Sabtu, 04 Mei 2019

06.33 -

Mat 18:21 – 19:1

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 16 Agustus 2018: Hari Biasa XIX - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yeh 12:1-12; Mzm 78:56-57, 58-59, 61-62; Mat 18:21 – 19:1

Kamis, 15 Agustus 2019: Hari Biasa XIX - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Yos 3:7-10a, 11, 13-17; Mzm 114:1-2, 3-4, 5-6; Mat 18:21 - 19:1


Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.

Maka sujudlah hamba itu (A) menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. (1) Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain (B) yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: (2) Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.

Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."


Renungan


1. Pengampunan

(1) Luar biasa belas kasih sang raja itu. (2) Ya ampun, kasarnya! Hamba A seharusnya meneladan sikap tuannya yang begitu baik. Mengapa A tidak bisa berbelas kasih kepada B yang hanya berhutang sedikit?

Itulah gambaran manusia segala zaman. Allah telah menyatakan kasih dan pengampunan-Nya tanpa batas, tetapi manusia yang telah dikasihi dan diampuni begitu kikir dan tidak berbelas kasih terhadap sesamanya.

Ingatlah! Pengampunan selalu membuka ruang untuk hadirnya cinta dan damai, baik itu dengan Tuhan maupun dengan sesama. Oleh karena itu, kita harus mengampuni sesama kita, karena Allah yang maha Pengampun telah lebih dahulu mengampuni kita.


2. Bersalah itu manusiawi, mengampuni itu ilahi

Sebagai manusia kita sering berbuat salah. Karena itu, ketika kita bersalah, kita berharap orang akan mudah memahami dan memaafkan kita. Namun, ketika orang lain bersalah, kita mudah menghakimi kesalahan mereka, seakan-akan kita tidak pernah berbuat salah. Jadi, tidak mudah bagi kita mengampuni sesama yang pernah melukai hati kita.

Mengampuni adalah langkah awal untuk menyembuhkan diri. Dengan mengampuni, kita menerima bahwa pelaku kesalahan adalah saudara kita yang tak luput dari kelemahan. Hanya orang-orang yang kuat dan berjiwa besar mampu mengampuni orang yang melukai hatinya.

Yesus memberi kita teladan istimewa dengan mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Dengan mengampuni, kita belajar bersikap seperti Kristus. Karena itu, mengampuni itu ilahi.