Kamis, 23 Maret 2017

20.04 -

Perjalanan iman

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa warta ini sudah terbit selama sepuluh tahun. Ada banyak janji-janji Tuhan yang telah kita pelajari bersama, apakah janji-janji-Nya sudah terealisasi dalam hidup kita? 

Inilah janji-janji Tuhan yang sudah tergenapi dalam hidupku.

Suatu ketika aku mendapat sms dari Uplineku, katanya: “Ibu memenangkan undian utama dan kedua (sebuah sepeda motor dan sebuah bio matras). Kejadian ini sangat langka, karena ibu menolong seseorang tanpa pamrih.” 

Membaca sms itu aku menangis karena diperlihatkan-Nya suatu perbuatan ajaib dalam hidupku. 

Pada waktu aku membaca pengumuman undian di ML yang aku ikuti, aku berkata dalam hati: “Tuhan, andaikata aku mendapatkan sepeda motor itu, akan aku berikan pada kakakku yang kehilangan sepeda motor.”

Pada waktu aku mengirim guasa (alat kerok, terbuat dari tanduk kerbau) pada seseorang, di sana banyak berkumpul teman-temannya dan tuan rumah memberitahukan kegunaan yang luar biasa dari guasa itu. 

Lalu kedua temannya minta diterapi, sesudah itu tuan rumah tidak mau ketinggalan minta diterapi juga. Aku merasakan tubuhku sangat lelah karena saat itu aku lagi berpuasa. 

Ketika sampai di rumah aku berkata dalam hati: “Tuhan, andaikata aku punya anggaran untuk membeli bio matras, alangkah enaknya.” 

Kedua pikiran itu hanya terlintas pada saat itu saja, tanpa aku memohon terus-menerus. Ternyata … Allah begitu peduli sehingga terjadi kejadian ajaib itu, meskipun kupon undianku hanya sedikit.

Kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm 8:26)

Kehidupan masa kecilku sungguh bahagia, meskipun aku berasal dari keluarga pas-pasan, pas butuh pas ada. Tetapi setiap makan, kami selalu berganti-ganti menu, sebab ibuku pandai memasak dan membuat kue. Selain itu setiap liburan kami sekeluarga berlibur ke Malang atau ke Jogya.

Ketika aku lulus SMP, aku sekolah di Malang, tinggal serumah dengan bibiku dan seorang saudara sepupuku (A). Kami sangat kompak dalam segala sesuatunya. 

Aku bekerja di sebuah apotik, pada awal mulai bekerja aku merasa gembira karena bekerja dengan teman-teman sebayaku, tetapi kebersamaan itu berlangsung hanya sekejap saja. 

Karena salah satu temanku (B) membenciku, dia mempengaruhi seluruh teman sekerjaku untuk membenciku. Hal itu terjadi mungkin karena dia iri hati denganku, karena setiap pulang malam aku selalu diantar pulang oleh bosku, sedangkan dia pulangnya naik beca. Selain itu dia cemburu kepadaku, dikiranya aku mau merebut pacarnya, padahal itu bukan karakterku.

Syukur kepada Allah, meskipun aku mengalami hal yang tidak nyaman di tempat kerjaku, Tuhan kirimkan seorang sahabat yang mengerti hatiku, aku bisa menceritakan segalanya secara bebas kepada dia. 

Setelah bibiku menikah, aku tinggal berdua dengan A. Ketika ada banyak penggemarku yang datang ke rumah, A mulai bersikap berbeda terhadapku. Apalagi ketika aku sudah benar-benar mempunyai pacar, dia mulai membenciku. 

Syukur kepada Allah, meskipun aku mengalami banyak hal yang tidak nyaman, Tuhan kirimkan teman-teman yang kegemarannya berpetualang. Kadang kami ke gunung menikmati keindahan alam, ke gua melihat stalagmit yang indah, ke pantai merasakan deburan ombak atau ke air terjun merasakan percikan air yang menyegarkan tubuh dan jiwa.

Allah sumber penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah (2 Kor 1:3-4).

Tepat di hari ulang tahunku yang kedua puluh empat aku dibaptis. Setelah dibaptis aku mengalami kekecewaan yang luar biasa, karena aku melihat teman sekerjaku yang akrab dengan romo, frater dan suster melakukan perbuatan yang tidak terpuji, yaitu mencuri uang kas untuk makan-makan enak.

Setelah menikah aku bekerja di sebuah apotik, di sana aku dipercaya dibagian pembelian dan gudang, pekerjaan itu harus aku lakukan seorang diri. 

Pada mulanya terasa berat, tetapi dengan berjalannya waktu pekerjaan itu tidak berat. Meskipun sebagai karyawan baru, aku dipercaya oleh bosku. 

Hal inilah yang membuat iri hati karyawan yang lama, ada yang menfitnahku, bahkan kepala AA (C) yang dipercaya untuk mengambil barang di gudang begitu teganya mengambil barang dengan sembarangan sehingga ada banyak yang terjatuh. Meskipun dalam keadaan hamil besar, aku belajar untuk tidak menggerutu ketika harus menyusunnya kembali. 

Semua kejadian yang tidak nyaman dalam hidupku, aku tidak pernah menceritakan kepada keluargaku, karena aku tidak mau menyebarkan virus kebencian kepada keluargaku.

Setelah aku melahirkan anak pertamaku, aku tidak bekerja lagi. Untuk menghilangkan bete maka aku membuat krestek dan aku bagikan buat sahabatku yang berulang tahun atau yang menikah.

Suatu hari aku tertarik untuk datang ke PDKK dan aku datang ke sana seorang diri. Di sana aku ditawari oleh bapak Setiadi untuk ikut rekoleksi di Tumpang. Entah mengapa tiba-tiba aku menyetujui ikut rekoleksi tersebut. 

Ternyata … Tuhan mempunyai rencana yang indah dalam hidupku, Dia memberikan “salam damai-Nya” kepadaku. Sejak saat itu hidupku diubahkan oleh-Nya secara drastis, di hatiku diberi-Nya senandung-senandung kecil yang membuat perasaanku nyaman. Selain itu keinginanku akan sesuatu tidak menggebu-gebu seperti dulu. 

Misalnya dalam hal pakaian, dulu setiap bulan aku menjahitkan pakaian dengan berbagai macam model, sekarang apa yang ada padaku cukuplah bagiku. Kecuali membeli buku yang bermutu untuk bahan pewartaan ini.

Sebulan sebelum kehamilan anak keduaku, aku dipercaya untuk membuat warta ini. Dengan bonek-nya aku menyanggupinya, meskipun pada mulanya aku tidak mengenal Kitab Suci. 

Aku kadangkala kesulitan mencari ayat yang dibutuhkan, maka aku bertanya pada orang yang aku anggap mengerti, tetapi mereka mengecewakanku. 

Pikirku: “Mereka mengerti, mengapa tidak mau membantuku?” Pada saat itu juga hatiku ditegur-Nya: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri” (Yer 17:5). Sejak saat itu setiap membuat warta aku selalu memohon hikmat-Nya. 

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil (Mat 11:25).

Pada saat pembuatan artikel “Umat-Ku Binasa karena Tidak mengenal Allah”, aku menangis karena aku memperoleh hikmat untuk menyarikan tiga buku menjadi sebuah artikel kesehatan yang sangat singkat, tetapi pesan-pesannya sangat mendalam dan sangat berguna bagi kehidupan.

Melalui artikel ini, aku melihat kebenaran firman Tuhan yang berhubungan dengan suasana hati 

- Gembira, menimbulkan energi ~ Hati yang gembira adalah obat yang manjur (Ams 17:22).

Memaksakan diri tersenyum dan menekan rasa takut, menyebabkan stres secara kronis dan hasil medis yang jauh lebih buruk.

Murung/depresi – menyebabkan kelelahan.

Kecemasan – menegangkan otot

Ketika A dan B membenciku, aku merasakan sakit di dadaku, lalu aku pergi ke dokter spesialis jantung untuk memeriksakannya. Setelah diperiksa, dokter tersebut tersenyum dan mengatakan: “Kamu nonton bioskop aja, penyebab sakitmu karena ketegangan pikiran."

Dulu, aku adalah tipe orang pendiam dan tidak suka bertengkar dengan seseorang. Setelah mendengar renungan Romo Goris tentang cinta damai dan pembawa damai, aku disadarkan bahwa aku melakukan suatu kesalahan besar dengan cara hidup cinta damai, yang kudapatkan hanya sakit penyakit. 

Sejak saat itu aku berkomitmen mau menjadi pembawa damai di mana pun aku berada. Sungguh luar biasa hasilnya … aku bisa melakukan segala aktivitasku dengan perasaan suka, senang dan rela. 

Hal itu terjadi karena aku telah diberi damai oleh-Nya dan aku melihat teladan ibuku yang luar biasa, beliau selalu menolong siapa saja yang datang kepadanya meskipun orang itu pernah menfitnah atau menyakiti hatinya.

Sekarang, aku pun tetap pendiam, tetapi ketika berbicara tentang kasih Tuhan, aku selalu berkobar-kobar menceritakannya karena aku telah merasakan kasih setia-Nya dan perlindungan-Nya dalam hidupku. 

· Rasa terima kasih dan kasih sayang, membuka hati ~ Kasih itu … (1 Kor 13:4-7; Ams 10:12). 

Kasih adalah obat yang benar-benar menjadi penyembuhnya. Jantung, sistem kekebalan tubuh, hormon – itu semua memberikan respon positif kepada aliran kasih sayang dan keterkaitan yang kita miliki dengan diri kita sendiri, dengan orang lain, dengan alam dan dengan keseluruhan yang lebih luas.

Berpikir positif dapat mengusir rasa sakit dan rasa takut yang dapat memotivasi kita untuk menyembuhkan diri sendiri. Menghakimi dan mengkritik (merupakan proyeksi tentang apa yang tidak kita sukai dalam diri kita sendiri), seluruh tubuh kita mengerut, hati kita tertutup dan daya hidup terkuras. 

Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif (Ef 5:15)

Kadangkala aku membaca sebuah buku dan buku tersebut tidak aku selesaikan membacanya karena sulit untuk dimengerti. Tetapi suatu ketika aku tertarik lagi untuk membaca buku tersebut dan aku membuat sebuah artikel sesuai dengan hikmat yang aku peroleh. 

Ia membuka pikiran sehingga mengerti Kitab Suci (Luk 24:45)

Pada suatu hari, ada seseorang yang marah padaku (D), padahal aku merasa tidak melakukan suatu kesalahan. Ketika kemarahan itu terjadi, ada seorang sahabat yang berada di sampingku gemetaran, ada juga yang melihat dalam alam roh bahwa wajahku berubah menjadi menyeramkan. 

Pada sahabat yang pertama aku katakan: "Aku tidak masalah harus menanggung kemarahan itu, karena sebelum kejadian ini Tuhan telah mempersiapkanku sebelumnya dengan sebuah buku 'Tuhan Tahu Anda Stres' Di dalam buku itu disebutkan gejala-gejala stres. 

Jadi, kita tidak perlu membalas kemarahan dengan kemarahan. Yang harus kita lakukan adalah mendoakannya." 

Pada sahabat yang kedua aku katakan: "Ada bahaya besar yang selalu mengancam kehidupan kita setiap saat, jika kita tidak dikaruniai roh kesabaran dan roh penguasaan diri. Karena Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya, dia menunggu waktu yang baik." (1 Pet 5:8; Luk 4:13).

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Ef 4:2-3).

Pada suatu ketika, ada sebuah warta yang harus ditunda penerbitannya, padahal hanya tinggal dua hari lagi terbitnya. Secara dunia, warta itu tidak dapat diterbitkan tepat pada waktunya, karena aku belum mendengar rekaman dan suamiku (E) kurang setuju aku membuat warta ini, maklumlah banyak waktu yang tersita dalam pembuatannya. 

Menghadapi kenyataan ini aku percaya bahwa Tuhan memanggilku, maka Dialah yang akan berpekara dengan orang-orang yang berada disekelilingku. 

Ternyata benar, Dia memakai cara-Nya yang unik. Pada saat itu suamiku dalam keadaan flu berat, aku mendampinginya beserta anakku yang kecil. Anakku bertingkah polah sehingga suamiku marah karena terganggu dan mengusirku ke luar dari kamar. 

Ketika dia mengusirku, aku tidak marah, bahkan aku sangat bersyukur karena dapat merenungkan warta yang akan kubuat. Akhirnya ... warta itu dapat terbit tepat pada waktunya meskipun waktunya begitu singkat. 

Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:28).

Suatu ketika aku ada urusan ke Malang bersama teman-temanku, istri A sms padaku (saat itu aku di rumah bibiku), dia mengatakan putus asa dengan keadaan hidupnya, ingin rasanya bunuh diri. 

Membaca sms itu, aku langsung membalasnya dengan kata-kata bijak. Ternyata, smsku dibaca oleh A, dan A menanyakan apa maksudnya aku menulis kata-kata di sms tersebut. Karena aku ingin membantu menyelesaikan persoalan rumah tangga mereka, maka aku memutuskan menginap di rumah mereka. 

Seperti seorang konselor aku menanyai mereka secara terpisah, setelah itu aku menanyai mereka secara bersama-sama. Diakhir pertemuan itu A berkata: “Li, tolong doakan kami.” 

Sebagai manusia biasa aku berpikir: “Memang sama-sama egois, bagaimana bisa ada suatu titik temu dalam persoalan mereka.”

Suatu hari suamiku bermimpi bahwa istri A memakai baju pengantin dan A serta orang-orang lain yang ada disekitarnya acuh tak acuh terhadap istri A. Ketika suamiku menceritakan mimpinya, hatiku benar-benar diusik oleh perasaan berdosa, karena aku tidak mendoakan mereka. 

Sejak saat itu aku berkomitmen untuk belajar setia mengikuti doa syafaat di KPI TL. Saat kami ke Malang dan kami mengunjungi keluarga A, istri A bercerita bahwa dia dan A sekarang sudah baikan, bahkan A mengajaknya reuni bersama teman-temannya.

Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak 4:17).

Setahun yang lalu aku hendak membaca buku “Yesus-Yesus Masa Kini”, tetapi ada teguran di hatiku: “Kamu membaca buku tebal bisa. Mengapa kamu tidak membaca Kitab Sucimu dengan seksama?” 

Aku langsung berangkat membeli Kitab Suci baru dan secara menggebu-gebu aku tandai Kitab Suci tersebut. Setelah hampir selesai menandainya, aku merasa kecewa dengan hasilnya karena pada saat aku mencari suatu kata yang aku butuhkan, aku tidak menemukannya. 

Lalu aku membeli Kitab Suci lagi dan aku menandainya dengan seksama. Setiap jam dua belas malam aku terbangun dan membaca Kitab Suci sampai pagi. Genap dua bulan fisikku menjadi lemah dan jatuh sakit. 

Hal ini tidak aku ceritakan pada teman-temanku, doaku pada Tuhan: “Tuhan, berikanlah aku kekuatan untuk melakukan apa yang harus aku lakukan.” 

Sungguh luar biasa, aku dimampukan untuk melakukan semua aktifitasku (berdasarkan prioritas) dan orang-orang disekelilingku tidak mengetahui keadaanku yang sebenarnya. Setelah selesai melakukan aktifitasku, aku langsung tidur dan tak lupa minum vitamin agar kesehatanku pulih.

Justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna (2 Kor 12:9).

Suatu hari ada dorongan di hatiku untuk memberikan Kitab Suci yang sudah aku tandai kepada seseorang (X). Hatiku bertanya: “Tuhan, X tentunya sudah punya Kitab Suci, untuk apa aku harus memberikan kepadanya?” 

Meskipun aku tidak mendengar jawaban-Nya, aku belajar taat dengan suara hati yang baik itu. ketika aku memberikan Kitab Suci itu X berkata: “Sejak aku bekerja dan meninggalkan komunitas, aku tidak pernah membaca Kitab Suci. Dengan adanya tanda di Kitab Suci itu akan memudahkan aku mengerti apa yang aku baca.” 

Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (Mat 16:23).

Dari pengalaman di atas aku menarik kesimpulan:

- Sebelum Tuhan mengutus kita, Dia akan memberikan tanda-tanda pada kita. Yang aku alami adalah mendapatkan “salam damai-Nya” di Tumpang. 

Selain itu aku mendapatkan “bunga yang sedang mekar turun dari sorga”. Ini adalah lambang perutusan, awal mulanya aku membuat warta dan berlanjut membuat renungan kecil “Sarapan Pagi Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya” yang aku kirim melalui BBM, WA, Line atau email. 

- Kalau Tuhan sudah menentukan sesuatu pada kita, dan kita mau untuk menjalankan misi-Nya maka Dia akan turut bekerja meneruskan misi itu sampai akhirnya. 

Yang aku alami adalah Tuhan mengubah hati suamiku sehingga dia berkata: “Kalau hal itu memang membuatmu bahagia, aku pun bahagia.” 

Kata-kata ini bagiku adalah hadiah yang terindah dalam hidupku karena dia merelakan aku bekerja di ladang-Nya. 

Selain itu Tuhan juga memberikan kesempatan kepadaku untuk mencicipi sedikit teologi Katolik selama empat setengah tahun melalui “Extension Course of Theology”, Dia kirimkan dananya dan orang-orang hebat yang ada disekitarku, ada yang menjaga anak keduaku selama aku mengikuti kursus tersebut dan mendukungku dalam doa. 

Ketika aku mengikuti pengajaran di sana, aku sangat kagum dengan harta rohani yang dimiliki oleh Gereja Katolik. Sangat disayangkan, harta tersebut tidak diketahui secara luas oleh umat sehingga mereka yang aktif dalam kegiatan rohani, ada yang menjadi batu sandungan bagi sesamanya, jika hati dan pikirannya belum disucikan oleh-Nya.

- Dalam menjalankan misi itu Tuhan tidak meminta sesuatu yang tidak kita punyai. Yang aku alami adalah sejak kecil aku menyukai kata-kata bijak dan cerita bermakna. Sekarang tugasku hanya membaca dan membaca, pada saat makalah itu aku butuhkan, Dia mengingatkanku. 

- Mengapa ada iri hati, cemburu dan egois pada A-E? Karena mereka mengalami luka batin akibat kurang merasakan kasih dari orang-orang yang berada disekitarnya. 

Hal ini dapat diatasi jika kita mau mendoakan mereka sehingga mereka terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka. 

Jadi, doakanlah mereka sehingga Tuhan melawatnya dan mereka terbebas dari masa lalu yang gelap. Salah satu cara dengan berdoa “Rosario Pembebasan”. 

- Oleh karena aku mengetahui kebenaran ini, maka setiap mengikuti Perayaan Ekaristi, aku selalu memohon: “Tuhan, ampunilah dosa-dosaku, sucikan hati dan pikiranku agar aku layak menjadi pancaran kasih-Mu.” 

Karena tanpa hati dan pikiran suci, kita mudah terjebak dalam kekecewaan yang mengakibatkan menjadi batu sandungan pada saat kita melayani, baik terhadap keluarga maupun terhadap setiap orang yang kita jumpai. 

Agar kuat dalam menjalankan misi, ayat-ayat di bawah ini aku tanamkan dalam hatiku, yaitu 

1. Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2); 

2. Aku menanam …, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor 3:6); 

3. Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan. Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan jangan gelisah pada waktu malang. Berpautlah kepada Tuhan, jangan murtad dari padaNya. Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja, hendaklah sabar. Sebab emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan (Sir 2:1-5). 

4. Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat 28:20).

- Aku menyadari panggilanku, yaitu diberkati dan menjadi berkat (KGK 1669; 1 Ptr 3:9), maka aku memberanikan diri berdoa: “Hati Yesus yang mahakudus, aku menyerahkan diriku pada hati-Mu yang mahakudus pada hari ini. Kuasailah seluruh kepribadianku, ubahlah aku menjadi seperti Engkau, jadikan tanganku tangan-Mu, kakiku kaki-Mu, hatiku hati-Mu. Ijinkanlah aku melihat dengan mata-Mu, mendengar dengan telinga-Mu, berkata-kata dengan bibir-Mu, mengasihi dengan hati-Mu, memahami dengan pikiran-Mu, melayani dengan kehendak-Mu dan mengabdikan seluruh kepribadianku, jadikan aku serupa dengan Engkau …” 

Berkat doa ini, aku benar-benar diperlihatkan ada banyak wajah yang tidak bersukacita ketika pulang dari gereja, padahal mereka baru saja bersatu dengan Kristus. 

Kadangkala aku juga diperlihatkan wajah yang harus aku tolong. Aku belajar taat dan setia untuk melaksanakan hal baik yang telah ditanamkan dalam hatiku, tetapi kadangkala aku tidak mampu melaksanakannya karena keterbatasanku.

Ketika aku belajar setia dan taat kepada panggilanku, Dia selalu memperingatkan aku melalui doa sahabatku atau melalui mimpi suamiku sehingga aku tidak salah langkah dalam menjalani kehidupan ini.

Kasih adalah bentuk semua kebajikan. Di bawah pengaruhnya, kemurnian tampak sebagai latihan penyerahan diri. Pengendalian diri diarahkan kepada penyerahan diri. Kemurnian menjadikan seorang saksi bagi sesamanya tentang kesetiaan dan kasih Allah yang lemah lembut (KGK 2346)

Jika kalian telah mengecap kebaikan Tuhan, bagikanlah dengan cara menggandakan apa yang telah menjadi berkat bagi kalian. Jika hal ini tidak mungkin, doakan orang tersebut agar terlepas dari jerat Iblis sehingga dia mengenal kebenaran. 

Sebagai penjaga, kita harus menyembuhkan, memperhatikan, menasehati dan mengasihi orang-orang yang dikirimkan kepada kita, tetapi waspadalah jangan sampai kita terlena dan meninggalkan panggilan kita. Sebagai awam/biarawan kita harus tetap memegang komitmen kita, yaitu kesetiaan dalam panggilan. 

Seorang hamba Tuhan harus cakap mengajar, sabar, ramah terhadap semua orang, dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya (2 Tim 2:24-26)

Sekarang aku mengerti dengan panggilanku sebagai penerapi guasa, pembuat warta dan renungan kecil “Sarapan Pagi Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya.

- Sebagai penerapi guasa, aku banyak mendengar kecewaan seseorang karena mereka tidak mendapatkan kasih dari orang-orang sekitarnya. Karena itu impianku ingin menjadi penyembuh bagi mereka. 

- Sebagai pembuat warta, Tuhan tidak ingin aku terhilang dengan alasan sibuk dan sibuk dengan mengurus anakku yang kedua.

Melalui kedua karunia itu aku tahu bahwa Tuhan menginginkan aku mengenal kesehatan secara holitik, artinya secara menyeluruh, baik penyembuhan “roh, jiwa dan tubuh”. Agar roh, jiwa dan tubuh terpelihara dengan sempurna, kita harus memberi makan mereka dengan benar. 

- Roh makanannya firman Tuhan. 

- Jiwa makanannya “apa saja yang kita lihat dan dengar”, jiwa merekam apa saja yang kita lihat dan dengar. 

Dulu, sebelum aku mendapatkan damai-Nya, ketika perasaanku tidak nyaman, aku suka sekali terhanyut dengan lagu-lagu yang sesuai dengan perasaanku. 

Sekarang, aku tidak lagi mau mendengar lagu-lagu tersebut, karena ada perasaan muak di hatiku. 

Jadi, setiap pagi aku mendengarkan lagu-lagu yang dapat membangun jiwaku. Karena aku tahu kebenaran ini “Bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali (St. Agustinus)”. 

- Tubuh makanannya makanan dan minuman yang bergizi, selain itu diperlukan juga istirahat dan olah raga yang cukup.

- Tuhan tahu kelemahan manusia sehingga Dia mengutusku untuk membuat renungan kecil “Sarapan Pagi” agar aku tetap setia membaca Surat Cinta-Nya. 

Hal ini bukan hal yang mudah bagiku, karena aku bukan ahli Kitab Suci. Setiap hari aku mengalami kebingungan artikel apa yang harus aku sajikan, dengan pertolongan-Nya pikiranku diberinya inspirasi. 

Jadi, dalam menjalankan suatu perutusan ada harga yang harus dibayar, yaitu kita harus keluar dari zona nyaman kita, seperti yang aku alami: sering kurang tidur, jika keluar kota harus membawa buku panduan untuk membuat artikel yang dibutuhkan. 

Hal inilah yang menyebabkan tubuhku lelah, tetapi jiwaku tidak lelah karena aku selalu disegarkan oleh firman-firman-Nya sehingga aku mampu melaksanakan misi-Nya. 

Kekuatan yang berlimpah-limpah itu berasal dari Allah (2 Kor 4:7).

Kegembiraanku adalah ketika pembaca mengatakan bahwa artikel-artikel itu bermanfaat baginya, menyatakan kesalahan di masa lalunya dan ada juga yang dapat memberitahukan kepada keluarga besarnya untuk berdoa bagi saudaranya yang sudah meninggal. Di sinilah aku melihat kuasa firman sungguh-sungguh dapat mengubah hati seseorang. 

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16).

Kita adalah terang dunia, sebagai pelayan-pelayan-Nya yang telah menerima api kasih-Nya, kita wajib mewartakan ajaran sehat, ajaran Tuhan Yesus sehingga mereka yang dilawat-Nya dapat melihat kemuliaan Allah. 

Marilah kita satukan nyala api kecil yang ada pada kita sehingga menjadi obor Allah yang dapat mengubah dunia ini menjadi lebih baik.

Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala. Api melambangkan daya transformasi Roh Kudus. Jangan padamkan Roh (KGK 696; Luk 12:49; 1 Tes 5:19).

(Sumber: Warta KPI TL No.120/IV/2014).