Kamis, 28 Maret 2019

18.34 -

Pesona Kitab Wahyu dan kunci untuk membukanya



Kitab Wahyu tidak ditulis untuk menakut-nakuti, atau menyebabkan ketegangan pada kita, melainkan untuk mewartakan kebahagiaan bagi kita yang membacakan dan mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya (Why 1:3; 22:7).

Kebahagiaan yang diwartakan Yohanes adalah kebahagiaan untuk orang-orang yang setia dalam iman. Ini adalah kebahagiaan abadi bersama Kristus yang bangkit. 

Kitab Daniel dan Kitab Wahyu adalah dua buku yang paling misterius dalam Alkitab

Penulisan Kitab Wahyu memakai sastra apokaliptik. Para penulis apokaliptik membuka mata dan telinga terhadap kejadian-kejadian dunia. Mereka tahu pasti bahwa umat beriman sedang berjuang menghadapi aneka kesulitan dan tantangan. Mereka ada bersama-sama dengan umat yang sedang menderita. Mereka bersuara dengan goresan pena dalam keheningan.

Mereka meyakini bahwa Allah tidak mungkin berdiam diri. Allah akan datang kembali membebaskan mereka dengan cara-cara luar biasa seperti pada zaman dahulu kala. Yohanes pun punya harapan yang sama.

Cirinya: (I) menggunakan tokoh (II) angka dan (III) lambang-lambang. Kisahnya sering menampilkan kehidupan surgawi, bumi, dan bawah bumi serta kehidupan masa depan.

(I) Tokoh

Peran pembantu hanya muncul pada saat-saat tertentu. Mereka datang dan pergi silih berganti. Ketika membaca Kitab Wahyu, kita akan berjumpa dengan penghuni yang biasa, tokoh-tokoh surgawi, tokoh-tokoh yang luar biasa, makhluk-makhluk dan tokoh-tokoh aneh yang menimbulkan rasa ingin tahu. Kita mencari bandingannya dengan sesuatu dari dunia nyata. Kita disibukkan oleh tokoh itu. Kesibukan semacam itu tidak perlu. Mengapa tidak perlu? Karena mereka hanyalah tokoh pembantu.

Dengan demikian, hanya ada satu yang perlu. Hanya ada satu tokoh utama. Dialah Yesus Kristus yang pernah wafat namun bangkit dan hidup

Yohanes mau berbicara tentang Yesus yang sama, yakni Yesus yang dibicarakan oleh pengarang Injil. Namun Yohanes lebih banyak merenungkan makna kematian dan kebangkitan Yesus untuk keselamatan seluruh umat manusia.

Jadi, mengapa kita membaca Kitab Wahyu? Apa sebenarnya sedang dicari? Jika jawaban kita adalah, "untuk mengenal Kristus secara lebih baik", maka kita sudah berada di jalur yang benar. Kristuslah yang memegang kunci ke dalam Kitab ini. Dalam Kitab Wahyu, Dia hadir dengan beragam gelar dan gambaran.

Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut (Why 1:17-18). Sejarah telah membuktikannya » kuasa dunia seakan-akan merajalela, tetapi akan tiba saatnya mereka tidak ada artinya. Tuhan telah menang atas kejahatan. Tuhan yang sama, yang sekarang kita ikuti, juga akan menang.

Di muka bumi tidak serorang pun yang pernah mengalami kejadian seperti yang dialami Yesus Sang Anak Manusia ini. Dia membesarkan hati kita. Dia meletakkan tangan-Nya supaya kita berani mengangkat muka di hadapan-Nya (Why 1:17). Dia Yang Mahakuasa berkenan menerima kita apa adanya. Inilah kabar gembira yang indah tiada tara.

Setiap tafsiran yang meninggalkan Dia (seturut dengan kehendak pribadi seringkali malah tidak mewartakan sukacita, tetapi menyebabkan rasa takut), pasti akan berujung pada jalan yang keliru (Yoh 20:31 » Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya).

Oleh karena itu, kembalilah kepada ajaran Gereja agar kita tidak salah menafsirkan suatu perikop (2 Ptr 20-21 » Nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah).

(II) Arti angka

Turunan angka tiga. Angka tiga sendiri tidak pernah dipakai secara mutlak. Yang dipakai adalah turunannya. Rangkaian hitungan ketiga banyak digunakan, misalnya makhluk yang ketiga (Why 4:7), meterai yang ketiga (Why 6:5), malaikat yang ketiga (Why 8:10), dan sebagainya.

Yang juga menarik adalah penggunaan kata sifat sepertiga. Biasanya berkaitan dengan kerusakan dan bencana. Tetapi sang penulis hendak menunjukkan pengharapan. Bencana dan kerusakan menimpa hanya sepertiga bagian. Artinya, tidak semuanya hancur. Masih ada dua per tiga bagian yang berada dalam keadaan baik. Yang bertahan dalam situasi sulit, jauh lebih banyak. Sepertiga memang berkaitan dengan kabar buruk, dua pertiga yang lain adalah harapan yang baik

[Why 8:7-12] ... terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon ... sepertiga dari laut itu menjadi darah, dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal. ... menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. ... sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit. ... terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari.

Angka empat. Angka empat sering digunakan. Kita bertemu dengan "empat makhluk" (Why 4:6-8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:13; 15:7; 19:4). Ada juga "empat malaikat yang berdiri di empat penjuru bumi, yang menahan empat mata angin di bumi" (Why 7:1; 20:8). Kita tidak tahu jati diri empat makhluk itu. Hanya saja, mereka memainkan peranan penting atas nama seluruh manusia. Sementara, empat malaikat pada empat penjuru mata angin menunjukkan campur tangan malaikat yang berpengaruh pada seluruh bumi. Dari sini lalu terlihat bahwa angka empat hendak menunjukkan seluruh alam semesta dan manusia

Angka tujuh. Angka tujuh merupakan angka kunci. Yohanes akan sering menggunakannya sebagai semacam skema untuk karyanya. Surat ditujukan kepada tujuh jemaat di Asia Kecil, ada tujuh meterai yang harus dibuka dan tujuh sangkakala yang harus dibunyikan. Satu dari tujuh malaikat memegang tujuh cawan dengan tujuh malapetaka terakhir.

Dalam Perjanjian Lama, angka tujuh adalah angka sempurna dan penuh. Allah beristirahat pada hari ketujuh setelah penciptaan (Kej 1). Tuhan juga berfirman kepada Musa untuk membuat tujuh lampu di atas kandil (Kel 25:37). Seringkali "tujuh" menunjukkan sesuatu yang baik, sempurna, dan ideal.

Biarpun demikian, penulis Kitab Wahyu menggunakan angka tujuh itu sesuai dengan kebutuhannya. Dia juga menerapkannya untuk menceritakan hal-hal yang positif maupun negatif.

Dia bercerita tentang surat untuk tujuh jemaat di Asia Kecil, walaupun dia maksudkannya untuk seluruh Gereja pada zamannya

Ketika dia berbicara tentang tujuh Roh, sebenarnya dia memaksudkan satu Roh Yesus Kristus, dengan segala kepenuhan dan perwujudannya.

Ketika berbicara tentang tujuh sangkakala dan malapetaka, dia hendak mengatakan bahwa wabah-wabah dan bencana akan terjadi semua.

Angka dua belas. Dalam Perjanjian Lama, angka dua belas digunakan untuk menyebut dua belas anak Yakub (Kej 25:22b). Dari anak-anak Yakub ini lahirlah dua belas suku Israel (Kel 39:14). Angka dua belas ini lalu menjadi angka suci, karena angka ini angka umat Allah. Angka suci ini akan memainkan peranan penting dalam tata hidup umat Israel, khususnya dalam tata liturgi. Misalnya, permata pada busana liturgi Harun berjumlah dua belas menurut nama anak Israel (Kel 39:14).

Bagi Yesus dan para murid, angka dua belas juga merupakan angka yang penting. Yesus memilih dua belas rasul untuk menyertai-Nya (Mat 10:1-4; Mrk 3:13-19; Luk 6:12-16). Ketika Yesus menggandakan roti yang tersisa 12 bakul penuh (Mrk 6:43). Inilah angka umat Allah yang baru, yang terbentuk di sekitar Yesus. Mereka berkelimpahan bersama-Nya.

Yohanes begitu kreatif mengambil alih angka dua belas ini. Dia menggabungkan penggunaannya dari luar PL dan PB. 

Seorang perempuan yang bermahkotakan dua belas bintang (Why 12:1) adalah gambaran umat Allah yang sedang dianiaya, tetapi dilindungi Allah.

Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu (Why 21:12-14).

Dalam perjanjian Baru, umat Allah yang baru juga diumpamakan seperti seorang perempuan (Gal 4:26). Jadi, angka dua belas melambangkan seluruh umat Allah.

Angka seratus empat puluh empat. Jumlah ini mau menunjukkan jumlah besar umat Allah, mengatakan perihal kepenuhan. Suku Israel berjumlah dua belas. Jika masing-masing dari suku itu ada dua belas ribu (12 x 12 x 1000), maka dihasilkannya angka 144.000. Dengan ini, Yohanes mau mengatakan mengenai sejumlah besar umat Allah yang setia, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka (Why 7:9).

Begitu banyaknya mereka, sampai-sampai Yohanes tidak bisa menghitung lagi jumlah orang yang diselamatkan berkat darah Anak Domba.

Allah dalam Kitab Wahyu bukanlah Allah yang suka menghitung-hitung jumlah umat yang diselamatkan, 144.000 orang, tidak kurang dan tidak lebih. Allah dalam Kitab Wahyu adalah Allah Yang Mahabaik, yang menghendaki keselamatan semua orang. Allah telah berkorban sangat banyak demi menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya. Dengan demikian, bukan saatnya lagi merasa takut atau menakut-nakuti orang dengan jumlah 144.000 itu, sebab Kristus membuka jalan bagi setiap orang untuk kembali kepada Allah.

Konsili Vatikan II (LG 16) mengatakan bahwa "Rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terutama kaum Muslim, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat.

Pun dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan semua orang (1 Tim 4).

Sebab mereka yang tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan tulus hati mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melakukan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.

Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apa pun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.

Tetapi sering orang-orang, karena ditipu si Jahat, jatuh ke dalam pikiran-pikiran yang sesat, dan mengubah kebenaran Allah menjadi dusta, dengan lebih mengabdi ciptaan dari pada Sang Pencipta (Rm 1:21). Atau mereka hidup dan mati tanpa Allah di dunia ini dan menghadapi bahaya putus asa yang amat berat.

Maka dari itu, dengan mengingat perintah Tuhan: "Wartakanlah Injil kepada segala makhluk" (Mrk 16:15), Gereja dengan sungguh-sungguh berusaha mendukung misi-misi, untuk memajukan kemuliaan Allah dan keselamatan semua orang itu.

Angka ribuan. Secara umum, dalam Kitab Suci kita, angka ribuan tidak menyatakan jumlah tertentu secara pasti, seperti 'dua ribu orang berada di sebuah lapangan' itu menyatakan jumlah yang sangat banyak. Itu sama seperti kita mengatakan bahwa di langit ada sejuta bintang. Ini bukan berarti bintangnya berjumlah satu juta, melainkan sangat banyak dan tak terhitung.

Aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa (Why 5:11). 

Kerajaan damai 1000 tahun. Kisah Kerajaan damai 1000 tahun ini sejatinya adalah sebuah kabar gembira. Hanya satu yang perlu, yaitu bahwa Kristus telah menang dan akan datang sebagai Raja yang berkuasa. Kuasa kejahatan tidak lagi sanggup bertahan dan berada di bawah kembali Sang Raja.

Sang Raja memperlakukan istimewa para saksi-Nya yang setia. Mereka telah begitu menderita, tetapi akan datang saatnya mereka akan berada bersama dengan Kristus yang diikutinya.

Mereka telah begitu jauh menempuh jalan-jalan Kristus, termasuk jalan derita, dan sekarang mereka tiba di surga mulia tempat Kristus berada. Bagi Sang Raja, segala perjuangan mereka tidaklah sia-sia.

Lalu kapan kerajaan 1000 tahun itu dimulai dan diakhiri? Kita kembali lagi ke dunia apokaliptik. Angka ribuan bukanlah hitungan matematika, melainkan angka lambang. Seribu tahun hanya mau menunjukkan angka waktu yang lama.

Biarpun demikian, ada baiknya mendengarkan renungan Santo Agustinus. Menurutnya, seribu tahun ini adalah jangka waktu antara inkarnasi Kristus Putra Allah dan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Bentangan masa antara kedatangan pertama Tuhan dan kedatangan-Nya yang kedua, adalah masa Gereja.

Santo Agustinus melanjutkan bahwa kebangkitan pertama yang disebutkan di Wahyu 20:5 adalah kebangkitan karena pembaptisan. Oleh rahmat Allah yang diterima dalam pembaptisan, umat beriman mati terhadap dosa untuk bangkit dan hidup bersama Kristus (Rm 6:1-14). Umat beriman yang mati terhadap dosa lewat baptisan, dengan demikian, memperoleh anugerah yang sama dengan umat beriman yang setia, yang mengorbankan dirinya diterkam singa pada abad pertama.

Dalam masa Gereja ini, kegiatan setan dalam derajat tertentu terkekang. Dia tidak lagi kuat, seolah terikat. Kuasa setan tidak lagi berjaya dan manusia dapat menghindarinya.

Biarpun demikian, Santo Yohanes Vianney menasehati kita untuk berhati-hati, "Setan itu seperti anjing yang dirantai, yang mengancam dan membuat keributan, tetapi hanya menggigit mereka yang datang terlalu dekat dengannya."

Angka 666. Angka ini paling sering disalahartikan, seringkali ditampilkan dalam gambar-gambar misterius. Beberapa orang mengaitkan dengan setan dan antikristus.

Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinyadan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya (Why 13:15-17).


Penulis Kitab Wahyu memakai gambaran "meterai" yang dulu digunakan oleh Nabi Yehezkiel (Yeh 9:6 » Semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung!). Demikianlah, sekarang orang-orang yang memakai meterai Allah akan selamat. Orang-orang ini akan mengambil bagian dalam keselamatan yang diperoleh berkat Anak Domba.



Meterai Tuhan ("Dominicus character": Agustinus, ep. 98,5) adalah meterai yang dengannya Roh Kudus telah memeteraikan kita "untuk hari penyelamatan" (Ef 4:30) (Bdk. Ef 1:13-14; 2 Kor 1:21-22). "Pembaptisan adalah meterai kehidupan abadi" (Ireneus, dem. 3). Orang beriman, yang mempertahankan "meterai" sampai akhir, artinya setia kepada tuntutan yang diberikan bersama Pembaptisannya, dapat mati "ditandai dengan meterai iman" (MR, Doa Syukur Agung Romawi 97), dalam iman Pembaptisannya, dalam harapan akan memandang Allah yang membahagiakan - penyempurnaan iman - dan dalam harapan akan kebangkitan (KGK 1274).

Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam (Why 13:18).

Kitab Wahyu ditulis dengan bahasa Yunani, kemungkinan besar huruf-huruf yang dimaksud adalah aksara Yunani. Untuk diketahui, aksara-aksara Yunani (juga aksara Latin dan Ibrani) memiliki nilai angka. Pada masa lalu, orang menggunakan angka untuk menyebut nama seseorang. Para penulis apokaliptik sangat gemar menggunakan angka-angka untuk menyebut nama seseorang (semacam kode) untuk menunjukkan orang tertentu. Jemaat kala itu pasti mengenal dengan baik tokoh yang dimaksud.



(III) Lambang

Kita sebenarnya sudah terbiasa dengan lambang. Kalau kita naik kendaraan dan melihat tanda di pinggir jalan berupa gambar tempat tidur, kita segera tahu bahwa tidak jauh lagi akan ada sebuah rumah sakit. Kalau melihat gambar atap dengan salib di atasnya, jelas sebentar lagi kita akan melihat Gereja. Gambar dan lambang semacam itu sangat mudah kita pahami, karena kita memang terbiasa dengannya.

Persoalan kita sekarang adalah bagaimana mengerti gambar dan lambang yang dipakai Yohanes. Ada beberapa petunjuk yang bisa kita perhatikan.

1. lambang-lambang yang sifatnya umum

Yohanes menggunakan lambang-lambang yang mudah dikenali, sehingga lebih mudah ditafsirkan.

Pedang yang besar, yang diberikan kepada penunggang kuda merah padam (Why 6:4), menggambarkan penganiayaan yang dahsyat. Peristiwa kemartiran jemaat Kristen awal digambarkan dengan penumpahan darah orang-orang kudus dan para nabi (Why 16:6). Yesus Kristus yang dibunuh dan bangkit jaya dilambangkan dengan Anak Domba yang disembelih dan berkuasa (Why 5:12).

2. Mencermati isyarat tertentu yang dikatakan Yohanes.

- Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mere

Apakah Yohanes sedang mengatakan yang sebenarnya tentang Sodom dan Mesir? Jelas tidak! Dia mengatakan "secara rohani". Selain itu, Yesus juga tidak pernah disalibkan di Sodom dan Mesir, tetapi di Yerusalem.

- Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam (Why 13:18).

Jelas petunjuknya, yakni "yang penting adalah hikmat". Yohanes sedang mengarahkan pandangan mata pembacanya kepada "seorang manusia" pada zaman itu, seorang manusia yang dikenal oleh jemaatnya.

3. lambang-lambang dari dunia Perjanjian Lama

Sebagian besar gambaran yang dipakai oleh Yohanes berasal dari Perjanjian Lama. Dia menggunakan tokoh-tokoh dan aneka peristiwa dalam Perjanjian Lama, dan menerapkan semuanya dalam kisahnya (Anak Manusia, Anak Domba, pohon kehidupan, manna yang tersembunyi, empat makhluk, buku yang ditelan, dua saksi, naga dan binatang adalah beberapa contohnya. Peristiwa tulah untuk orang-orang Mesir dipakai juga untuk menggambarkan tulah yang ke luar saat sangkakala-sangkakala ditiup.

Pembaca tulisan Yohanes kala itu, yang masih memiliki latar belakang Yahudi, bisa dengan mudah memahami arti gambaran-gambaran dari dunia Perjanjian Lama. Mereka sudah akrab dengan tokoh dan peristiwa yang digunakan oleh Yohanes itu.

Jemaat-jemaat yang menerima surat Yohanes adalah jemaat yang nyata. Mereka sedang menghadapi kesulitan dan situasi yang menyakitkan. Mereka bukanlah jemaat yang serba sempurna. Mereka telah berusaha dan berjuang untuk setia. Akan tetapi, ada saat-saat di mana mereka jatuh pula. Yohanes berusaha menguatkan, menghibur sekaligus menegur mereka.


[Baca juga: (1) Jemaat Efesus ; (2) Jemaat Smirna ; (3) Jemaat Pergamus ; (4) Jemaat Tiatira ; (5) Jemaat Sardis ; (6) Jemaat Filadelfia ; (7) Jemaat Ladokia]

Dalam segala kesulitan masa lalu kita, nyatalah Allah tetap berkarya. Allah yang sama akan memberikan kekuatan dan rahmat kepada kita. Dia menyertai kita sekarang ini dan di masa depan. BersamaYohanes, kita mengimani bahwa Kristus yang jaya adalah tumpuan dan sandaran segala harapan pada saat ini dan di masa depan.

Marilah kita kenang kembali karya Allah dalam Kitab Suci. Kita bawa angan ke saat-saat kemenangan Kristus Yang Mahasuci. Dan yang lebih penting lagi, kita mengingat-ingat segala berkat dan rahmat Allah bagi hidup kita ini.

Jadi, tujuan utama Kitab Wahyu ditulis untuk mendukung umat yang sedang menderita. Dia mau menegur mereka yang tidak setia dan meneguhkan yang setia, agar semakin mengenal Kristus yang wafat dan bangkit sehingga berbahagia. Semoga kita bisa belajar sesuatu dari kekurangan dan kelebihan jemaat-jemaat di masa lalu.

Sebagai anggota Tubuh Kristus kita dipanggil untuk memperoleh berkat, hendaklah memberkati dengan saling menolong dan mendoakan (1 Ptr 3:9; Gal 6:2) dan dipanggil juga untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam rencana keselamatan (1 Kor 3:9). Jadi, sebarkanlah iman Katolikmu sehingga dunia dapat dibawa kepada kebenaran-Nya. sebab, Kristuslah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).

(Sumber: Pesona Kitab Wahyu, Iswadi Prayidno, Pr).