15.28 -
*Hidup rohani*
Jemaat Smirna
Ada seorang gadis yang baik hati dari keluarga kaya, yang harmonis. Sejak kecil hingga SMA dia bertumbuh dalam lingkungan yang positif.
Kedua orang tuanya nyaris sempurna di matanya, karena mereka tidak pernah menyakiti hatinya, selalu berbicara hal-hal yang positif, selalu memberi penghargaan dan pujian.
Walaupun dia gagal, orang tuanya selalu memberi semangat jiwanya dengan berkata: “Nggak apa-apa kali ini kamu gagal. Kamu pasti bisa, ulangi lagi, masih ada kesempatan untuk berkembang.”
Dia masuk asrama ketika melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang berada di luar kota. Di kampusnya, dia harus berhadapan dengan dua kelompok.
Kelompok pertama: mahasiswa/i yang benar-benar baik dan berniat untuk belajar. Sedangkan kelompok kedua ini dipimpin oleh seorang gadis yang nakal. Mereka hidupnya kacau balau, senangnya hanya hura-hura, mengganggu orang lain, suka bermain dengan narkoba dan tidak pernah belajar.
Siang malam dia diganggunya habis-habisan sehingga mental dan batinnya tertekan luar biasa.
Setelah beberapa tahun, pimpinan mahasiswa/i kelompok kedua ini meninggal karena over dosis. Jenazahnya disemayankan di depan gereja yang ada di kampus itu.
Di Amerika ada suatu kebiasaan bahwa sebelum acara pemakaman, pemimpin upacara pemakaman memberikan kesempatan kepada satu atau dua orang untuk memberikan kata-kata sambutan tentang hal-hal yang positif yang telah dilakukan oleh orang yang telah meninggal itu.
Ketika pemimpin upacara pemakaman memberi kesempatan yang hadir untuk memberikan kata-kata sambutan tentang hal-hal yang positif yang telah dilakukan oleh gadis nakal itu ... tidak ada seorangpun yang maju. Mereka sadar bahwa tidak ada satu kata positif/pujian yang pantas buat dia. Karena semasa hidupnya, gadis ini jahatnya luar biasa, banyak sekali menimbulkan masalah, bahkan orang tuanyapun tidak tahan lagi dengannya.
Ketika waktu yang disediakan itu hampir habis. Tiba-tiba ... gadis yang baik hati itu berjalan maju ke mimbar. Semua orang yang hadir terheran-heran melihat gadis itu maju.
Mereka yang hadir berpikir gadis itu akan berbicara yang negatif/mengecam/menyumpahi almarhumah. Mereka yang hadir tegang menunggu kata-kata yang akan diucapkan oleh gadis yang baik hati itu.
Gadis itu berkata: “Dalam hidupku aku berhadapan dan dibentuk oleh dua macam kelompok. Kelompok pertama adalah tipe orang tuaku dan sahabat-sahabatku. Yang sejak kecil memberikan aku semangat dan tidak pernah berbicara keras/kasar/memaki-maki aku. Apapun kesalahanku, mereka selalu mendorongku untuk bangkit. Aku berterima kasih kepada mereka.
Tetapi ada kelompok kedua yang begitu berat aku hadapi. Setiapkali mereka menempa aku, mereka menguatkan mentalku. Setiapkali mereka menguji aku, memperpanjang kesabaranku. Setiapkali kesulitan, tantangan dan penderitaan yang mereka coba berikan kepadaku, ternyata apa yang mereka buat ini membentuk kekuatan yang luar biasa dalam batinku. Aku justru dikuatkan oleh karena penderitaan, aniaya, kadang-kadang siksaan mental yang orang lain berikan padaku.
Kalau aku hanya mendapat pujian dan sanjungan saja, maka aku akan bertumbuh menjadi orang dewasa yang sangat rapuh. Saudaraku yang meninggal ini adalah salah satu orang yang berperan besar untuk membentuk kekuatan yang luar biasa yang ada di dalam jiwaku.”
Orang-orang yang memiliki mata kontemplatif bisa melihat sisi lain dari penderitaan.
Sejak manusia jatuh di dalam dosa, untuk menjadi lebih baik, harus ada kombinasi antara berkat yang kita terima dan penderitaan yang kita alami. Caranya: manusia daging kita harus diamputasi, agar manusia batiniah kita mempunyai kekuatan yang luar biasa.
Ada dua orang bertemu dengan seseorang yang mempunyai dua batang balok. Orang tersebut berkata: “Saya akan memberikan hadiah padamu jika engkau memikul balok ini sampai di seberang sana.” Kedua orang itu bersedia.
Orang pertama memikul balok yang berat itu. Setiapkali dia tidak kuat, dia berhenti sebentar istirahat, tarik nafas lalu memikul balok itu lagi.
Sedangkan orang yang kedua, ketika tidak kuat memikul balok itu, dia pergi ke tukang kayu untuk memotong balok itu. Karena dia ingat ada firman yang mengatakan: “Tuhan tidak pernah mencobai melebihi kekuatanmu” Lalu dia memikul balok itu lagi. Ketika dia merasa tidak kuat memikul, dia pergi ke tukang kayu untuk memotongnya lagi.
Singkat cerita, mereka hampir tiba di tempat yang ditentukan. Mereka kebingungan bagaimana caranya agar dapat sampai di tempat yang ditentukan. Karena di depan mereka ada sebuah jurang yang cukup dalam.
Mereka bertanya pada Tuhan. Tuhan mengatakan: “Tadi kan sudah saya berikan padamu masing-masing satu balok, pakailah balok itu sebagai jembatan untuk menyeberang ke sini.”
Orang pertama segera melaksanakan perintah itu sehingga dia sampai di tempat yang ditentukan dan mendapatkan hadiah yang berlimpah-limpah.
Sedangkan orang kedua tidak dapat menyeberang karena baloknya sudah dipotong sehingga tidak cukup sebagai jembatan. Orang kedua inipun tidak dapat meminjam balok orang pertama karena begitu orang pertama selesai menyeberang, balok itu hilang secara ajaib.
Dalam kehidupan ini, kita tidak bisa menentukan apa dan seberat apa salib yang akan kita pikul. Tetapi ingatlah bahwa salib itu tidak selama-lamanya. Semua persoalan pasti ada awal dan akhirnya.
Jadi ketika proses Tuhan mulai berjalan, mintalah: hikmat untuk mengerti; kekuatan untuk boleh memikul salib itu; keihlasan/kerelaan agar tidak pernah sakit hati dengan Tuhan.
Marilah kita belajar dari Why 2:8-11:
[8] "Dan tuliskanlah kepada malaikat (1) jemaat di Smirna: (2) Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali:
» (1) Smirna adalah suatu kota pelabuhan yang besar di sebelah utara Efesus. Smirna itu sekarang masih kota besar (Izmir namanya), lain dari Efesus yang sudah merupakan runtuhan.
(2) Yesus Kristus memperkenalkan diri sebagai firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, maksudnya Allah adalah Pencipta dan Penggenap segala-galanya; Alfa dan Omega, huruf pertama dan huruf terakhir dari abjad Yunani.
[9-10] (3) Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. (4) Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
» (3) Tuhan tahu kesusahan dan kemiskinan jemaat ini, tetapi Dia tidak langsung bertindak. Hal ini dapat diandaikan seperti seorang guru yang melihat muridnya sedang bermasalah ketika menghadapi ujian (lembar jawabannya kosong), guru tersebut pasti tidak akan menolongnya.
Dia mengizinkan jemaat ini mengalami suatu proses kehidupan sehingga mereka mempunyai kematangan batiniah yang luar biasa, tidak mudah frustasi/putus asa.
Proses dari Allah mempengaruhi ketajaman roh (Ishak - Kej 27:21-33 dan Yakup – Kej 48:12-20).
Ishak - Dipersembahkan di atas gunung Moria, dia tidak memberontak (Kej 22:9-10).
Ribka, istrinya mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya ... firman Tuhan kepadanya: “... anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda (Kej 25:19-28).
Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi ... Ishak memberkati Yakup (Kej 27)
» Karena hanya satu kali ujian langsung lulus, maka Ishak tidak dapat menangkap pesan Tuhan (Rm 9:13), sehingga dia lebih mengasihi Esau daripada Yakup; dia tidak tahu apa yang Tuhan suka, yang dia suka Tuhan tidak suka. Karena kurang proses itulah Ishak bisa ditipu oleh Yakup.
Yakup - Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapatkan Rahel, anakmu yang lebih muda.... “Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku? ... akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi (Kej 29:18-30).
Aku telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku (Kej 31:6)
Adapun mata Israel telah kabur karena tuanya, jadi ia tidak dapat lagi melihat. Setelah Yusuf memegang mereka keduanya, dengan tangan kanannya dipegangnya Efraim, yaitu di sebelah kiri Israel, dan dengan tangan kiri Manasye, yaitu disebelah kanan Israel.
Tetapi Israel mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye – jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung.
Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya meletakkan tangan kanannya di atas Efraim, hal itu dipandangnya tidak baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya untuk memindahkannya di atas kepala Efraim ke atas kepala Manasye. Tetapi ayahnya menolak: “Aku tahu, anakku, aku tahu ...” (Kej 48)
» Yakup mengalami proses Tuhan yang terus-menerus 20 tahun di rumah Laban, sehingga dia dapat menangkap pesan Tuhan; tidak melakukan kesalahan seperti Ishak, pada waktu memberkati anak-anak Yusuf.
Jika kita memahami kasih Allah, maka kita akan tahu bahwa penderitaan dan pergumulan adalah tempaan Tuhan bagi orang percaya.
Kalau kita tidak pernah mengalami penderitaan, sulit bagi kita untuk mengerti orang lain, sulit bagi batin kita untuk bercahaya di depan orang. Hal ini dapat dilihat dari cara pandangnya, cara pikirnya, cara memperhatikan orang lain, cara memberi respon pada hal-hal yang dialami orang lain menunjukan kematangan mereka.
Ingatlah! Semua penderitaan itu dapat dimanfaatkan Tuhan untuk kebaikan kita (Rm 8:28).
Jemaat ini telah banyak menderita dari pihak orang-orang Yahudi, yang menyampaikan fitnah terhadap mereka kepada pemerintah Romawi.
Orang-orang Yahudi yang tidak mengenal hal-hal yang dalam dari Allah disebut jemaat Iblis. Kemurnian hidup kerohanian mereka akan diuji oleh penderitaan yang ditimpakan Iblis kepada mereka (Bdk. Ayb 1-2 – Iblis dengan persetujuan Allah mencobai). Sepuluh hari pelambang waktu yang singkat.
(4) Hanya orang-orang yang mau melatih melewati penderitaan apapun, dialah yang menjadi juara sejati dan mendapatkan mahkota kehidupan. Mahkota kehidupan adalah suatu tanda kehormatan yang terkenal di dunia Yunani antara lain diberikan kepada pemenang-pemenang dalam pertandingan-pertandingan.
[11] Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."
» Kematian yang pertama ialah kematian pada akhir hidup kita. Kematian yang kedua ialah masuk ke neraka pada hari kiamat (Why 20:14).
Marilah kita mengerti visi Tuhan agar jiwa kita mendapat ketenangan ketika memikul salib dan kuk (talenta/karunia) kita masing-masing. Karena di balik penderitaan itu ada kasih Allah yang luar biasa buat setiap kita.
(Sumber: (Sumber: Warta KPI TL No. 63/VII/2009 » Renungan KPI TL 4 Juni 2009;Warta KPI TL No. 92/XII/2011 » Renungan KPI TL tgl 15 September 2011, Dra Yovita Baskoro, MM; Wahyu Yohanes, Dr. J.J.de Heer).