Sabtu, 04 Mei 2019

06.44 -

Mat 18:15-20

Sarapan Pagi 
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
  

Penanggalan liturgi

Rabu, 15 Agustus 2018: Hari Biasa XIX - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yeh 9:1-7; 10:18-22; Mzm 113:1-2, 3-4, 5-6; Mat 18:15-20

Rabu, 14 Agustus 2019: PW St. Maksimilianus Maria Kolbe, Imam dan Martir - Tahun C/I (Merah)
Bacaan: Ul 34:1-12; Mzm 66:1-3a, 5, 8, 16-17; Mat 18:15-20


"Apabila saudaramu berbuat dosa, (1) tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.

Jika ia tidak mendengarkan engkau, (2) bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.

Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, (3) sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.

Dan lagi Aku berkata kepadamu: (4) Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.


Renungan


1, Berdoa sebelum menegur yang bersalah

(1) Perlu duduk bersama dan saling berbicara satu sama lain. Ini adalah saat yang paling tepat untuk memberikan koreksi berupa teguran persaudaraan. Namun, ada banyak orang yang sulit menerima koreksi persaudaraan, karena mereka adalah orang sombong.

(2) Kesaksian dua atau tiga orang memiliki kekuatan tertentu (Ul 19:15).

(3) Perlu mencari waktu untuk duduk bersama sebagai satu komunitas persaudaraan, dan memberi teguran bersama kepadanya.

Satu jalan yang juga dapat menjadi tawaran penting adalah Sakramen tobat. Sering mengaku dosa membuat orang menjadi rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama.

Mengapa ada orang yang tidak bisa menerima koreksi dan tidak berubah? Karena koreksi persaudaraan itu semata-mata berasal dari dalam diri sendiri, hanya karena kesal, marah atau dendam terhadap saudara kita.

Jadi, koreksi persaudaraan ini tidak memiliki kekuatan apa-apa, mungkin yang terjadi justru rasa benci berkepanjangan.

Teguran persaudaraan ini dapat memiliki pengaruh kalau orang yang memberi koreksi memiliki kemampuan untuk mendoakan saudara yang berdosa (4)

Marilah kita saling mendoakan, saling memberi koreksi persaudaraan apabila ada yang berdosa sehingga komunitas kita ini akan menjadi lebih indah dari hari demi hari, komunitas kita menjadi tanda dan pembawa kasih Allah bagi sesama.


2. Teguran Kristiani

Pada dasarnya orang tidak suka dikririk, apalagi ditegur. 

(1) Teguran yang dimaksudkan Yesus adalah teguran persaudaraan. Teguran ini lahir dari rasa tanggung jawab untuk memperhatikan keselamatan sesama dan kebaikan sesama, wujud kasih untuk memenangkan kembali saudara-saudari yang telah menempuh jalan yang salah. 

Perintah untuk memberi teguran adalah sebuah salib. Kita dituntut mencari jalan terbaik untuk mengingatkan mereka yang berdosa. Membiarkan saja mereka terbenam dalam dosa berarti mengabaikan tanggung jawab dan kasih kita sebagai pengikut Tuhan.