelesaikan masalah (Yes 30:16 » kami mau naik kuda tangkas dan lari cepat langsung menghubungi si A atau B untuk bertanya dan meminta bantuan, langsung melakukan C atau D berdasarkan logika sendiri, tanpa berdoa lebih dulu (Yer 17:5-8). 

Akhirnya mengalami penderitaan yang pahit, karena ia dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi ia tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! (Pkh 6:1-2). 

Dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu melakukan kehendak Tuhan dengan sempurna. Tujuan kehendak Tuhan sesungguhnya semata-mata untuk kebaikan kita (1 Tes 4:3; Rm 8:28; Yer 29:11). 

Mengenal kehendak Allah bukan sekedar hal mengenal apa yang benar dan salah melainkan mengenai apa yang terbaik dan sesuai dengan ajaran Firman-Nya bagi kita (Rm 12:2; Bdk. Flp 1:10). 

Orang yang takut akan Tuhan, tidak mau mengecewakan Tuhan, akan berusaha untuk hidup seturut firman-Nya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan kerelaan diri sendiri, bukan karena dorongan orang lain. 

Orang yang takut akan Tuhan, kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya (Mzm 25:12). Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang-orang percaya yang melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepada-Nya. 

Baiklah kita kembali kepada Tuhan, maka Dia akan mengasihani kita, dan memberi pengampunan dengan limpahnya (Yes 55:7). Baiklah kita mengasihi Tuhan dengan menuruti firman-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat (Yoh 14:23; 1 Yoh 5:3; Bdk. Kej 29:20). 

Ingatlah! Tuhan tahu kapasitas manusia ciptaan-Nya. Dia berkata, “Lakukanlah bagianmu (Rm 12:3; Yak 4:15; Ams 16:3), dan ijinkan Aku melakukan bagian-Ku, maka segalanya jauh lebih sederhana.” 

Jadi, bertobatlah dan tinggal diam menanti-nantikan pertolongan Tuhan dengan rendah hati (Bdk. 1 Ptr 5:6), dalam tinggal tenang, kita dapat menguasai diri kita untuk dapat berdoa (I Ptr 4:7b). Karena itu serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak (Mzm 37:5). Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Mrk 9:23b) (Yes 30:15). 

Kalau kita membiarkan kuasa penjelmaan Roh Kudus berkarya dalam hati kita, maka kita akan bebas lepas dan ikhlas seperti kanak-kanak. Kita akan menjadi sadar bahwa Kerajaan Allah selalu tidak dipengaruhi oleh semua perubahan hidup (Mother Teresa).

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 12 Juli 2018, Dra Yovita Baskoro, MM). 

14.59 -

Belajar mengerti detak jantung Tuhan



Ada banyak cara yang dapat kita lakukan dalam hidup ini untuk berkenan di hati seseorang. Misalnya: dengan memberi hadiah, mengungkapkan kata-kata pujian, memberi perhatian, menunjukkan perilaku yang baik, mempercantik penampilan diri, dsb. 

Lalu, bagaimana caranya agar hidup kita dapat berkenan di hati Allah seperti Daud, sehingga mengerti detak jantung-Nya? (1 Sam 13:14). 

Yang menggerakkan seluruh hidup kita adalah hati (Mrk 7:21-23), Allah merindukan kita untuk beristirahat di hadirat-Nya, mendengarkan detak jantung-Nya. 

Pada saat kita dibaptis, kita menjadi anak angkat Allah (Gal 4:5-7). Buah dari Sakramen ini menyanggupkan kita hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus (KGK 1265-1266). Ia yang menyanggupkan kita mengenal Allah dan menuruti perintah-perintah-Nya (1 Yoh 2:3; Yoh 14:15; Bdk. 1 Sam 13:14). 

Allah mengutus Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita dan berdoa untuk kita kepada-Nya (Rm 8:26), Roh Kudus juga yang menginsafkan dosa kita (Yoh 16:8-11) sehingga kita berani mengoreksi diri tanpa membandingkan (2 Sam 12:13; Luk 18:11-13). 

Allah sangat merindukan anak-anak-Nya untuk mendengar detak jantung-Nya, maka bagian kita adalah melekat pada-Nya (Yoh 15:1-8) dengan cara berdoa dan berpuasa (2 Sam 12:16), sujud menyembah-Nya (2 Sam 12:20), dan mendengarkan atau membaca firman (Rm 10:17). 

Jika kita mendengar/membaca firman Tuhan serta menanamkan firman tersebut di dalam hati kita maka kita diberi hati dan roh yang baru, hati yang taat (Yak 1:21; Yeh 36:26) sehingga detak jantung kita dapat seirama dengan detak jantung-Nya (Yes 55:8-9; Ams 19:21). 

Doa itu bukanlah meminta. Doa adalah menempatkan diri ke dalam tangan Tuhanke dalam posisi-Nya dan mendengarkan suara-Nya ke dalam hati kita (Mother Teresa).

Marilah kita belajar dari Kitab Ester

[Est 1:11] Pada zaman Ahasyweros ... diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya ... Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak ... 

Juga Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros. Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda ... supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. 

» Raja Ahasyweros lambang Allah yang suka memamerkan mempelai-Nya (Ayb 1:8; 2:3). 

[Est 1:12 - 2:1-4] Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja ..., sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya

Maka bertanyalah raja kepada orang-orang arif bijaksana: "Apakah yang harus diperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang, karena tidak dilakukannya titah raja Ahasyweros yang disampaikan oleh sida-sida?" 

Maka sembah Memukan di hadapan raja dan para pembesar itu: "... Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah ... Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya. ..." Usul itu dipandang baik oleh raja serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu. 

Sesudah peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut, terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang diputuskan atasnya. 

Maka sembah para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Hendaklah orang mencari bagi raja ... gadis yang terbaik pada pemandangan raja, baiklah dia menjadi ratu ganti Wasti." Hal itu dipandang baik oleh raja, dan dilakukanlah demikian. 

[Est 2:8-9] Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan. Di bawah pengawasan Hegai, Ester pun dibawa masuk ke dalam istana raja ... gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya

» Hegai lambang Roh Kudus. Ester mempunyai roh yang mau diajar (taat) sehingga menjadi favoritnya Hegai. 

[Est 2:12-13] Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: enam bulan untuk (1) memakai minyak mur dan enam bulan lagi untuk (2) memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan. Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya harus diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam istana raja. 

» Perawatan kecantikan (1) untuk mengeluarkan racun-racun dalam tubuh. (2) seperti disauna, wangi-wangian tersebut baunya meresap ke dalam pori-pori kulit sehingga bau tubuhnya harum. 

[Est 2:14-15] Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali ini ke dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida raja, penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya. 

Ketika Ester mendapat giliran untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apa pun selain dari pada yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia

» Hegai dipercaya untuk menyiapkan calon ratu karena ia yang paling tahu selera raja. Maka Esther berjuang untuk mempunyai sikap hati yang taat (memiliki roh penguasaan diri). 

[Est 2:16-17] Demikianlah Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam istananya. Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti

» Demikian pula dengan kehidupan kita, jika kita taat kepada Roh Kudus maka Ia-lah yang akan membantu kita dalam kelemahan kita (Rm 8:26-27) dan yang menyelidiki segala sesuatu yang tersembunyi dari Allah (1 Kor 2:9-11). Maka bekerjasamalah dengan Roh Kudus agar hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. 

[Est 3:5-11] Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman, tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros. 

Sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa ... di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja." 

Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, kemudian titah raja kepada Haman: "Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik. 

» Persembahan mampu untuk menggerakkan hati raja untuk melepaskan cincin meterainya. 

[Est 4:1-16] Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. 

Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja, karena seorang pun tidak boleh masuk pintu gerbang istana raja dengan berpakaian kain kabung. 

Di tiap-tiap daerah, ke mana titah dan undang-undang raja telah sampai, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya. 

Ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya. 

Maka Ester memanggil Hatah, salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda melayani dia, lalu memberi perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk mengetahui apa artinya dan apa sebabnya hal itu. ... dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya ... Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda. 

... Akan tetapi Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai: "..." Ketika disampaikan orang perkataan Ester itu kepada Mordekhai, maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: "Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." 

Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." 

[Etr 4:17 & T.Est C] Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya. Kemudian Mordekhai berdoa kepada Tuhan seraya mengingat segala perbuatan Tuhan, katanya: "Tuhan, Tuhan, Raja semesta alam! Segala sesuatunya ada dalam kekuasaan-Mu dan tiada seorangpun dapat membantah Engkau, jika Engkau mau menyelamatkan Israel. ... Segala sesuatunya Kaukenal dan Engkaupun, ya Tuhan, tahu bahwa ... Aku tidak akan sujud menyembah kepada siapapun kecuali kepada-Mu, ... Dengarkanlah permohonanku, kasihanilah umat-Mu. Ubahlah derita kami menjadi sukacita ... " 

Seluruh Israelpun menjerit sekuat-kuatnya, sebab maut terbayang di depan mata mereka. Ratu Esterpun berlindung pada Tuhan dalam bahaya maut yang menyerang dia. Pakaian kemuliaannya telah ditanggalkannya dan telah dikenakannya pakaian kesesakan dan perkabungan. Dari pada dengan wangi-wangian yang ulung telah ditaburinya kepalanya dengan abu dan kotoran. Tubuhnya sangat disiksanya dengan puasa dan jalinan-jalinan rambutnya yang terlepas memenuhi seluruh tempat perhiasan riangnya. 

Maka mohonlah Ester kepada Tuhan, Allah Israel, katanya: "Tuhanku, Raja kami, Engkaulah yang tunggal, dan tolonglah aku yang seorang diri ini, yang padanya tidak ada yang menolong selain dari Engkau, sebab bahaya maut mendekati diriku. ... Ingatlah, ya Tuhan, dan hendaklah menampakkan diri-Mu di waktu kesesakan kami. Berikanlah kepadaku keberanian, ya Raja para allah dan Penguasa sekalian kuasa! Taruhlah perkataan sedap di dalam mulutku terhadap singa itu; dan ubahkanlah hatinya sehingga menjadi benci kepada orang yang memerangi kami, supaya orang itu serta semua yang sehaluan dengannya menemui ajalnya. ... Ya Allah, Engkaulah yang terlebih kuat dari sekalian orang, dengarkanlah suara orang-orang yang putus harapannya dan selamatkanlah kami dari kekuasaan para penjahat dan selamatkanlah aku ini dari ketakutanku!" 

[Est 5:1-2 & T. Est D] Pada hari ketiga ketika Ester berhenti berdoa maka ditanggalkannya pakaian ibadahnya, lalu dikenakannya pakaian ratu. Berserilah muka Ester karena memuncak keelokannya; bergiranglah wajahnya seolah-olah berpancarkan cinta, tetapi hatinya kesesakan karena takut. Semua pintu dilaluinya lalu berdirilah ia di hadapan raja. 

Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu. Dengan wajah yang merah ungu karena kemuliaannya raja menengadah dan menengok dengan memuncak kemurkaannya. Maka rebahlah ratu dan berubahlah warna mukanya karena pingsan

» pingsan karena takut (Est 4:11 - menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati). 

Dengan kepalanya ia bersandarkan dayang yang berjalan di depannya. Tetapi hati raja dirubah oleh Allah menjadi lemah lembut. Penuh kegelisahan ia melompat turun dari takhtanya, didekapnya Ester sampai siuman sambil dihiburkannya dengan kata-kata yang ramah

Berkatalah raja kepada Ester: "Ada apa, Ester? Aku ini kakanda! Jangan takut! Engkau tidak akan mati! Penetapan kami hanya berlaku untuk umum saja! Mari!" 

Maka raja mengedangkan tongkat keemasannya lalu ditaruhnya pada leher Ester. Sambil memeluknya berkatalah ia: "Berbicaralah dengan aku!" 

Sahut Ester kepadanya: "Hamba melihat baginda, tuanku, laksana malaikat Allah. Maka gelisahlah hati hamba karena takut kepada kemuliaan baginda. Sebab baginda sungguh mengagetkan, ya tuanku, dan wajah baginda penuh kebagusan." Ketika berkata demikian Ester jatuh pingsan. Rajapun lalu gelisah dan seluruh pengiringnya memberi hati kepada Ester. 

[Est 5:3-8] Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu." 

Jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja." Maka titah raja: "Suruhlah Haman datang dengan segera, supaya kami memenuhi permintaan Ester." Lalu raja datang dengan Haman ke perjamuan yang diadakan oleh Ester. 

Sementara minum anggur bertanyalah raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi." 

Maka jawab Ester: "Permintaan dan keinginan hamba ialah: Jikalau hamba mendapat kasih raja, dan jikalau baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja." 

[Est 7:1-6; 8:1-] Datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu. Pada hari yang kedua itu, sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi." 

Maka jawab Ester, sang ratu: "Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja." 

Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: "Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?" Lalu jawab Ester: "Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!" 

Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia. 

Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman. 

Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi. 

Maka raja mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja, serta sembahnya: "Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat kasih raja, dan hal ini kiranya dipandang benar oleh raja dan raja berkenan kepada hamba, maka hendaklah dikeluarkan surat titah untuk menarik kembali surat-surat yang berisi rancangan Haman bin Hamedata, orang Agag itu, yang ditulisnya untuk membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan. Karena bagaimana hamba dapat melihat malapetaka yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat melihat kebinasaan sanak saudara hamba?" 

Maka jawab raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: "Harta milik Haman telah kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi. Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat ditarik kembali." 

» Jika detak jantung kita seirama dengan detak jantung Tuhan, maka apa saja yang kita kehendaki akan dikabulkan oleh-Nya. 

Sebagai anak angkat Allah hendaknya kita menempel pada-Nya sehingga kita dapat mendengar detak jantung-Nya seperti seorang dokter kandungan menempelkan piringan stetoskop Laennec pada perut ibu hamil (zaman dulu) untuk mengetahui detak jantung janin dalam kandungan. 

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 5 Juli 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).