Jumat, 06 November 2015

16.59 -

Mezbah Keluarga



Keluarga adalah lembaga/institusi pertama buatan Allah, ribuan tahun kemudian Allah membuat lembaga ke dua, gereja.

Gereja masa depan pusat kegerakan ada di rumah-rumah, di keluarga-keluarga. Keluarga yang satu melakukan pelayanan kasih/mendoakan kepada keluarga yang lain seperti pola Gereja mula-mula.



Pada zaman pemerintahan raja Yosafat (2 Taw 20), Kerajaan Yehuda pernah mengalami krisis keamanan, karena musuh tiga bangsa datang serentak mengepung mereka yang hanya dua suku, Yehuda dan Lewi. 

Negara dalam keadaan gawat darurat dan ketakutan (masalah ekonomi, sosial, politik datang serentak). Seluruh Yehuda berdiri di hadapan Tuhan, juga segenap keluarga mereka, dengan istri dan anak-anak mereka.

Apa yang mereka lakukan merubah masalah menjadi berkat?
o Mencari Tuhan.
o Berpuasa dan berdoa.
o Mendengar suara Nabi Tuhan. 
o Menyembah Tuhan.
o Puji-pujian dengan suara nyaring.
o Melayani dalam kekudusan.

Untuk mengatasi krisis besar bangsa Israel, Tuhan membangkitkan Yoel, dan menyerukan pertobatan, menyerukan puasa (dan tentunya berdoa, puasa tanpa doa namanya diet).

Siapakah yang diundang dalam peperangan rohani? (Yl 2:15-16)

1. Orang tua.
2. Anak-anak bahkan anak-anak yang menyusu.
3. Orang dewasa (yang baru menikah sekalipun).

Kalau mau berdoa hanya untuk sekedar ‘menikmati suasana doa ‘berdoalah sendirian, berdoalah bersama pendoa syafaat, berdoa tanpa suami dan anak – mereka akan mengalami ‘serangan balik bertubi-tubi’.

Mengapa harus berdoa sekeluarga? Karena di tangan merekalah otoritas diberikan, sesuai rancangan-Nya ketika menciptakan manusia!

Mengapa anak-anak balita ikut diajak berdoa? Apakah mereka tidak mengganggu? Siapakah yang terganggu? Yang pasti perasaan saudara yang terganggu karena tidak merasakan hadirat Allah, kalau doa nggak bisa lama dan kalau doa nggak bisa merem karena harus mengawasi anak-anak. 

Tetapi Tuhan begitu mengasihi anak-anak (biarkanlah anak-anak ... datang kepada-Ku – Mat 19:14), selain itu kita diajarkan kalau berdoa jangan bertele-tele.

Keluarga, bukan departemen/kelompok usia; ada beberapa gereja/yayasan jika mengadakan doa dibeda-bedakan: ibunya duduk di belakang karena di departemen doa, bapaknya di depan karena dia departemen pembangunan, anaknya laki-laki di samping karena departemen youth dan anaknya perempuan di sebelah yang lain lagi karena ia pemain musik.

Otoritas ketika sebuah lembaga resmi di hadapan Allah berdoa, tentu lebih tinggi dari seorang pribadi berdoa

Suami adalah kepala istri, seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh (Ef 5:22). Suami harus menjadi pemimpin rohani di rumah, menjadi imam bagi keluarganya.

Istri, doanya luar biasa, sangat khas dengan sifat-sifatnya: dengan berkata-kata dalam hatinya ... terus-menerus berdoa (1 Sam 1:19). Inilah doa yang sungguh-sungguh dengan segenap hati (roh yang berdoa/hati nurani bukan Roh Kudus; akal budi tidak turut berdoa – 1Kor 14:14). Selain itu wanita lebih kuat di hati/lebih tahan lama, lebih menikmati doa (terus –menerus).

Anak-anak harus diajak karena merekalah empunya kerajaan sorga (Mat 19:14); ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga (Mat 18:10); dari mulut bayi-bayi dan anak-anak menyusu ... untuk membungkam musuh dan pendendam (Mzm 8:3); anak tidak memiliki kekuatiran, percaya mutlak, mempunyai iman yang tulus, tidak ada kepahitan dan mempunyai dimensi keempat yang bagus (imajinasi mereka bekerja dengan baik, dan apa yang mereka ucapkan, mereka bayangkan, yang mereka bayangkan mereka ucapkan – inilah sebenarnya cara berdoa yang berkuasa). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 41/IX/2007; Mezbah Keluarga, Pdt. Ir. Jarot Wijanarko).