Minggu, 06 November 2016

21.19 -

Gunung Mokattam berpindah sejauh 3 Km mujizat terbesar terjadi di Mesir



Pada abad 10 M, Mesir berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan dari sekte Fatimiyah yang menyebarkan agama baru, Islam. Pada waktu itu penduduk di Mesir beragama Kristen Koptik (1) dengan pusat keagamaannya berada di Alexandria dan dipimpin oleh Patriarch (sejajar dengan posisi Paus di Vatikan, Roma) bernama Abraam.

Khalifah Fatimiyah pertama yang memimpin bernama Al-Muizz. Khalifah ini sedang memperbesar kekuasannya dengan membangun sebuah kota baru di tanah Mesir dan Khalifah ini juga senang mengundang agama-agama lain yang ada di Mesir untuk berdebat, dan Khalifah orang yang sangat fair dan sangat menghargai ajaran agama-agama lain seperti Kristen dan Yahudi.



Ada orang yang tidak senang dengan kedatangan Khalifah yaitu Ibnu Killis. Sebelum Mesir jatuh ke tangan Khalifah, jabatan Ibnu Killis saat itu adalah sebagai Gubernur. Namun dengan datangnya Khalifah menguasai Mesir, maka Ibnu Killis pun mencoba untuk menyelamatkan diri jabatannya, dengan cara ikut membantu melancarkan dan menyukseskan proses penguasaan Mesir ke tangan Khalifah. 

Bahkan untuk merebut hati sang Khalifah, dia tidak segan-segan merubah kepercayaannya dari seorang pengikut Kristus (Kristen Koptik) menjadi seorang Muslim (Islam).

Ibnu Killis memberi tahu kepada Khalifah bahwa ada ayat di Kitab Suci orang Kristen yang berbunyi: “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." 

Khalifah memanggil Patriarch Abraam untuk meminta konfirmasi atas ayat tersebut. Patriarch datang dan membenarkan adanya ayat tersebut seperti yang tertulis dalam Injil Matius 17:20. 

Lalu sang Khalifah meminta kepada Patriarch untuk membuktikan kebenaran ajaran iman Kristen seperti apa yang tertulis dalam ayat tersebut. 

Apabila tidak berhasil membuktikannya sesuai dengan apa yang tertulis pada ayat tersebut, maka seluruh umat Kristiani di Mesir akan mendapatkan 3 macam ultimatum yaitu: (1) Seluruh umat Kristiani di Mesir harus meninggalkan ajaran iman Kristennya dan berpindah agama sebagai pemeluk agama Islam. (2) 

Apabila tetap mempertahankan keimanan Kristennya, maka umat Kristen harus berpindah keluar dari tanah Mesir ke negara lainnya. (3) Apabila (1) dan (2) tidak dipenuhi, maka umat Kristen akan langsung berhadapan dengan pedang! Ini sama artinya dengan kematian bagi orang-orang Kristen Koptik!

Sang Patriarch langsung berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk membimbingnya dalam menghadapi masalah tersebut. Setelah selesai berdoa, sang Patriarch kemudian meminta waktu tiga hari untuk menjawab sekaligus membuktikan kepada sang Khalifah atas kebenaran ajaran Iman Kristen.

Sang Patriarch lalu bergegas meninggalkan sang Khalifah dan pergi ke Hanging Curch (Gereja Gantung) di Babylon. Patriarch kemudian mengumpulkan para pembantunya serta seluruh umat Kristiani di Mesir, katanya: “Kita harus berdoa dan berpuasa selama tiga hari agar Tuhan memberikan ampunan dalam kemegahan-Nya dan memberikan petunjuk-Nya untuk menghadapi permasalah ini.”

Tepat saat fajar mulai menampakkan sinarnya di ufuk Timur pada hari ketiga, Patriach Abraam bermimpi berjumpa dengan Bunda Maria, pesannya: “Jangan takut, gunung itu pasti berpindah. Temuilah seseorang yang buta sebelah (2) yang sedang membawa keranjang air di dekat jembatan besi. Dia bernama Simon, penjemur kulit binatang di perusahaan penyamakan kulit.” 

Patriarch bergegas menjumpai orang tersebut dan menceritakan mimpinya sambil berkata: “Hidup atau matinya orang-orang Kristen Koptik di Mesir ditentukan olehmu.” 

Kata Simon: “Aku tidak layak dihadapan Tuhan karena banyaknya dosa yang telah aku lakukan dalam seluruh hidupku.” 

Namun sang Patriarch tetap bersikukuh atas pesan yang telah dia dapatkan tersebut, akhirnya Simon luruh hatinya. 

Tiba-tiba Simon mendapatkan jawaban dari sorga tentang persoalan tersebut. Kemudian Simon meminta syarat kepada sang Patriarch agar apa yang sudah terjadi pada saat itu, tidak boleh diketahui oleh siapapun selama masa hidupnya. Sang Patriarch menyetujui syarat yang diminta Simon.

Patriarch lalu memberitahu sang Khalifah bahwa dia telah siap menjawab permintaan sang Khalifah dan mengundang Khalifah untuk pergi ke sisi Timur dari gunung Mokattam. 

Patriarch membawa serta Simon, seluruh pembantunya dan seluruh umatnya berjalan ke arah gunung tersebut. Sementara itu sang Khalifah berangkat bersama beberapa pembantu terdekatnya termasuk Ibnu Killis, Moses rekannya orang Yahudi, serta Ibnu Mina dan seluruh prajuritnya bergerak ke arah sisi lain gunung menempati posisi yang saling berhadapan dengan rombongan sang Patriarch.

Setelah semua kelompok sudah berada pada posisi masing-masing, sang Patriarch memulai upacara keagamaan. 

Suasana begitu hening, para pengikut Kristus yang berada di sana berdiri dan sujud sambil mengumandangkan lagu “Kyrie Eleison… Kyrie Eleison…” ( Tuhan kasihanilah kami … Tuhan kasihanilah kami …). 

Begitu kuatnya keyakinan iman yang penuh dan teguh dari para pengikut Kristus sehingga sanggup menghadirkan suasana yang begitu kudus. 

Setelah 400 kali lagu “Kyrie Eleison” dikumandangkan (100 kali menghadap ke Timur, 100 kali menghadap ke Barat, 100 kali menghadap ke Utara dan 100 kali menghadap ke Selatan) dan sang Patriarch memberikan tanda salib ke arah gunung itu, tiba-tiba gunung itu bergerak, terangkat dari permukaan tanah, sinar matahari terlihat dari celah-celah antara dasar gunung yang terangkat tersebut dengan permukaan tanah. Mereka tetap berdoa … 

Menyaksikan kejadian ajaib itu sang Khalifah dan para pengikutnya menjadi terbelalak, takjub, dan sangat ketakutan. Sang Khalifah langsung berteriak dengan sekuat tenaga, katanya: “Allah Maha Besar. Puji syukur atas nama-Nya.” 

Lalu sang Khalifah pergi menuju tempat Patriarch untuk meminta menghentikan doanya karena dia kuatir terhadap kota yang sedang dibangun akan hancur total akibat goncangan gempa yang ditimbulkannya. 

Setelah semuanya kembali tenang, sang Khalifah memeluk hangat Patriarch Abraam sambil berkata: “Anda sudah membuktikan kebenaran Iman Kristen Anda! 

Gunung Mokattam yang berada di bagian Timur Kairo dapat berpindah sejauh 3 Km ke sebelah Barat.”

Setelah Kalifa ini melihat mujizat Tuhan maka ia merasa bahwa pekerjaannya yang ia geluti selama ini tidak ada artinya dihadapan Tuhan, maka ia menyerahkan dirinya untuk dibaptis menjadi orang kristen dan namanya berubah menjadi Stefanus. 

Untuk menghindari protes orang lain maka Stefanus pindah ke padang gurun melayani Tuhan sampai mati.

(1) Menurut Tradisi, didirikan oleh St. Markus Pengarang Injil. 

(2) Simon dikenal berhati mulia, dia mendistribusikan air sungai Nil dengan membawa keranjang air untuk membantu orang miskin dan lemah. 

Dia menterjemahkan Alkitab secara harafiah: “Jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cukillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka (Mat 5:29). 

Menurutnya dia telah melakukan dosa karena dengan tidak sengaja tunduk dan melihat aurat wanita ketika memperbaiki sebuah sepatu. 

Injil ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya (Mat 24:14).

(Sumber: Warta KPI TL No.118/II/2014 » Renungan KPI TL Tgl 17 Oktober 2013, Dra Yovita Baskoro, MM; Kisah Nyata dan Kesaksian Kristiani.blogspot.com.).