Rabu, 11 Januari 2017

07.36 -

Memberi itu indah





Ada seorang kaya di Myra (sekarang Turki) yang jatuh miskin karena usahanya bangkrut. Bapak ini memiliki tiga orang anak gadis yang cantik, yang sudah usianya menikah. Tetapi ia tidak mempunyai cukup uang untuk menikahkan anak-anak gadisnya. Lagi pula, pikirnya, siapa yang mau menikahi mereka karena ayahnya sudah jatuh miskin? 

Karena sudah tidak punya uang lagi untuk membeli makanan, ayah yang putus asa itu memutuskan untuk menjual anak gadisnya sebagai budak. Setidak-tidaknya anggota keluarga yang lain dapat bertahan hidup, demikian pikirnya.


Malam sebelum anak gadis yang sulung dijual, ada seorang pemuda dengan sebuah tas kecil berisi emas di tangannya, mengendap-endap masuk halaman rumah mereka, melemparkan tas yang dibawanya melalui jendela yang terbuka, dan sekejap kemudian menghilang dalam kegelapan malam.

Keesokan harinya, sang ayah menemukan tas berisi emas tergeletak di lantai dekat tempat tidurnya. Ia tidak tahu dari mana datangnya. “Mungkin ini emas palsu,” pikirnya. 

Tetapi setelah diujinya, ia tahu bahwa itu sungguh-sungguh emas. Ia meneliti daftar teman serta rekan dagangnya. Tak seorang pun dari mereka yang mungkin memberi emas itu kepadanya. 

Sang ayah jatuh bersimpuh dengan air mata mengalir deras membanjiri pipinya. Ia mengucap syukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya yang indah ini. 

Semangatnya bangkit kembali setelah padam sekian lama, karena seseorang secara tak disangka-sangka berbelas kasih padanya. Ia mempersiapkan pernikahan putri sulungnya. Masih tersisa cukup uang bagi mereka semua untuk hidup selama hampir setahun. Seringkali ia bertanya-tanya: siapa gerangan yang memberinya emas?

Dengan berakhirnya tahun, keluarga mereka tidak lagi memiliki apa-apa. Sang ayah, yang sekali lagi putus asa dan tidak menemukan jalan keluar, memutuskan agar anak gadisnya yang kedua harus dijual. 

Tetapi, seorang pemuda telah mendengar tentang hal ini, ia datang malam hari dekat jendela rumah dan melemparkan sebuah tas berisi emas seperti yang ia lakukan sebelumnya. 

Keesokan harinya sang ayah bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan serta memohon pengampunan dari-Nya karena telah berputus asa. Namun demikian, siapakah gerangan orang misterius yang memberi mereka hadiah yang luar biasa ini?

Sejak itu, setiap malam sang ayah selalu mengawasi jendela rumahnya. Dengan berakhirnya tahun, berakhir jugalah uang simpanan mereka. 

Suatu hari, dalam keheningan malam, ia mendengar langkah orang mengendap-endap dekat rumahnya dan tiba-tiba sebuah tas berisi emas jatuh ke atas lantai. 

Sang ayah cepat-cepat bangkit dan lari untuk menangkap orang misterius itu. Setelah beberapa saat berlari, ia berhasil menangkap dan mengenalinya, ternyata pemuda itu bernama Nikolaus, karena pemuda itu berasal dari keluarga terpandang di kota. 

“Mengapa engkau memberikan emas kepada kami?” tanya sang ayah. “Karena bapak membutuhkannya,” jawabnya. “Tetapi mengapa engkau menyembunyikan diri dari kami?” “Karena memberi itu indah, jika hanya Tuhan saja yang mengetahuinya.”

Nikolaus berasal dari keluarga pedagang yang kaya di kota Myra; ia bukanlah anak yang dimanjakan oleh keluarganya; ayah ibunya mengajarkan kepadanya untuk bersikap murah hati kepada orang lain, terutama kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Dari situ ia belajar bahwa menolong orang lain menjadikan jiwa bertambah kaya.

Sebagai uskup Myra, Nikolaus menjadi semakin sadar akan kebutuhan banyak orang. Ia menjelajahi seluruh penjuru kota untuk menawarkan pertolongan kepada siapa saja yang sedang berada dalam kesulitan, dan kemudian pergi diam-diam tanpa menunggu ucapan terima kasih. Ia tidak ingin menjadi terkenal. 

Namun demikian, nama baiknya sebagai seorang kudus semakin tersebar dan tersebar bahkan tersebar hingga kota-kota yang jauh yang belum pernah dikunjunginya. 

Semasa hidupnya ia biasa membagikan hadiah-hadiah kecil kepada anak-anak yang dijumpainya, seperti permen dan mainan. Kelembutan hatinya, yang biasanya juga mengejutkan mereka, menyentuh hati anak-anak, sehingga mereka dapat belajar dari orang kudus ini betapa indahnya memberi itu. Dalam sosok Santa Claus, yang nama dan aktivitasnya diilhami dari kisah hidup St. Nikolaus.

(Warta KPI TL No. 91/XI/2011 » Nikolaus , Vacare Deo Edisi Januari/Tahun VI/2004).