Senin, 27 Juli 2020

03.57 -

Covid-19: Tulah atau anugerah



Sejak dunia digemparkan dengan merebaknya virus Covid-19, hidup kita tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman, tetapi kegelisahanlah yang timbul (Ayb 3:25-26 » Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku). 

Terlebih lagi saat diadakannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar): pembatasan kegiatan tertentu dalam suatu wilayah demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19). Gara-gara PSBB inilah, kegiatan saya lebih banyak berada di dalam rumah. 

Awal mulanya ada kekuatiran tidak bisa makan, maka saya ikut arus memborong sembako. Bahkan batin saya memberontak karena ada banyak kegiatan gereja yang sudah dipersiapkan begitu lama harus ditunda, misalnya: komuni pertama dan krisma. Saya merasakan hidup ini benar-benarlumpuh”, terlebih lagi ketika tidak bisa ke gereja dan menerima komuni secara langsung. 

Dengan berjalannya waktu, saya disadarkan bahwa kegelapan yang ada di dalam dunia ini tidak akan dapat menguasai kita (Yoh 1:5). Bahkan saya melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya (Mal 3:18). 

Pandemi ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang Tuhan. Di mana Tuhan, mengapa Dia membiarkan semuanya ini terjadi? Apakah Tuhan sedang menghukum kita seperti tulah di Mesir? Sesungguhnya tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi (Pkh 1:9). Hal ini kita bisa pelajari dari tulah di Mesir (Kel 7:14 – 15:21). 

Dilihat dari kacamata dunia (refleksi negatif orang tidak beriman; Bil 33:4; Kel 12:12 » Firaun dan orang Mesir): Tuhan menjatuhkan hukuman. Covid-19 dianggap sangat jahat

Dilihat dari kacamata iman (refleksi positif orang beriman; Kel 13:3 » orang Israel): Tuhan tidak ingin kematian umat-Nya. Jika umat-Nya mau kembali ke jalan yang benar sesuai dengan rancangan-Nya, maka Dia hadir untuk menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan. Jadi, Covid-19 adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk mengingatkan kita, untuk selalu berada di dalam terang-Nya, di dalam kasih karunia-Nya

Bagi kebanyakan orang, Covid-19 adalah suatu penderitaan. Bagi orang yang beriman, Tuhan menggiring umat-Nya kepada pemahaman bahwa “ajaran sehat, yang berkuasa menyelamatkan jiwa” (1 Tim 6:3; Yak 1:21). Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? (1 Yoh 5:5). Jadi, jika hidup kita selalu melekat pada Tuhan (Yoh 13:1-8), maka ada anugerah besar, dibalik penderitaan yang diakibatkan oleh Covid-19. 

1. Allah Mahahadir (Mat 1:23 » Imanuel = Allah menyertai kita; Mat 28:20 » Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman). 

Melalui pandemi ini kita disadarkan bahwa Tuhan hadir secara nyata bagi orang yang sakit melalui para dokter, para medis dan para pekerja sosial. Tuhan hadir juga bagi orang yang mengalami krisis ekonomi melalui sesamanya yang mempunyai kepedulian atau belas kasih (Mat 25:40 » segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 

2. Tuhan mengajarkan tahu batas (Pkh 5:9 » Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya; Ams 23:3 » Jangan ingin akan makanannya yang lezat, itu adalah hidangan yang menipu). 

Melalui pandemi ini, saya disadarkan bahwa manusia itu sesungguhnya hanya membutuhkan kebutuhan dasar saja (sandang, pangan dan papan). Tetapi ada banyak manusia yang selalu tergoda dengan dunia seperti Hawa (Kej 3) sehingga mereka mengalami kematian secara rohani. 

3. Keluarga Kristen adalah Gereja rumah tangga. Ia adalah persekutuan iman, harapan, dan kasih; seperti yang telah dicantumkan di dalam Perjanjian Baru (Ef 5:21 - 6:4; Kol 3:18-21; 1 Ptr 3:1-7), ia memainkan peranan khusus di dalam Gereja. Hubungan keluarga menghasilkan satu kedekatan timbal balik menyangktut perasaan, kecenderungan, dan minat, terutama kalau anggota-anggotanya saling menghormati. Keluarga adalah satu persekutuan dengan kelebihan-kelebihan khusus: ia dipanggil untuk mewujudkan "komunikasi hati penuh kebaikan, kesepakatan suami isteri, dan kerja sama orang-tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak" (GS 52,1) (KGK 2204, 2206). 

Keluarga Kristen adalah persekutuan pribadi-pribadi, satu tanda dan citra persekutuan Bapa dan Putera dalam Roh Kudus. Di dalam kelahiran dan pendidikan anak-anak tercerminlah kembali karya penciptaan Bapa. Keluarga dipanggil, supaya mengambil bagian dalam doa dan kurban Kristus (KGK 2205). 

Melalui pandemi ini kita disadarkan bahwa selama ini kita “mengkukung Allahhanya dalam Gereja saja (Yoh 4:23, 21 » saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran bukan di Yerusalem). Jadi, sesungguhnya gereja yang paling mendasar berada di dalam keluarga Kristen

Kita lupa bahwa Bait Allah adalah Yesus Kristus (Yoh 2:21 » yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri; Yoh 4:25-26 » Mesias disebut juga Kristus). 

Bilamanakan keluarga kita disebut sebagai Gereja atau Bait Allah? Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia (Yoh 14:23); Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah (1 Kor 6:19). Jadi, komunitas dimulai ketika kita membangun mezbah dalam keluarga kita. 

Komunitas dimulai dari keluarga inti. Dengan adanya PSBB, kita tidak dapat berjumpa dengan anggota komunitas. Jika selama PSBB ini kita punya kerinduan untuk berjumpa dengan mereka secara langsung, maka kita termasuk orang yang beruntung. Karena kita sudah menghayati apa arti sebuah komunitas. 

Tuhan sedang menantikan keputusan kita. Ketika kita memutuskan untuk tetap berada dalam kasih karunia-Nya dengan menjaga sikap hati kita untuk tetap terpaut kepada-Nya, maka Dia akan menyatakan Diri-Nya kepada kita. Roh-Nya akan membawa kita untuk selalu melekat kepada-Nya sampai kedalaman hati-Nya sehingga cara pandang kita diubahkan, dapat melihat segala kondisi yang ada di dalam cara pandang-Nya

Manifestasi dari kasih karunia-Nya adalah damai sejahtera dan sukacita yang akan selalu memenuhi hidup kita. Dunia tidak dapat menyediakan semuanya itu, karena semua yang ditawarkan dunia adalah semu, tetapi di dalam terang-Nya ada jaminan yang pasti untuk kita mengalami kehidupan seperti yang Tuhan kehendaki. Akhirnya ... kehidupan kita dapat menjadi sebuah kesaksian bagi kemuliaan nama-Nya atas dunia ini


Karena adanya PSBB, maka Gereja mengadakan berbagai kegiatan melalui online. Misalnya: mengikuti misa melalui Live Streaming, mengikuti adorasi, mengikuti meditasi, mengikuti berbagai pengajaran melalui join meeting zoom, melalui youtube, melalui line (panggilan suara/video). 

Ternyata, melalui pandemi ini Gereja Katolik semakin luas dapat mewartakan Kerajaan Allah. Khususnya bagi orang yang lumpuh secara fisik maupun yang lumpuh karena tidak dapat pergi oleh karena berbagai kendala. Misalnya: tidak ada transportasi untuk pergi ke misa atau ke tempat pertemuan. Jadi, bagi orang beriman, pandemi ini adalah suatu anugerah Allah bukan sebuah tulah. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 183/VII/2020 » Renungan KPI TL-ONLINE Tgl 2 Juli 2020, Ibu Emmy).