Rabu, 11 Januari 2017

07.21 -

Bundaku, Bunda Maria


Ketika Yesus melihat ibu-Nya 
dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya
"Ibu, inilah anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya:
"Inilah ibumu!"
(Yoh 19:26-27)


Seringkali mata dan telinga kita disesatkan oleh kecanggihan teknologi yang luar biasa sehingga tanpa sadar kita menjadi manusia yang sangat egois dan keras, tidak peduli dengan keadaan di sekitar kita. 

Hal ini dapat diumpamakan seperti air dalam bak yang sudah lama tidak dipakai, maka di dalamnya akan terdapat banyak lumut dan jentik-jentik nyamuk; airnya sangat berbau busuk sehingga tidak dapat digunakan lagi.


Agar kita tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini, maka seharusnya kita hidup dalam sebuah komunitas yang benar. Di dalam komunitas, iman kita akan bertumbuh karena jiwa kita dibersihkan oleh firman yang kita dengar (Yoh 15:3) dan jiwa kita juga dikuatkan oleh kesaksian saudara-saudara seiman (Why 12:11) sehingga kita benar-benar percaya bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi kita.

Orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin (Yak 1:6).

Marilah kita belajar dari Bunda Maria:

Ketika malaikat Gabriel masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” 

Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “... engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki ... akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi ...” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:26-38) 

» Meskipun terkejut ketika mendengar perkataan malaikat, Maria tidak bertanya apapun juga, tetapi segala pekara itu disimpannya dalam hati dan direnungkannya (Luk 2:19). 

Ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ ... Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” 

Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” 

Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. ... pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur (Yoh 2:1-11).

» Bunda Maria begitu peduli dengan keadaan sekitarnya, karena dia mempunyai iman dan pengharapan yang luar biasa terhadap janji-janji Tuhan. Ketika iman dan pengharapan bertemu dengan kasih (1 Kor 13:13; 1 Yoh 4:16 – Allah adalah kasih), maka akan terjadi suatu perubahan/mujizat yang luar biasa

Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati/kosong. Iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna (Yak 2:17, 20, 22)

Seorang perempuan diciptakan sebagai penolong (Kej 2:18), dengan sendirinya perempuan harus lebih kuat mental dan jiwanya dari pada laki-laki. 

Maka seharusnya perempuan menjadi tiang doa dalam keluarganya sehingga keluarganya mempunyai iman yang sempurna. Iman inilah yang mengalahkan dunia sehingga kita dimampukan oleh-Nya untuk peduli dengan orang-orang disekitar kita. Jika kita peduli terhadap orang disekitar kita, maka mereka akan merasakan mujizat-mujizat dalam hidupnya.

Berserulah kepadaKu, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui (Yer 33:3)

(Warta KPI TL No. 91/XI/2011 » Renungan KPI TL tgl 27 Oktober 2011, Bapak Martinus)