Kamis, 26 Juli 2018

Kemenangan yang memberi kemenangan



Kemenangan yang diberikan Kristus kepada kita bukan hanya kemenangan atas maut tapi juga atas dosa yang menguasai kita. Kemenangan-Nya telah menjadikan kita ciptaan baru sehingga kita memiliki identitas baru dalam Kristus.

Oleh karena itu sekarang kita tidak perlu lagi memegang konsep diri yang salah atau selalu kalah terhadap dosa dan terus-menerus mengalami ketakutan dan kecemasan yang salah. 

Kita sekarang mampu menghadapi kesulitan hidup yang datang menerpa kita karena kita memiliki kuasa kemenangan-Nya. Hidup kita yang baru sekarang ini adalah hidup dalam kemenangan-Nya!

"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Rm 8:37-39)

Kapankah Kristus mendapatkan kemenangan-Nya? Banyak orang menjawab: pada waktu Ia bangkit. Jawaban itu kurang tepat, sebab Kolose 2:14-15 mengatakan, "dengan menghapus surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka."

Jadi, ayat di atas menyatakan bahwa sebenarnya Yesus sudah mendapat kemenangan-Nya di atas salib. Cuma kemenangan itu belum terlihat secara kasat mata. Kebangkitan-Nya menyatakannya secara jelas.

Kebangkitan Kristus adalah keunikan kekristenan dibandingkan dengan agama lainnya. Kristus telah bangkit tidak mati lagi. Kristus telah menang! Oleh karena itu perjuangan umat Tuhan bukanlah perjuangan untuk meraih kemenangan; tetapi perjuangan dari kemenangan atas segala dosa dan Setan yang sudah diperoleh oleh Yesus ketika Ia berada di atas salib dan melalui kebangkitan-Nya (Yoh 12:31; Kol 2:15; Why 12:11).

Kemenangan-Nya memberi kita kemenangan atas beberapa hal yang penting, yaitu:

1. Kemenangan atas maut (1 Kor 15:54b-57 » "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.").

Maut adalah musuh manusia yang terbesar. Maut tidak dapat dikalahkan oleh: kekayaan, kekuataan fisik, dan kepandaian otak. Ketiga hal itu biasanya digunakan oleh manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan hidup mereka. Namun, ketika maut datang, kekayaan manusia tidak dapat menyuapnya; kekuatan fisik tidak dapat mengalahkannya; dan kepandaian otak tidak dapat menaklukkannya. Sungguh, maut merupakan musuh manusia yang paling menakutkan.

Tetapi, Yesus sudah mengalahkannya di atas salib. Tuhan sudah mengalahkan maut, apakah itu berarti bahwa setiap orang beriman tidak akan mengalami maut lagi? Umat Tuhan pada suatu saat tetap akan mengalami kematian, namun konsep tentang kematian itu sudah berubah. Maut tidak lagi sebagai hal yang menakutkan, namun sebagai "pintu gerbang" menuju kemuliaan kekal.

Firman Tuhan menyebut orang percaya yang meninggal sebagai "tertidur", seperti yang tertulis di dalam 1 Tes 4:13, "Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal (KJV: "concerning them which are asleep"), supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan" (Bdk. 1 Tes 4:14 dengan Why 14:13).

Orang biasa selalu berambisi untuk menyingkirkan dan memusnahkan musuhnya. Orang pintar mampu mengubah musuh menjadi teman yang membawa berkat. Orang pandai dapat mengubah sampah menjadi pupuk; dapat mengubah besi rongsokan menjadi mobil yang mahal.

Tuhan Yesus belum menyingkirkan maut; namun Ia mengubah maut menjadi sesuatu yang berguna bagi umat-Nya, yakni menjadi "pintu gerbang" menuju kemuliaan kekal.

Oleh karena itulah rasul Paulus berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Flp 1:21).

2. Kemenangan atas konsep diri yang salah.

Setelah maut, musuh terbesar kedua bagi manusia adalah diri sendiri. Masyarakat menjadi kacau jika setiap pribadi tidak dapat mengontrol dirinya. 

Orang yang suka membuat masalah di dalam masyarakat maupun di gereja adalah orang yang mempunyai masalah di dalam diri sendiri yang belum dapat diselesaikannya. Mereka yang tidak mempunyai rasa aman di dalam diri akan mudah tersinggung dengan perkataan orang lain yang secara obyektif tidaklah menyerang mereka.

Rasul Paulus menceritakan tentang ambisinya pada masa lalu. Ia beranggapan bahwa dengan menganiaya jemaat Tuhan ia sedang beribadah kepada-Nya (Flp 3:6). Blaise Pascal pernah berkata, "Kejahatan terkeji yang pernah terjadi dalam sejarah adalah kejahatan yang dilakukan atas nama agama." Sebagian orang menggunakan nama Allah, sebagai otoritas tertinggi untuk dimanipulir guna mendukung ambisinya sendiri.

Paulus menceritakan bagaimana pada masa lalu ia membangun harga dirinya dengan hal-hal yang secara lahiriah dapat dibanggakan, "Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal- hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." (Flp 3:4b-6).

Namun sayangnya, apa yang dahulu ia banggakan telah membuat Tuhan sangat merasa malu dan bersedih hati. Apa yang ia anggap mulia, dihadapan Tuhan sama dengan "sampah" (ayat 8b, cat.: dalam bahasa aslinya adalah "kotoran manusia"). Apa yang dahulu ia anggap benar, dihadapan Tuhan sebenarnya salah belaka (ayat 9).

Setelah mengenal Yesus sebagai Juruselamat, ambisi Paulus berubah, seperti yang tertulis di dalam Flp 3:10-11, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati."

Jadi, Paulus mengalami perubahan dalam "konsep nilai"-nya. Konsep nilai berkaitan dengan sesuatu yang dianggap paling berharga di dalam kehidupan seseorang. Segala hal boleh dikorbankan demi sesuatu/seseorang yang dianggap paling berharga.

Bagaimana dengan konsep nilai Anda? Falsafah Komunis mengatakan, "Satu-satunya yang bernilai adalah materi." Ada banyak orang berkata, "Yang paling bernilai adalah uang." Kaum hedonis berkata, "Yang terpenting adalah kenikmatan." Bagaimana dengan falsafah hidup orang Kristen? "The only value is truth" (yang paling bernilai adalah kebenaran). Seperti Tuhan Yesus pernah berkata, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, firman-Mu adalah kebenaran." (Yoh 17:17)

Kebenaran jangan dijual (untuk mendapatkan sesuatu), namun kebenaran harus dibeli (yang lain boleh dikorbankan demi kebenaran, Ams 23:23).

3. Kemenangan atas segala tantangan dan kesulitan.

Apakah umat Tuhan bisa hidup bebas dari segala tantangan dan kesulitan? Tidak! Justru melalui tantangan dan kesulitan yang dialami akan terbuktilah kemenangan yang dari Tuhan bagi umat-Nya. Seorang pemenang adalah dia yang telah mengalahkan segala kesulitan dan tantangan di dalam hidupnya. 

Jikalau tidak ada kesulitan, menang atas apaFirman Tuhan tidak mengajar kita untuk lari dari kesulitan. Jikalau hal itu dikehendaki Tuhan, mintalah hikmat dan kekuatan daripada-Nya untuk menaklukkan segala kesulitan, Rasul Paulus menuliskan firman Tuhan yang dialaminya sendiri di dalam pelayanannya, "Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Rm 8:34-37)

Semua umat Tuhan mengamini bahwa Allah adalah maha kuasa. Seringkali kemaha-kuasaan-Nya diartikan sebagai Allah yang mampu mengubah semua situasi-kondisi yang sulit dalam hidup kita. Kita lupa, bahwa Allah yang maha kuasa juga mampu mengubah sikap hati kita terhadap kesulitan yang sedang dihadapi.

Pada waktu Yesus berada di Taman Getsemani, Ia minta jikalau boleh, cawan kepahitan itu dilalukan daripada-Nya. Tetapi Bapa-Nya di Sorga tetap menghendaki Yesus meminum cawan itu. Bapa mengirim seorang malaikat untuk memberi kekuatan kepada-Nya (Luk 22:43).

Salib itu tetap harus dipikul, namun sikap hati manusia Yesus telah diubah dan dikuatkan. Hasil-nya, Yesus dapat tegak berdiri untuk menghadapi salib dengan sikap hati yang tangguh (Bdk. Yoh 18:4-8).

Dalam bukunya "Harmagedon", Billy Graham pernah menuliskan kata-kata sebagai berikut, "Alkitab dan sejarah Gereja menunjukkan bahwa jalan keluar dari Allah bagi penderitaan umat-Nya tidak selalu berarti bebas dari penderitaan itu sendiri, melainkan kuasa untuk dapat bertahan dalam penderitaan."

Apa arti "lebih dari pemenang" (Rm 8:37)? Seorang pelari maraton sudah jauh melebihi lawan-lawannya dan sampai di garis finish, para penonton memberikan tepuk tangan untuk kemenangannya. Namun, tiba-tiba ia mempunyai ide. Ia melihat semua lawannya masih jauh tertinggal di belakang. Maka dengan kekuatan yang masih ada, ia mengambil ancang-ancang untuk lari sprint. Ia memutari satu lingkaran lagi dan sampai ke garis finish. Semua penonton berdiri, memberikan tepuk tangan, dan mengelu-elukannya. Pelari itu telah muncul sebagai "lebih dari pemenang".

Yesus sewaktu disalibkan dan dalam keadaan sangat menderita, Dia masih bisa berdoa untuk pengampunan bagi orang-orang yang menyalibkan-Nya. Juga, Ia masih memperhatikan ibunda-Nya Maria. Dia meminta Yohanes, salah satu murid-Nya untuk memperhatikan Maria (Luk 23:34; Yoh 19:26-27). Yesus menjadi Tokoh yang lebih dari pemenang.

Sejumlah besar pujian yang terkenal digubah pada saat pengarangnya sedang mengalami tantangan dan cobaan yang begitu berat.

Charlotte Elliot telah mengubah lagu "Sebagai-mana Adaku" ("Just As I Am", tahun 1836) pada waktu ia mengalami cacat tubuh dan tak berdaya.

H.G. Spafford mengubah lagu "Nyamanlah Jiwaku" ("It is Well with My Soul") pada waktu musibah secara beruntun menimpa hidup dan keluarganya. Perusahaannya mengalami pailit, lalu kedua anaknya meninggal dunia dalam suatu musibah karam kapal.

Fanny Crosby menggubah ribuan lagu pujian dalam keadaan buta selama puluhan tahun sampai ia meninggal dunia. Ia masih berusia 3 tahun pada waktu penyakit mata menyerangnya.

Louis Pasteur menderita epilepsi dan lumpuh sebelah. Namun, penyakitnya itu malah mendorong dia untuk mengadakan riset di laboratoriumnya, sampai ia menemukan teori Pasteurisasi yang sangat berguna di dalam dunia medis sampai saat ini.

Dalam segala kesulitan yang dialami oleh orang-orang tersebut di atas, mereka tidak mengeluh kepada Tuhan, tetapi malah mengarang syair-syair, lagu-lagu yang membangun, serta hasil riset yang telah menjadi berkat bagi jutaan orang. Mereka telah keluar sebagai "lebih dari pemenang".

4. Kemenangan atas perasaan takut yang keliru.

Dosa telah memutar-balikkan banyak hal: yang manusia harus takuti, malah jadi berani sekali; yang manusia harus berani, malah jadi sangat takut.Seharusnya, manusia takut kepada Allah dan berani kepada Setan; manusia harus berani mengatakan kebenaran dan takut untuk berkata dusta. Namun, orang berdosa bersikap sangat berani menentang Allah dan takut kepada Setan. Dosa telah membuat banyak orang takut berkata benar dan berani berdusta.

Sebelum Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, mereka bersikap sangat takut, seperti yang tertulis di dalam Yoh 20:19a, "Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu, berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi."

Namun, setelah dipenuhi Roh Kudus, sikap mereka berubah total. Mereka berani menyampaikan kebenaran walaupun menghadapi ancaman penganiayaan, seperti yang tertulis di dalam Kisah Rasul 4:13, "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus."

Rasa takut yang keliru seringkali dipakai Iblis untuk melumpuhkan dinamika hidup kristiani. Banyak orang Kristen tidak berani bersaksi karena mereka sudah kalah sebelum bertanding. Mereka takut kalau-kalau orang lain tersinggung atau marah. Iblis sering memakai "psychology of fear" (psikologi rasa takut) untuk memadamkan semangat pelayanan di dalam diri umat-Nya.

Seorang petinju pasti akan kalah apabila ia pada waktu dipertemukan dengan lawannya dan di hadapan wasit tidak berani menatap mata lawannya. Biarlah kita berdoa seperti yang didoakan oleh para murid Tuhan, "Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus. Hamba-Mu yang kudus. Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani." (Kis 4:29-31).

Beberapa tahun yang lalu di harian "Kompas" pernah ditulis satu hasil survey di Eropa. Banyak remaja putra Eropa sudah melakukan hubungan seks sebelum nikah pada waktu usia mereka sekitar 17 tahun 3 bulan. Sedangkan bagi remaja putri, banyak yang telah melakukan hubungan seks pada usia sekitar 17 tahun 6 bulan. Hubungan seks sebelum nikah telah menjadi standard yang dibanggakan di dalam kelompok mereka. Sayangnya, apa yang mereka banggakan ternyata membuat Tuhan merasa malu dan marah.

5. Kemenangan untuk hidup memuliakan Tuhan.

"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." (1 Kor 15:17).

Benarlah ayat itu. Jikalau Yesus telah dibangkitkan, maka percumalah manusia yang berusaha untuk hidup benar, sebab Yesus Sang Kebenaran ternyata mengakhiri hidup-Nya di atas salib. Ia diperlakukan secara tidak adil oleh manusia yang berdosa. Jikalau Yesus tidak dibangkitkan, maka kebenaran dikalahkan oleh dusta. Tetapi puji Tuhan, Yesus bangkit! Berarti: ada pengharapan bagi manusia yang ingin hidup benar dan mau memuliakan nama Tuhan.

Kehidupan manusia Yesus adalah sangat mulia. Usia-Nya hanya pendek saja, yakni 33 1/2 tahun. Sebagian orang Amerika berkata, "Life begins from forty" (hidup dimulai sejak umur 40 tahun).

Usia Yesus 6 1/2 tahun lebih muda dari kerinduan orang Amerika. Umur Yesus juga paling pendek jika dibandingkan dengan para pendiri agama/ filsafat lainnya. Laotze berusia lebih dari 100 tahun, Sidharta Gautama 80 tahun, Socrates 68 tahun, dan Mohammad 64 tahun.

Walaupun pendek usia-Nya, tetapi Yesus sudah mengisi setiap saat dalam hidup-Nya dengan hal-hal yang memuliakan Bapa-Nya di Sorga.

Hal ini dapat kita ketahui dari Yoh 17:4, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." Ayat ini merupakan bagian dari doa Tuhan Yesus sebelum Ia disalibkan. Jadi, hidup Yesus lebih menekankan pada segi kualitas (mutu hidup) dan bukan kuantitas (panjang umur).

Hendaklah hidup setiap umat Tuhan juga demikian. Masalah panjang umur bukanlah hal yang terpenting, tetapi bagaimana seseorang menggunakan setiap waktu dalam hidupnya, apakah dengan hal-hal yang berkenan di hadapan Tuhan, ataukah hanya memuaskan hawa nafsu dan ambisi pribadi? Mutu hidup lebih dipentingkan di dalam kekristenan.

6. Kemenangan untuk Gereja-Nya.

Tuhan Yesus pernah berkata kepada Rasul Petrus dan para murid-Nya yang lain, "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus (Yun: Petros) dan di atas batu karang (Yun.: Petra) ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan dapat menguasainya." (Mat 16:18)

Apakah maksudnya "batu karang" (Petra) di sini? Itu bukanlah diri Petrus (Petros), tetapi pengakuan Petrus tentang Yesus yakni: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16). Di atas pengakuan itulah gereja Tuhan didirikan; dan alam maut tidak akan dapat menguasainya. Maut adalah musuh yang terbesar dalam hidup manusia. Musuh yang terbesar itu tak dapat menguasai gereja Tuhan sebab didirikan di atas pengakuan "Yesus, Sang Mesias, Anak Allah yang hidup".

Tidak ada suatu kuasapun yang bisa menghancurkan gereja Tuhan. Gedung gereja bisa dihancurkan, tetapi bukan persekutuan umat Tuhan. Ini terbukti di dalam sejarah gereja Tuhan di RRC. Selama beberapa puluh tahun Komunisme, di bawah pemerintahan Mao Tse Tung, menganiaya banyak umat Tuhan. Mereka hanya bisa menutup pintu-pintu gedung gereja, tetapi tidak berdaya menghancurkan persekutuan umat Tuhan.

Sebelum Komunisme berkuasa, jumlah orang Kristen di RRC kurang dari 1 juta orang. Namun, setelah Mao Tse Tung meninggal dunia, pemerintah RRC mulai bersikap agak lunak terhadap agama-agama. Ternyata mereka mendapati jumlah orang Kristen yang berbakti "di bawah tanah" sudah mencapai sekitar 70 juta orang.

Sebagian umat Tuhan merindukan agar kekristenan dapat menjadi agama mayoritas di dunia ini. Mereka berpikir alangkah indahnya apabila orang Kristen menjadi mayoritas di dunia ini. Ijin untuk mendirikan gedung gereja tidak diperlukan lagi; dan berbagai kemudahan akan diperoleh oleh orang-orang Kristen.

Pernahkah itu terjadi? Pernah, yakni pada abad ke-4, pada masa pemerintahan kaisar Romawi yang bernama Constantine Agung (280-337 M). Pada tahun 312, sang kaisar menyerang Itali dan mengalahkan Maxentius, seorang musuh besarnya, di jembatan Milvian dekat kota Roma. Sebelum pertempuran berlangsung, Constantine berkata bahwa ia melihat suatu tanda dari Allahnya orang Kristen di langit. Tanda itu menyatakan, bahwa ia pasti menang.

Menurutnya, tanda itu adalah singkatan dalam bahasa Yunani untuk nama Kristus. Kemudian, tanda itu dilukiskan di setiap perisai prajuritnya. Setelah kemenangannya itu, Constantine menjadikan agama Kristen sebagai agama negara. Dia pun menjadi seorang Kristen. Banyak gedung pengadilan Romawi yang diubah menjadi gedung gereja.

Semua negara yang ditundukkan oleh kaisar Romawi harus "di-kristen-kan", sehingga terjadi baptisan masal. Banyak orang yang dibaptis tidak mengerti akan ajaran firman Tuhan. Mereka menjadi Kristen oleh karena diharuskan oleh perintah sang Kaisar. Para pemimpin gereja adalah orang-orang yang diangkat oleh pemerintah. Mereka memiliki kekuasaan yang besar dan kedudukan yang "empuk".

Akibatnya, banyak praktek duniawi masuk ke dalam gereja. Sinkretisme (percampuran agama Kristen dengan kepercayaan kafir) terjadi di dalam kehidupan gerejawi dan umat-Nya. Di dalam sejarah gereja, jaman sejak Constantine sampai beberapa abad selanjutnya dikenal dengan sebutan "dark ages" (abad-abad kegelapan). Terlalu banyak orang menyebut diri Kristen tetapi hanya "Kristen KTP", demikian pula dengan para pemimpin gereja. Jadi, ironis sekali ... jaman dimana Kekristenan menjadi mayoritas justru disebut sebagai "dark ages".

Sebaliknya, di tempat di mana umat Tuhan dianiaya; mereka hanya kelompok minoritas, di situlah terdapat gereja-gereja yang hidup. Di situlah hadirat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah kehidupan umat-Nya. Di situlah terjadi banyak manifestasi kemuliaan Allah.

Jadi, janganlah takut terhadap segala tantangan dan aniaya. Takutlah jikalau Tuhan tidak diberikan tempat yang semesti-nya di Gereja-Nya. Seperti yang tertulis di dalam Wahyu 3:20, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."

Ayat ini bukan ditujukan kepada orang-orang non-Kristen, tetapi kepada gereja Tuhan di Laodikia yang sudah suam-suam (Why 3:16). Tuhan Yesus yang seharusnya menjadi Kepala Gereja, tetapi Ia dibiarkan berada di luar pintu gereja.

(Sumber: Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Sorga, Dr. Roby Setiawan).


Jumat, 20 Juli 2018

Hari penghakiman



Tuhan akan menerangi “yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati” (1 Kor 4:5). 

Meski banyak orang tidak mau berbicara atau memikirkannya, ini adalah fakta bahwa setelah mati (Ibr 9:27) setiap orang akan berada di depan tahta Allah (Mat 25:31), berada di hadapan kursi penghakiman Allah (Rm 14:10) "dihakimi menurut tingkah lakunya" (Why 20:13)

Mereka yang telah mati dengan memberikan hidup sepenuhnya kepada Yesus akan diselamatkan (Luk 9:24). Artinya, mereka yang telah menerima Yesus sebagai Juruselamat, Tuhan, dan Allah akan diselamatkan (Kis 16:30-31); karena telah dibaptis (Mrk 16:16); maka akan masuk ke dalam kehidupan kekal dan melihat Yesus secara langsung (1 Yoh 3: 2). 

Mereka yang telah menjadi orang benar karena bertobat kembali Allah akan masuk “ke dalam hidup yang kekal” (Mat 25:46). 

Yang tidak mau bertobat tentu akan “menerima hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” (2 Tes 1:9); dicampakkan “ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi” (Mat 22:13). “Mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua” (Why 21:8). 

Untuk itu, jangan menganggap enteng Hari Penghakiman. Berikan hidup ini sepenuhnya kepada Yesus, sang Hakim (Yoh 5:22); yang adalah Kasih (1 Yoh 4:16). 

Mengucap syukurlah kepada Bapa atas “kebenaran di dalam kasih” yang telah disampaikan-Nya (Ef 4:15).

14.14 -

Pesan alam




Kalau ingin "menangkap" ayam, "jangan dikejar" nanti kita akan lelah dan ayampun makin menjauh. Berikanlah ia beras dan makanan, nanti dengan mudah ia datang dengan rela.

Begitulah rejeki, "melangkahlah dengan baik, jangan terlalu kencang mengejar, ngotot memburu, nanti kita akan lelah tanpa hasil. Keluarkanlah sedekah, nanti "rezeki akan datang menghampir tepat waktu".

Kalau ingin "memelihara" kupu-kupu, jangan tangkap kupu-kupunyapasti ia akan terbang. Tetapi tanamlah bunga​, maka kupu-kupu akan datang sendiri dan membentangkan sayap-sayapnya yang indah. Bahkan bukan hanya kupu-kupu yang datang, tetapi kawanan yang lain juga datang: lebah, capung dan lainnya juga akan datang menambah warna warni keindahan.​

Sama halnya dalam kehidupan di dunia ini. ​Ketika kita menginginkan​ "kebahagiaan" dan "keberuntungan", tanamkan kebaikan demi kebaikan, kejujuran demi kejujuran, maka kebahagiaan dan keberuntungan akan datang karena dianugerahkan oleh Allah.
Oleh karena itu, selagi kita masih diberi hidup, mari kita membangun taman-taman bunga kita, bunga kebajikan dan bunga kejujuran .

Apakah kehendak Allah itu?



Ketika berbicara tentang kehendak Allah, banyak orang akan memahaminya melalui tiga aspek yang dinyatakan Alkitab. Aspek pertama terkait perintah, kedaulatan, dan kehendak rahasia Allah

Ini adalah kehendakutamaAllah. Aspek kehendak Allah yang ini akan datang seiring pengenalan atas kedaulatan Allah dan atribut Allah lainnya. Bentuk kehendak Allah yang ini akan berfokus pada pemahaman kalau Allah berdaulat menentukan segala sesuatu yang akan terjadi. Dengan kata lain, tidak ada yang terjadi di luar kedaulatan kehendak Allah

Aspek kehendak Allah ini terlihat dalam banyak ayat Alkitab seperti di Ef 1:11. Kita dapat belajar bahwa Allah adalah sosok yang “bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.” 

Begitu juga di Ayub 42:2, “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” 

Pandangan mengenai kehendak Allah ini berdasarkan fakta bahwa, karena (1) Allah berdaulat, maka kehendak-Nya tidak akan mengecewakan. Tidak ada satu pun yang terjadi diluar kendali-Nya.

Pengertian akan kedaulatan kehendak-Nya tidak berarti Allah menyebabkan segala hal terjadi. Melainkan, karena Ia berdaulat, Ia harus mengizinkan atau membolehkan segala hal untuk terjadi. 

Aspek kehendak Allah yang ini menunjukkan bahwa, bahkan ketika Allah secara pasif mengizinkan suatu hal untuk terjadi, Ia pasti memilih untuk mengizinkan hal itu, karena Ia selalu memiliki kuasa dan hak untuk campur tangan. Allah selalu dapat memutuskan untuk mengizinkan atau menghindari suatu hal terjadi di dunia ini. Maka, karena Ia mengizinkan berbagai hal terjadi, Ia menggariskan hal tersebut dalam perkataan. 

Kehendak Allah kerap tersembunyi dari kita sampai hal itu terjadi. Ada aspek lain dari kehendak Allah yang jelas bagi kita: (2) kehendak-Nya yang sudah dinyatakan atau yang sudah diwahyukan. Sesuai dengan namanya, aspek kehendak Allah yang ini berarti Allah telah memutuskan untuk menunjukkan beberapa kehendak-Nya dalam Alkitab

Kehendak Allah yang nyata berarti Allah yang menyatakan apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan. Sebagai contoh, karena kehendak Allah dinyatakan, kita dapat mengetahui bahwa Allah ingin kita tidak mencuri, mengasihi musuh, bertobat dari dosa, dan harus hidup kudus karena Ia kudus. 

Penjelasan mengenai kehendak Allah ini dinyatakan baik melalui Firman-Nya dan hati nurani kita, tempat Allah menaruh nilai moral dalam setiap hati manusia. 

Aturan Allah, apakah tertulis dalam Kitab Suci atau dalam hati nurani, menyatu dalam diri kita. Ketika kita tidak menaatinya, hal itu akan diperhitungkan kepada kita. 

Memahami aspek kehendak Allah akan mengajari kita bahwa ketika kita memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melanggar perintah Allah, kita tidak berhak melakukannya. 

Karenanya, tidak ada toleransi bagi dosa kita. Kita tidak dapat mengatakan bahwa dengan berdosa, kita menjalankan kehendak Allah. 

Yudas menggenapi kedaulatan kehendak Allah ketika mengkhianati Kristus, ataupun ketika tentara Roma menyalibkan Dia. Itu tidak membenarkan dosa yang diperbuat mereka. Mereka tidak kurang jahat atau berbahaya, dan karenanya mereka tetap bertanggungjawab atas penolakan mereka akan Kristus (Kis 4:27-28). 

Walaupun kedaulatan kehendak Allah mengizinkan atau memperbolehkan dosa sampai bisa terjadi, kita tetap akan dimintai pertanggungjawaban olehnya. 

Aspek ketiga dari kehendak Allah yang dinyatakan Alkitab ialah kehendak Allah yang terbuka dan sempurna. Aspek dari kehendak Allah yang ini menggambarkan sifat Allah dan menjelaskan bagaimana menyenangkan-Nya. 

Sebagai contoh, sudah jelas bahwa Allah tidak senang ketika orang fasik harus dibinasakan, walaupun Allah sendiri yang menginginkan dan memerintahkan untuk membinasakan mereka. 

Penjelasan akan kehendak Allah ini diungkapkan dalam banyak ayat dalam Alkitab yang menjelaskan apa-apa saja yang menyenangkan dan tidak menyenangkan Allah. 

Sebagai contoh, dalam 1 Tim 2:4 kita melihat bahwa Allah “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran,” namun kedaulatan kehendak Allah juga menyatakan “tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:44). 

Jika kita tidak berhati-hati, kita dapat dengan mudah disibukkan atau bahkan terobsesi menemukan “kehendak” Allah dalam hidup kita. Padahal, jika kehendak yang kita cari adalah yang mengenai rahasia-Nya, yang tersembunyi, dan yang telah digariskan, maka kita melakukan hal yang bodoh. 

Allah tidak memilih untuk mengungkapkan aspek kehendak-Nya yang itu kepada kita. Apa yang kita perlu cari tahu ialah menunjukkan atau menyatakan kehendak Allah. 

Tanda sejati dari orang beriman ialah ketika kita ingin tahu dan hidup sesuai dengan kehendak Allah yang dinyatakan dalam Alkitab, dan “menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus” (1 Ptr 1:15-16). 

Tanggung jawab kita adalah untuk menaati kehendak Allah yang dinyatakan, bukannya menerka-nerka kehendak-Nya yang tersembunyi bagi kita. 

Ketika kita mencari kehendak-Nya, kita tidak boleh lupa bahwa Roh Kudus yang akan memimpin kita pada kebenaran dan menjadikan kita semakin serupa dengan Kristus, sehingga hidup kita bisa semakin memuliakan Allah. Allah memanggil kita untuk menghidupi setiap firman yang keluar dari mulut-Nya. 

Hidup sesuai dengan kehendak yang dinyatakan-Nya akan memimpin hidup kita. Rm 12:1-2 menyimpulkan kebenaran ini, karena kita dipanggil untuk mempersembahkantubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” 

Untuk mengetahui kehendak Allah, kita harus menundukkan diri kita kepada Firman Tuhan, memenuhi pikiran kita dengannya, dan berdoa kepada Roh Kudus untuk mengubah kita melalui pembaruan pikiran, sehingga menghasilkan yang baik, berkenan kepada Allah dan yang sempurna – kehendak Allah. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 159/VII/2018).

13.29 -

Perbedaan dan persamaan antara "kuatir" dan "iman"



Tahukah anda perbedaan dan persamaan antara "kuatir" dan "iman"?
Persamaan kuatir dan iman adalah sama-sama belum terjadi

Perbedaannya adalah iman merespon segala sesuatu yang belum terjadi tersebut dengan sepenuhnya dengan mengandalkan dan berserah pada Tuhan, sedangkan kuatir meresponnya dengan mengandalkan dirinya sendiri/asumsi

Injil hari ini Yesus dengan sangat jelas berkata jangan kuatir; masihkan kita meragukan penyertaan Tuhan dalam hidup kita? Yesus sudah memberikan yang terbaik bahkan hidup-Nya sendiri untuk kita boleh hidup berkemenangan, so; percayalah Yesus ada dan selalu menyertai anda dan saya.

Anda percaya penyertaan-Nya? Jangan kuatir!

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Mat 6:25)

(Sumber: Warta KPI TL No. 159/VII/2018).

05.00 -

Pernikahan



Mengapa orang menikahKarena mereka jatuh cinta.

Mengapa rumah tangganya kemudian bahagiaApakah karena jatuh cinta? Bukan, tapi karena mereka terus bangun cinta. Jatuh cinta itu gampang, 10 menit juga bisa. Tapi bangun cinta itu susah sekali, perlu waktu seumur hidup.

Mengapa jatuh cinta gampang? Karena saat itu kita buta, bisu dan tuli terhadap keburukan pasangan kitaTapi saat memasuki pernikahan, tak ada yang bisa ditutupi lagi. Dengan interaksi 24 jam per hari 7 hari dalam seminggu, semua belang tersingkap.

Di sini letak perbedaan jatuh cinta dan bangun cinta. Jatuh cinta dalam keadaan menyukai. Namun bangun cinta diperlukan dalam keadaan jengkel.

Dalam keadaan jengkel, cinta bukan lagi berwujud pelukan, melainkan berbentuk itikad baik memahami konflik dan bersama-sama mencari solusi yang dapat diterima semua pihak. 

Cinta yang dewasa tak menyimpan uneg-uneg, walau ada beberapa hal peka untuk bisa diungkapkan seperti masalah keuangan, orang tua dan keluarga atau masalah yang sangat pribadi.. Namun sepeka apapun masalah itu perlu dibicarakan agar kejengkelan tak berlarut.

Syarat untuk keberhasilan pembicaraan adalah kita bisa saling memperhitungkan perasaan. Jika suami istri saling memperhatikan perasaan sendiri, mereka akan saling melukai. Jika dibiarkan berlarut, mereka bisa saling memusuhi dan rumah tangga sudah berubah bukan surga lagi tapi neraka.

Apakah kondisi ini bisa diperbaiki? Tentu saja bisa, saat masing-masing mengingat KOMITMEN awal mereka dulu apakah dulu ingin mencari teman hidup atau musuh hidup. Kalau memang mencari teman hidup kenapa sekarang malah bermusuhan?

Mencari teman hidup memang dimulai dengan jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, porsi terbesar adalah membangun cinta. Berarti mendewasakan cinta sehingga kedua pihak bisa saling mengoreksi, berunding, menghargai, tenggang rasa, menopang, setia, mendengarkan, memahami, mengalah dan bertanggung jawab.

Mau punya teman hidup? Jatuh cintalah. Tetapi sesudah itu ... bangunlah cinta ... Jagalah KOMITMEN awal.

1. Ketika akan menikah
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita. Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. Ketika melamar
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua si gadis, tapi meminta kepada Tuhan melalui wali si gadis.

3. Ketika menikah
Anda berdua bukan menikah di hadapan negara, tetapi menikah di hadapan Tuhan.

4. Ketika menempuh hidup berkeluarga
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tetapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri.

5. Ketika biduk rumah tangga oleng
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.

6. Ketika telah memiliki anak
Jangan bagi cinta anda kepada suami/isteri dan anak Anda, tetapi cintailah isteri atau suami Anda 100% dan cintai anak-anak Anda masing-masing 100%.

7. Ketika anda adalah suami
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung-jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.

8. Ketika anda adalah istri
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

9. Ketika mendidik anak
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.

10. Ketika anak bermasalah
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orang tua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.

11. Ketika ada PIL (Pria Idaman lain)
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

12. Ketika ada WIL (Wanita Idaman lain)
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

13. Ketika memilih potret keluarga
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

14. Ketika ingin langgeng dan harmonis
Gunakan formula 7 K: (1) Ketakutan akan Tuhan. (2) Kasih sayang. (3) Kesetiaan. (4) Komunikasi dialogis. (5) Keterbukaan. (6) Kejujuran. (7) Kesabaran.

Meski kita telah menikah dengan orang yang benar (tepat), tetapi kalau kita memperlakukan orang itu secara keliru, maka kita akhirnya akan mendapatkan orang yang keliru.

Kebahagiaan dalam sebuah pernikahan tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan.

Pernikahan bukanlah tanaman bunga mekar harum semerbak yang sudah jadi. Pernikahan adalah lahan kosong yang harus kita garap bersama-sama.

Tidak cukup hanya dengan memilih dan menikah dengan orang yang tepat, tetapi jadilah pasangan yang TEPAT, yang memperlakukan pasangan kita dengan TEPAT pula.

Kita juga harus yakin kalau kita tidak salah memilih pasangan hidup. Kalau Tuhan sudah mengizinkan pernikahan itu terjadi, maka itu berarti Ia mempercayakan tanggung jawab rumah tangga itu kepada kita dan pasangan kita.

Berbuatlah sesuai dengan apa yang telah engkau janjikan di hadapan Tuhan dan Imam, untuk tetap setia dan saling mengasihi dalam segala keadaan.

Menikah dengan orang yang benar (atau salah), itu tergantung dari "cara" kita memperlakukan pasangan.

Manusia cenderung lebih pintar menilai orang lain daripada memeriksa diri sendiri, Padahal, ketika satu jari menunjuk kepada orang lain, empat jari yang lain mengarah ke diri sendiri. Jangan suka menghakimi tetapi baiklah kita saling mengasihi.

Pernikahan adalah tiket 1x jalan, jadi pastikan bersama pasangan kita menuju tempat yang lebih baik dari saat ini.

Pernikahan adalah tempat di mana kita dituntut menjadi dewasa dan salah satu tanda dewasa adalah SIAP memikul tanggung jawab.

Pernikahan bukan masalah feeling suka tidak suka, tapi tentang komitmen.

Masalah dalam pernikahan biasanya karena kita tidak memahami perbedaan pria dan wanita.

Jangan tuntut pasangan untuk berubah, kitalah yang harus berubah lebih dulu. Ingat! Better me = Better we.

3 kesalahan umum yang sering dilakukan suami :

1. Tidak perhatikan perasaan istri (laki-laki lebih pakai logika, perempuan pakai feeling).
2. Lebih fokus memikirkan solusi daripada mendengar (perempuan biasanya ingin didengarkan, dia ingin suami merasakan apa yang dia rasakan).
3.. Seringkali setelah bicara, suami pergi tanpa beri kepastian/ awaban.

3 kesalahan umum yang sering dilakukan istri :

1. Memberi petunjuk tanpa diminta (mungkin bagi istri menunjukan perhatian, tapi bagi suami merasa dikontrol.
2. Mengeluhkan suami di hadapan orang lain.
3. Mencoba membenarkan pada saat suami melakukan kesalahan. (istri merasa lebih benar)

Selama berumah tanggamilikilah komitmen-komitmen ini :

1. Komitmen untuk tetap berpacaran.
2. Komitmen memiliki sexual intimacy regularly.
3. Komitmen untuk saling membantu (jangan mengkritik pasangan).
4. Komitmen untuk punya romantic get away (liburan berdua)
5. Komitmen berkomunikasi dengan jelas (saling cerita, terbuka, jangan biasakan bilang tidak dapat apa-apa bila ada apa-apa, pasangan kita bukan dukun)
6. Komitmen untuk bicara hal yang baik tentang pasangan (puji pasangan).
7. Komitmen untuk jadi pribadi yang lebih sehat dari sebelumnya. (Fisik yang sehat adalah kado buat pasangan)
8. Komitmen untuk mudah mengampuni pasangan.
9. Komitmen untuk bergandengan dan berpelukan.
10. Komitmen untuk h¡dÏ…p dalam kebenaran.

10 Hukum Pernikahan Bahagia:

1. Jangan marah pada waktu yang bersamaan. (Efesus 5:1)

2. Jangan berteriak pada waktu yang bersamaan. (Matius 5:3)

3. Jikalau bertengkar cobalah mengalah untuk menang. (Amsal 16:32)

4. Tegurlah pasangan Anda dengan kasih. (Yohanes 13:34-35)

5. Lupakanlah kesalahan masa lalu. (Yesaya 1:18 ; Amsal 16:6)

6. Boleh lupakan yang lain tapi jangan lupakan Tuhan dan pasangan Anda. (Kidung Agung 3:1-2)

7. Jangan menyimpan amarah sampai matahari terbenam. (Efesus 4:26-27)

8. Seringlah memberi pujian pada pasangan Anda. ( Kidung Agung 4:1-5 ; 5:9-16)

9. Bersedia mengakui kesalahan. ( I Yohanes 1:9)

10. Dalam pertengkaran yang paling banyak bicara,dialah yang salah. ( Matius 5:9)

Pernikahan yang bahagia membutuhkan jatuh cinta berulang-ulang dengan pasangan yang sama.

Kidung Agung 8:7 "Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta. Sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina."

Konfliks dan perselisihan menggerus cinta perlahan-lahan seperti abrasi mengikis pantai.

Waktu atas sebuah pernikahan membuat cinta menjadi pudar, padahal asal muasal cinta begitu kuat tak terpadamkan, cinta sejati tidak bisa dibayar dengan harta benda.

Bangun pagi ini katakan kepada pasangan kita " I LOVE YOU " biarlah ini menjadi pupuk yang akan menyuburkan kembali cinta kepada pasangan kita.

Tujuan pernikahan bukanlah berpikiran sama, tetapi berpikir bersama.

Matius 19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.

Kenapa kita disatukan dengan pasangan kita, agar kita saling melengkapi.

Pasangan yang tepat adalah yang dapat melengkapi kekurangan kita, bukan yang sama seperti kita.

Ketahuilah! Sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa menemukan pasangan yang memiliki pikiran yang sama.

Ketika kita bangun pagi ini pandang pasangan kita lalu katakan "saya membutuhkan kamu tanpa kamu hidup jadi tidak sempurna"

Lalu mulailah merangkai perbedaan-perbedaan dengan pasangan kita agar menjadi satu sehingga menjadi suatu kekuatan yang luar biasa.

Percayalah ! Mulai saat ini keluarga kita menjadi keluarga yang diberkati TUHAN.

04.16 -

Mat 11:25-27

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Rabu, 18 Juli 2018: Hari Biasa XV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yes 10:5-7, 13-16; Mzm 94:5-6, 7-8, 9-10, 14-15; Mat 11:25-27

Rabu, 17 Juli 2019: Hari Biasa XV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kel 3:1-6, 9-12; Mzm 103:1-2, 3-4, 6-7; Mat 11:25-27


Pada waktu itu berkatalah Yesus: (1) "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

(2) Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya


Renungan


1. Belajar bersyukur

(1) Yesus bersyukur dan memuji Bapa di sorga. (2) Yesus mengenal identitas diri-Nya sebagai Anak dan Allah sebagai Bapa-Nya. Ini mengungkapkan sebuah relasi pribadi yang sangat mendalam antara Bapa dan Putra. Mereka saling mengenal satu sama lain.

Mengapa Yesus bersyukur? Karena Tuhan mewahyukan Misteri Kerajaan Allah di dalam diri-Nya sebagai Putra Allah yang menjelma menjadi manusia.

Relasi Yesus yang begitu akrab dengan Bapa, ditambah dengan ucapan syukur ini membuat kita bertanya di dalam diri kita masing masing, apakah kita sebagai pengikut Kristus juga merasakan kedekatan dan keakraban dengan Bapa seperti Yesus sendiri? Apakah kita juga merasakan kedekatan dan keakraban dengan sesama kita?

Hendaknya kita tidak pernah berhenti bersyukur kepada Tuhan atas semua anugerah keselamatan yang telah dijanjikan-Nya. Entah siapakah diri kita, kita percaya bahwa Tuhan juga menjadikan kita menjadi berkat bagi sesama. Bersyukurlah senantiasa!


2. Bahaya kesombongan

Apakah Tuhan tidak ingin manusia menuntut ilmu yang tinggi? Apakah Tuhan tidak suka orang pandai dan bijak? Yesus tidak melarang orang yang mempunyai banyak gelar atau ilmunya tinggi dan banyak keterampilan yang dimilikinya.

(1) Kata-kata Yesus ini mau mengingatkan manusia akan bahaya kesombongan. Pengetahuan yang kita miliki seringkali membuat kita merasa tahu segalanya. Akibatnya kita sulit menerima teguran, tidak mau mendengarkan orang lain dan cenderung melakukan kehendak sendiri. 

Dengan pengetahuan, hendaknya kita tidak menjadikan sombong. Justru semakin tinggi ilmu yang kita miliki hendaknya menyadarkan kita akan keterbatasan manusiawi kita dan semakin mendekatkan kita kepada Sumber segala pengetahuan itu.

Ingatlah! Jalan menuju keselamatan dan mengetahui kebijaksanaan Allah hanya dengan menjadi "orang kecil" (rendah hati). 

04.02 -

Pesan penting untuk orang tua



Kisah seorang anak

Seorang anak, menelepon ayahnya yang tinggal pisah rumah dengan dia dan ibunya. Pagi itu, ibunya sakit dan tidak bisa mengantar dia ke sekolah seperti biasanya. Jarak sekolahnya 1 Km dari rumahnya, dan si anak bertubuh lemah.

Pagi itu jam 6:00 si anak menelepon ayahnya:
Anak: ayah, antarkan aku sekolah.
Ayah: ibumu kemana?
Anak: ibu sakit ayah, tidak bisa mengantarkan aku ke sekolah, Kali ini ayah yang antarkan aku ke sekolah.
Ayah: ayah tidak bisa, ayah nanti terlambat ke kantor. Kamu naik angkot saja atau ojek.
Anak: ayah, uang ibu hanya tinggal 10 ribu, ibu sakit, kami pun belum makan pagi, tak ada apa apa dirumah, kalau aku pakai untuk ongkos, kasihan ibu sakit belum makan, juga adik-adik nanti makan apa ayah?
Ayah: ya sudah, kamu jalan kaki saja kesekolah, ayah juga dulu ke sekolah jalan kaki. Kamu anak laki laki harus kuat.
Anak: ya sudah, terimakasih ayah.

Si anak mengakhiri teleponnya dengan ayahnya. Dihapus air mata di sudut matanya, lalu berbalik masuk kamar. Ketika ibunya menatap wajahnya, dia tersenyum.

Ibu: apa kata ayahmu nak?
Anak: kata ayah iya ibu, ayah kali ini yang antar aku ke sekolah.
Ibu: baguslah nak, sekolahmu jauh, kamu akan kelelahan kalau harus berjalan kaki. Doakan ibu lekas sembuh ya, biar besok ibu bisa antar kamu ke sekolah.
Anak: iya ibu, ibu tenang saja, ayah yang antar, ayah bilang aku tunggu didepan gang supaya cepat, ibu.
Ibu: berangkatlah nak, belajar yang rajin yang semangat.
Anak: iya ibu

Tahun berganti tahun, kenangan itu tertanam dalam ingatan si anak.
Dia sekolah sampai pasca sarjana dengan beasiswa. Setelah lulus dia bekerja di perusahaan asing dengan gaji yang besar. Dengan penghasilannya, dia membiayai hidup ibunya, membantu menyekolahkan adik-adiknya sampai sarjana.

Satu hari, saat di kantor, ayahnya menelpon.
Anak: ada apa ayah?
Ayah: nak, ayah sakit, tidak ada yang membantu mengantarkan ayah kerumah sakit
Anak: memang istri ayah kemana?
Ayah: sudah pergi nak sejak ayah sakit-sakitan.

Anak: ayah, aku sedang kerja, ayah kerumah sakit pakai taxi saja.
Ayah: kenapa kamu begitu? Siapa yang akan urus pendaftran di RS dan lain-lain? Apakah supir taxi? Kamu anak ayah, masakan orangtua sakit kamu tidak mau bantu mengurus?

Anak: ayah, bukankah ayah yang mengajarkan aku, mengurus diri sendiri? Bukankah ayah yang mengajarkan aku bahwa pekerjaan lebih penting daripada istri sakit dan anak? Ayah, aku masih ingat, satu pagi aku menelpon ayah minta antarkan ke sekolahku, waktu itu ibu sakit, ibu yang selalu antarkan kami anak-anaknya... yang mengurus kami seorang diri, namun ayah katakan aku pergi jalan kaki, tubuhku lemah, sekolahku jauh, namun ayah katakan anak laki laki harus kuat, dan ayah katakan ayahpun dulu berjalan kaki ke sekolah, maka aku belajar bahwa karena ayah lakukan demikian maka akupun harus lakukan hal yang sama... saat aku sakitpun hanya ibu yang ada mengurusku, saat aku membutuhkan ayah, aku ingat kata-kata ayah, anak laki laki harus kuat. Ayah tahu? Hari itu pertama kalinya aku berbohong kepada ibu, aku katakan iya ayah yang akan antarkan aku ke sekolah, dan meminta aku menunggu di depan gang. Tapi ayah tahu? Aku jalan kaki seperti yang ayah suruh, di tengah jalan ibu menyusul dengan sepeda, ibu bisa tahu aku berbohong, dengan tubuh sakitnya ibu mengayuh sepeda mengantarkan aku kesekolah. Ayah mengajarkan aku, pekerjaan adalah yang utama, ayah mengajarkan aku kalau ayah saja bisa maka walau tubuhku lemah aku harus bisa. Kalau ayah bisa ajarkan itu, maka ayah pun harus bisa.

Si ayah terdiam... sepi di seberang telepon. Baru disadarinya betapa dalam luka yang di torehkannya di hati anaknya.

Anak adalah didikan orangtua. Bagaimana kita bersikap, memperlakukan mereka, kita sama saja sedang mengajarkan mereka bagaimana memperlakukan kita kelak ketika kita tua dan renta.

Si anak Dosa? Mungkin ... Si anak durhaka? Barangkali ... Yang jelas ayahnya yang membuat anaknya demikian. Dan kelak orang tua membuat pertangung jawabannya masing-masing kepada sang Khalik Si Empunya Anugerah yang di titipkan kepada masing-masing.

Menjadi orangtua bukan karena menanamkan Benih atau karena melahirkan. Menjadi orangtua, karena mengasuh, mendidik, menyayangi, memberi waktu, perhatian, mengayomi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang. Menjadi orangtua, tidak ada kata pensiun. Finishnya hanya dikematian.

Pesan untuk para orang tua oleh Ibu Elly Risman - Senior Psikolog UI, Konsultan Parenting Nasional

Kalau Anda dititipi anak Presiden, kira-kira bagaimana mengasuh dan menjaganya? Beranikah Anda membentaknya sekali saja? Pasti tidak, kan?

Nah, yang sekarang menitip bukan Presiden, tapi yang jauh lebih berkuasa dari Presiden, yaitu Allah. Beranikah Anda membentak, memarahi, mencubit, menyentil, bahkan memukul?

Jika Anda pernah melakukannya, kira-kira nanti di hari akhir, apa yang Anda jawab ketika ditanya Pemiliknya?

"Jiwa anakmu lebih mahal" dari susu termahal yang ditumpahkannya. "Jaga lisanmu", duhai orangtua. "Jangan pernah" engkau "memarahi" anakmu hanya gara-gara ia menumpahkan susunya atau karena ia "melakukan hal" yang menurutmu "salah". Anakmu tidak tahu kalau apa yang ia "lakukan adalah kesalahan. "Otaknya belum mempunyai konsep" itu.

"Jaga Jiwa Anakmu." Lihatlah "tatapan mata" anakmu yang "tidak berdosa" itu ketika "engkau marah-marah". Ia diam dan mencoba mencerna apa yang engkau katakan. "Apakah ia mengerti?"
Mungkin iya, tapi cobalah perhatikan apa yang ia lakukan "setelah" engkau "pukul dan engkau marahi. Anakmu "tetap memelukmu", masih ingin "engkau belai". Bukankah inilah tanda si anak "memaafkanmu?

Namun, jika engkau terus-menerus mengumbar kata-kata kasarmu kepadanya, "otak anakmu akan merekamnya" dan akhirnya, "cadangan ‘maaf’ di otaknya hilang". 

"Apa yang akan terjadi" selanjutnya, duhai orangtua? Anakmu akan "tumbuh menjadi anak yang ‘ganas’" dan ia pun akan "membencimu sedikit demi sedikit" hingga "tidak tahan" hidup bersamamu.

Jiwa anak yang terluka itu akan mendendamPernahkah engkau "saksikan" anak-anak yang "malas" merawat orangtuanya ketika tua ? Jangan salahkan anak-anaknya. Cobalah memahami apa yang sudah "dilakukan" oleh orang tua itu kepada anak-anaknya ketika mereka masih kecil.

Orangtua .., anakmu itu "bukan kaset" yang bisa kau rekam untuk kata-kata kasarmu. Bersabarlah. Jagalah kata-katamu agar anak hanya tahu bahwa ayah ibunya adalah contoh yang baik, yang bisa menahan amarahnya.

Duhai orangtua, engkau pasti kesal kalau anakmu nakal. Tapi pernahkan engkau berpikir bahwa kenakalannya mungkin adalah efek rusaknya jiwa anakmu karena kesalahanmu (kau pukul dan kau cubit hanya karena melakukan hal-hal sepele. Kau hina anakmu hanya karena ia tidak mau melakukan hal-hal yang engkau perintahkan.

Cobalah duduk dan merenungi apa saja yang telah engkau lakukan kepada anakmu. Apakah engkau lebih sayang pada susu paling mahal yang tertumpah? 

Anakmu pasti menyadari dan tahu ketika kemarahan itu selalu hadir di depan matanya. Jiwanya pun menjadi memerah bagai bara api. 

Apa yang mungkin terjadi ketika jiwa anak sudah terusik?

- Anak tidak hormat pada orangtua. 
- Anak menjadi musuh orangtua. 
- Anak menjadi sumber kekesalan orangtua. 
- Anak tidak bermimpi hidup bersama dengan orangtua. 

Hal-hal inikah yang engkau inginkan, duhai orangtua?
Ingatlah, jiwa anakmu lebih mahal dari apa pun termahal yang ada di dunia. Jaga lisan dan perlakuan*kepada anakmu.