Kamis, 09 Maret 2017

Santo Ignatius Loyola



Lima puluh kilometer dari kota San Sebastian Utara Spanyol, terhamparlah lembah yang kecil dan indah yakni lembah Iraurgi. Di tengah lembah Iraurgi, di tepi sebuah sungai, berdirilah dengan megahnya puri Loyola yang terkenal. 

Puri ini terdiri dari sekelompok bangunan yang mengitari rumah induk yang dianggap sebagai "rumah suci". "Rumah suci" ini adalah rumah nenek moyang keluarga yang "'tidak suci". 

Dari dua puluh empat keluarga bangsawan Bask, keluarga Loyolalah yang paling dibenci, daripada dicintai, lebih senang berperang daripada mengusahakan perdamaian. 

Di puri inilah, sekitar tahun 1491, lahirlah seorang anak yang mereka beri nama Inigo, yang kita kenal sekarang ini sebagai St. Ignatius Loyola. Ignatius mempunyai tujuh kakak laki-laki, lima perempuan. 

Ibunya, Dona Marina tidak begitu sehat, dan Ignatius diasuh oleh perawat tetangganya. Dona Marina meninggal pada waktu Ignatius berumur lima tahun. 

Sebagai seorang anak kecil, Ignatius menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mendengarkan cerita-cerita tentang leluhurnya. Sesudah berdoa rosario dan doa malam, Pangeran Loyola, Don Beltran, kepala keluarga besarnya mengisahkan cerita-cerita tentang orang-orang yang baru saja mereka doakan

Pangeran Loyola, ayahnya, menyerahkan Ignatius kepada bimbingan seorang imam, yang memberinya pendidikan dasar. Jika pelajaran telah selesai, Ignatius berlari-lari bermain di padang rumput, memanjat pohon, memetik apel atau mencari sarang burung. 

Ignatius juga menemani ayahnya mengunjungi sanak saudara, dan tanah pertanian serta peternakan domba milik keluarga

Dengan bepergian dan dengan melihat sendiri banyak hal, ia belajar banyak tentang kehidupan nyata

Ignatius tumbuh dewasa, tetapi tinggi badannya tidak seperti yang diharapkan ayahnya. Pada usia 15 tahun ia terlalu pendek untuk seumur itu. 

Meskipun benar-benar sehat, ia tak pernah tertarik untuk menjadi tentara. Mungkin inilah sebabnya mengapa ayah Ignatius mendorongnya menjadi imam seperti kakaknya. 

Meskipun namanya telah terdaftar sebagai calon imam, ia tidak pernah memakai pakaian klerik atau menunjukkan suatu kecenderungan untuk hidup membiara



Suatu hari, Juan Velazquez de Cuellar, menteri perpajakan Kerajaan Spanyol minta Pangeran Loyola untuk mengirim anak bungsunya, Ignatius ke rumahnya (dulu putra-putri Loyola juga dididik di lingkungan istana oleh keluarga bangsawan yang masih berhubungan keluarga dengan mereka). Velazquez mendidik Ignatius dan membesarkannya seperti anaknya sendiri dan juga menolongnya tenang tentram dalam hidupnya. 

Tahap demi tahap, Ignatius mempelajari tata-krama dan sopan santun istana. Tugas pokoknya adalah membantu Menteri Perpajakan sebagai sekretaris. Di sinilah ia mempunyai kebiasaan membaca buku-buku kepahlawanan, buku-buku novel zaman itu. 

Seorang yang tinggal di istana harus memiliki iman kristen yang dalam, setia pada raja, memiliki rasa bangga akan tugas yang diberikan, percaya diri dan mempunyai watak murah hati

Ia juga sopan terhadap wanita. Setiap anak muda laki-laki harus dapat main pedang dan belajar memainkan beberapa alat musik. Ignatius mempelajari semuanya. 


Tetapi ia berpantang tidak bermain musik pada hari Jumat untuk menghormati sengsara Yesus dan pada hari Sabtu untuk menghormati Bunda Maria

Yang terpenting baginya ialah tidak akan pernah berkata bohong, atau tidak akan menggunakan nama Tuhan untuk bersumpah

Sayang sekali, Ignatius pelan-pelan mengambil sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji. Ibaratnya suatu lapisan tebal debu istana melekat pada diri anak muda dari gunung ini. 


Kesombongan, kebanggaan, dan hasrat untuk meraih keagungan dan kenikmatan segera menjadi faktor yang menggerakkan hidupnya. Ia senang dengan kehidupan tentara; ia memamerkan pedangnya, dan senang sekali berkelahi serta selalu menonjolkan diri



Ia sangat menaruh perhatian bagaimana berpakaian bagus, dan secara khusus ia memelihara rambutnya yang panjang. Kecuali itu ia sangat gemar merayu wanita-wanita cantik. Tetapi di dalam dirinya memperhatikan banyak kebajikan


Maria Velasco (bibi Ignatius) sering menasehati Ignatius, tetapi nasehatnya tidak pernah digubris dan suatu hari Maria Velasco dengan sangat jengkel berkata kepada Ignatius: "Ignatius, kamu tidak akan pernah mempunyai pengertian yang mendalam atau maju berkembang sampai seseorang mematahkan kakimu." 


Pada umur 20 tahun, Ignatius mengejar kemahsyuran, ia sangat cemas karena orang-orang menjauhinya. Tentu saja hal ini melukai harga dirinya. karena ada bau busuk dari hidungnya. suatu penyakit yang tidak ada obatnya pada waktu itu. ia mendatangi semua dokter dan mencoba semua obat. Akhirnya. bau busuk itu hilang dengan sendirinya. 



Pada umur 26 tahun. Ignatius memulai kariernya sebagai anggota staf raja muda Navarra. Dalam angan-angannya muncul terutama keinginan untuk menjadi prajurit yang menonjol. Dalam diri kaisar muda itu, Ignatius menyaksikan seberkas harapan untuk mewujudkan impian-impian duniawinya. 

Ignatius menanggung tiga kali percobaan pembunuhan dalam hidupnya. tetapi kemudian ia membalas menyerang dengan cara yang lain yaitu dengan cinta dan kesabaran

Menyadari bahwa garnisumnya terlalu kecil dan bahwa rakyat tidak dapat diandalkan. Gubernur lalu pergi meninggalkan kota

Sebaliknya Ignatius berpendapat lain. Ia membesarkan hati kapten untuk berperang dari benteng dan kalau perlu siap sedia mati bagi raja dan negara.

Andre de Foix muda. komandan tentara Perancis mencoba meyakinkan Ignatius untuk bekerjasama dan menyuruh tentaranya menyerah. Tetapi Ignatius menolak menyerah dan terus bertahan dengan tentaranya di benteng


Seorang prajurit dilatih untuk berjuang dan bertempur. bukan meninggalkan lapangan pertempuran.

Pertempuran berlangsung selama 6 jam dipenuhi dengan serangan meriam Prancis ke seluruh jurusan. Ignatius jatuh ketika sebuah peluru meriam meretakkan kaki kanannya di bawah lutut dan melukai kaki kirinya. Tentara lainnya yang kehabisan tenaga atau terluka takluk seketika. 


Mungkin karena perintah Foix. tentara-tentara Prancis merawat Ignatius dengan penuh hormat dan mengagumi keberaniannya dalam bertempur. Untuk menyatakan rasa terima kasihnyaIgnatius memberikan pedang dan miliknya yang lain kepada mereka

Sesudah para dokter dengan kemampuan mereka yang ada mengobati kakinya untuk jangka waktu 15 hari. lalu Ignatius dibawa dengan tandu ke rumah Loyola melalui jalan yang sepi, naik turun untuk menghindari penyerangan musuh. Sesudah 15 hari perjalanan, mereka sampai di rumah Ignatius. 

Sudah satu bulan Ignatius terluka, tetapi kakinya belum sembuh secepat yang ia harapkan. Ia tidak sabar, ingin kakinya cepat sembuh dan dapat mengulangi lagi hidup duniawinya seperti masa lalu

Dokter-dokter terbaik telah dipanggil dan semua berpendapat bahwa tulang di bawah lututnya tidak tumbuh semestinya. 

Kemungkinan dokter-dokter Prancis tidak meletakkan tulang itu pada tempatnya atau gerak naik turun selama perjalanan menghambat proses penyembuhan. 

Para dokter setuju tulang-tulangnya harus ditata lagi. Ini berarti tulang-tulang itu harus dipatahkan lagi. Ignatius menyerahkan dirinya kepada "penjagal" tanpa mengaduh. Ia hanya mengepalkan tangan sekuat tenaga. 

Operasi itu sangat membebani tubuhnya, sehingga Ignatius sakit keras. Pada pesta St. Yohanes rupanya tidak ada harapan baginya. Ia menerima sakramen pengurapan orang sakit

Pada pesta St. Petrus dan Paulus, tepat pada waktu para dokter putus asa Ignatius berangsur-angsur sembuh. Ia percaya ini semua berkat devosi dengan perantara St. Petrus. 


Sementara proses penyembuhan berlangsung, persoalan lain muncul. Kaki kanannya menjadi lebih pendek dan tulang di bawah lututnya menonjol ke luar

Hal ini tidak patut terjadi pada orang seperti Ignatius yang sangat memperhatikan wajah tampannya. Keadaan cacat tidak akan memungkinkannya memakai sepatu tinggi mengkilap yang sedang mode waktu itu. 

Ia akan kelihatan jelek kalau menghadiri pesta atau pertemuan-pertemuan yang ingin ia hadiri. Karenanya perlu diambil tindakan, bahkan jika perlu tulang menonjol itu harus dipotong. 

Siapa saja pasti akan takut menghadapi operasi ketiga pada penyakit yang sama. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi Ignatius agar ia tetap tampan. 

Sesuai dengan keinginannya, tulang yang menonjol itu digergaji. Sekali lagi ia mengepalkan tinjunya dan dengan tenang menahan rasa sakit. 

Kakinya yang dioperasi dijulurkan dengan diberi beban berat untuk mencegah agar tidak menjadi lebih pendek daripada kaki lainnya. 

Untuk menghabiskan waktu berjam-jam dalam kesendirian dan kebosanan di kamarnya, Ignatius minta beberapa buku untuk dibaca. 




Hanya dua buku yang dapat ditemukan dalam seluruh rumah, yaitu buku tentang kehidupan Kristus dan buku lain tentang kehidupan para kudus. Meskipun buku-buku ini tidak sesuai dengan seleranya, Ignatius membacanya juga. 



Ketika membacanya, hati dan pikirannya pelan-pelan dirasuki oleh impian-impian dan dambaan-dambaan baru yang mendatangkan hiburan rohani yang mengherankan hatinya



Dampak dari membaca buku-buku suci adalah hiburan rohani yang lama menetap di dalam hatinya. Hiburan rohani ini memberi dorongan-dorongan kuat kepadanya untuk melakukan hal-hal besar yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam buku-buku suci yang ia baca dan membuat hal-hal besar yang ingin ia lakukan terasa mudah dilakukan



Berkat kebesaran hatinya untuk mau menerima pengalaman-pengalaman rohani baru dari membaca dua buku tersebut, terjadilah perubahan dalam hidupnya. Di sinilah Tuhan mengawali pembimbingan-Nya secara khusus bagi pertobatan Ignatius. Masa penyembuhan fisik itu ternyata menjadi penyembuhan batin, menjadi awal masa pertobatannya


Ignatius tidak berhenti hanya membaca tetapi lebih mendalami membaca, merefleksi, meringkas dan mencatat apa saja yang ia baca; membaca tanpa membuat catatan akan cepat lupa

Ia memasuki suasana dialog dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Sebagian waktunya digunakan untuk menulis dan sebagian waktu lainnya untuk berdoa. Inilah cara dia melihat dan menilai hidup dan caranya mempersiapkan diri untuk sampai kepada Tuhan melalui jalan yang singkat (kontemplasi di dalam aksi). 


Tipe manusia sesudah bertobat, tulisan tangannya mengungkapkan hidupnya. bersedia mengerjakan apa saja bahkan mengerjakan sebaik-baiknya hal-hal yang sama sekali kurang penting, karena semuanya adalah besar dan penting di mata Tuhan yang melihat segala sesuatu

Hidup rohani orang beriman memerlukan sarana rohani berupa Kitab Suci, buku doa, rosario, nyanyian, dan buku bacaan rohani

Buku bacaan rohani dapat berperan sebagai pembentuk kehidupan rohani seseorang dalam peziarahan hidupnya.

Pembentukan kehidupan rohani terjadi lewat perjumpaan secara kontemplatif dengan pribadi-pribadi lain yang kaya pengalaman-pengalaman rohani sebagaimana ditemukan dalam bacaan-bacaan rohani.


Berkat bacaan rohani perspektif hidup orang dapat diperdalam, dipertajam, dan diolah menjadi lebih matang. Orang yang rajin memanfaatkan sarana ini mampu membebaskan diri dari suasana hidup yang monoton dan membosankan karena banyak inspirasi rohani dapat digali sehingga hidup menjadi lebih kreatif

Sementara dampak dari membaca buku-buku kepahlawanan adalah hiburan sesaat, lamunan-lamunan berkepanjangan, mimpi-mimpi yang amat tinggi (dapat bertemu dengan seorang gadis bangsawan yang cantik, jatuh cinta padanya dan mengulang kata-kata yang akan diucapkan kalau ia bertemu nanti), dan ketika sadar bahwa mustahil memenuhi mimpi-mimpi ini, tinggallah ia dalam kekeringan dan ketidakpuasan besar


Ignatius terkejut akan penemuannya itu. Ia lalu bertanya dari manakah asal dua macam perasaan itu. Sesudah berpikir lama, ia lalu tahu bahwa dua perasaan itu disebabkan oleh dua daya kekuatan yang berbeda yang saling memperebutkan jiwanya

Ada daya kekuatan yang baik dan ada yang jahat; yang berasal dari Tuhan, yang lain dari setan

Ia memutuskan untuk meneladan para kudus dan berbuat banyak seperti mereka. Ia juga menyadari bahwa Yesus Kristus, sungguh Allah sungguh manusia, Penyelamat dunia, adalah satu-satunya Raja. Hanya Dialah yang pantas menerima semua pengabdian dan cinta kita. 



Suatu malam, dalam keadaan berjaga, ia mendapat penglihatan ibu Maria beserta kanak-kanak Yesus. Dari penglihatan ini ia mendapatkan hiburan yang amat besar dalam waktu lama

Selanjutnya ia merasa muak sedemikian besar terhadap seluruh masa hidupnya yang telah lewat, teristimewa terhadap pekara-pekara kedagingan, hingga di tempat itu dan pada saat itu tampaknya terbebas dari semua khayalan yang dulu menyibukkan pikirannya. 

Sejak saat itu, Maria, bunda Yesus sajalah menjadi satu-satunya wanita baginya yang patut menerima cinta dan pengabdian. 

Sudah sembilan bulan Ignatius berbaring dengan kakinya yang patah; selama waktu inilah ia lahir kembali. Demikianlah "ramalan" Maria Velasco terpenuhi

Selama masa penyembuhan, kalau sudah dapat berjalan ia segera akan pergi ke tempat peziarahan Maria tidak jauh dari rumahnya, untuk sekedar berdoa. 

Kakaknya Martinus, yang curiga melihat perubahan dalam kehidupan rohani Ignatius, suatu hari mengajaknya melihat-lihat kamar-kamar dalam rumah dan mencoba membuat Ignatius menyadari akan pelbagai kesukaran yang akan dihadapinya dalam cara hidup yang sedang ia pikirkan

Ia menggambarkan masa depan sukses duniawi yang sangat menyenangkan sebagaimana ia rindukan. Sebab menurut Martinus, Ignatius sudah mempunyai banyak hubungan baik di masyarakat, terutama di istana, dan memiliki pengalaman luas dalam hal urusan negara. Lagi pula dengan menjalani hidup demikian itu, ia akan menambah kemasyuran puri Loyola! 

Ignatius mendengarkan semua itu tersenyum dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia sudah membuat suatu ketetapan dalam hatinya dan akan mengesampingkan setiap usaha dari pihak luar untuk mencampuri masa depan hidupnya. 

Ia telah memutuskan untuk berziarah ke Tanah Suci untuk mengenangkan kembali hidup Yesus. Ini adalah rahasia, yang menurut perasaannya tidak perlu diceritakan kepada siapa pun. 

Pada akhir bulan Februari 1522 dengan alasan untuk membicarakan beberapa masalah dengan mantan atasannya, mantan raja muda Navarra, Ignatius meninggalkan rumah. Saudaranya yang menjadi imam dan dua orang pelayannya menemaninya. 

Di tengah perjalanan, ia mengajak saudaranya untuk melewatkan malam dengan berdoa di dalam gereja Aranzazu di muka patung Maria, pelindung daerah itu. 

Di sini Ignatius mengucapkan kaul kemurnian dan mohon pertolongan Maria agar dapat melaksanakannya. Kemudian ia mengucapkan selamat tinggal kepada kakaknya serta pelayan-pelayannya, dan dengan mengendarai keledai ia pergi menuju Najera. 

Adipati Najera sangat bahagia bertemu dengan Ignatius lagi. Ketika pegawainya melaporkan tidak ada lagi uang sepeser pun untuk membayar gaji Ignatius sebagai tentara, adipati menjawab bahwa kalau tidak ada uang untuk membayar orang-orang lain, selalu ada uang untuk seorang keluarga Loyola. 

Adipati itu ingin menghadiahi Ignatius, jika ia mau menerimanya, suatu kedudukan yang baik sebagai balas jasa untuk pengabdiannya di masa lalu. 

Setelah memperoleh pembayaran gajinya, Ignatius lalu menyelesaikan rekening dan pembayaran, dan menyumbangkan uang sisanya untuk perbaikan kapel Bunda Maria

Di satu kota menuju ke Montserrat, Ignatius membeli pakaian peziarah yang terbuat dari goni dan untuk kakinya yang luka ia membeli sepasang sepatu yang terbuat dari tali rami. 



Pada tanggal 21 Maret 1522, Ignatius sampai di MONTSERRAT, yang terletak tinggi di atas gunung. Keledainya ia tinggalkan di luar, lalu ia masuk ke dalam Gereja. 

Di situ ia menghabiskan waktu tiga hari untuk mempersiapkan pengakuan dosa secara tertulis dengan teliti karena ia ingin berdamai dengan Tuhan dan sesama serta kembali kepada Gereja yang kelihatan

Rahib Benediktin yang saleh, Jean Chanon, rahib tempat ia membuat pengakuan umum memperkenalkan praktek doa bermetode. 



Ia menyukai membaca buku "Mengikuti Jejak Kristus" (a Kempis), yang biasa ia sebut sebagai "mutiara di antara buku-buku rohani". 

Tetapi Allah, lebih dari manusia dan buku-buku. Allah menangani dia sebagaimana kepala sekolah menangani anak yang ia ajar

Pada malam terakhir, Ignatius memberikan pakaian-pakaiannya kepada seorang pengemis, dan mengenakan pakaian ziarah yang baru dibelinya. 



Semalam suntuk ia berlutut dan berdiri di hadapan patung Maria. Ia juga meletakkan pedang dan belatinya di depan altar

Pagi hari berikutnya, ia mengikuti misa dan menerima komuni. Kemudian ia menyerahkan keledainya kepada pertapaan dan pergi ke kota Manresa, yang terletak pada kaki gunung di seberang sungai Cardoner. 

Perubahan hidup terjadi berkat kerjasama dua belah pihak: Allah sebagai sumber hidup sekaligus pemilik kehidupan yang sejati dan kita sebagai penggarap atau pengolah tanahnya

Di MANRESA, Ignatius tinggal di beberapa tempat, di kamar yang disediakan oleh pater-pater Dominikan di dalam biara mereka, di sebuah rumah sakit, di sebuah gua dan di beberapa rumah pribadi. 

Beberapa wanita yang baik hati menyediakan makanan dan memperhatikan kebutuhan Ignatius lainnya. Tetapi ia merendahkan dirinya dengan meminta-minta dan membagikan makanannya kepada pengemis-pengemis lain

Sedikit demi sedikit orang-orang di tempat itu mulai menunjukkan kasih sayang kepadanya. Selain meminta-minta, ia lebih sering berdoa lama. Anak-anak memanggilnya "orang suci" atau "orang yang berpakaian goni". 

Maksud kedatangannya di Manresa adalah untuk tinggal beberapa hari di sebuah rumah sakit dan menuliskan dalam buku hariannya pengalaman-pengalaman rohaninya di Montserrat. 

Dari Manresa ia mempunyai rencana untuk pergi ke Barcelona dan Palestina. Tetapi karena berbagai alasan, ia tinggal di Manresa selama sebelas bulan [(1) para pengemis dilarang masuk Barcelona, kota pelabuhan, karena ditakutkan menularkan wabah penyakit. (2) Paus yang izinnya dibutuhkan untuk dapat pergi ke Tanah Suci, diperkirakan melewati Barcelona dalam perjalanannya ke Roma]. 

Selain praktik-praktik devosinya, ia juga mencurahkan tenaganya untuk melakukan karya amal kasih terhadap orang miskin dan orang sakit. 

Kerasulan pokoknya adalah kerasulan percakapan yang mampu merebut kehendak baik orang-orang Manresa. Ia rajin mencari orang-orang yang dapat ia ajak bercakap-cakap mengenai topik-topik rohani.



(lih. Nubuat)



Pada waktu itu hanya ada seorang wanita tua saleh yang dikenal sebagai hamba Tuhan di seluruh wilayah itu. Seusai bercakap-cakap, ia berkata: "Semoga Tuhan Yesus Kristus pada suatu hari nanti menampakkan diri kepada anda!" 



Di Manresa, Ignatius meneruskan perjuangannya bagi keselamatan jiwanya. 


Proses evolusi batin Ignatius selama sebelas bulan



1. Masa tenang - mengalami kedamaian dan kegembiraan dalam batinnya 

Selama berjam-jam pengembaraannya, pikirannya senantiasa menghadap Allah dan perbuatan-perbuatan yang menurut bayangan akan ia capai dalam pengabdiannya. 

Karena ia tidak memahami apa arti kerendahan hati, amal kasih, kesabaran dan kewiwekaan (prilaku yang hati-hati dan penuh pertimbangan) yang diperlukan untuk menjalankan kebajikan-kebajikan ini, semua perhatiannya terpusat pada silih besar yang ia lakukan, sehingga dengan demikian ia menggunakan silih itu sebagai tolok ukuran kesucian, menjalani denda dosa dengan berpuasa, pantang daging dan anggur, kecuali hari Minggu

Pekerjaan utamanya adalah doa, setiap hari tujuh jam. Ia menghadiri Misa setiap hari dan mengikuti nyanyian doa sore di gereja katedral (la Seo) atau di gereja Dominikan yang menimbulkan hiburan mendalam pada dirinya. 


Dalam percakapannya dengan orang lain yang ia jumpai ia mencoba berbicara mengenai hal-hal rohani. Sisa harinya ia gunakan untuk menekuni perkara-perkara Allah, merefleksikan apa yang ia meditasikan atau ia baca

Ia hidup dari derma. Rambutnya dibiarkan tumbuh apa adanya. Ia tidak memotong kuku jari tangan atau kuku jari kaki, padahal dahulu ia sangat memperhatikan kerapiannya. 


2. Perjuangan batin melawan keraguan dan skrupel (rasa berdosa berlebihan atas dosa masa lalu) 

Suasana tenang pada bulan-bulan pertama berubah menjadi pertempuran batin yang menakutkan. 

Keragu-raguan senantiasa menyerang dia: "Macam kehidupan baru apa gerangan yang sedang kamu jalani sekarang ini?" "Bagaimana mungkin kamu dapat menghayati hidup ini selama 70 tahun sisa masa hidupmu?" 

Tetapi Ignatius mengenali bahwa pertanyaan ini berasal dari musuh. Dan ia di dalam batin menjawab dengan kuat sekali: "Hai jahanam, dapatkah kamu menjanjikan hidup satu jam saja kepadaku?" 

Dan dengan jawaban itu ia mengalahkan godaan dan ia tetap tenang karenanya

Yang lebih menakutkan dan lebih berlarut-larut adalah pergulatannya melawan skrupel. Keragu-raguannya menyangkut pengakuan-pengakuan masa lalu. 

Sungguhpun dengan rajin telah membuat pengakuan umum di Montserrat dan mengulang pengakuan pengakuannya di Manresa, ia diserbu oleh keraguan jangan-jangan ia telah melalaikan suatu dosa atau tidak cukup menjelaskan dosa-dosa yang ia akukan. Ia membuat pengakuan-pengakuan lebih lanjut, tetapi tidak mendapat ketenangan. 

Di tengah situasi menakutkan ini ia tidak melalaikan tujuh jam doanya atau latihan-latihan rohani yang ia jalani

Pada suatu hari, pada saat godaan besar, ia dengan lantang berseru: "Tolonglah aku, ya Tuhan. aku tidak dapat menemukan pertolongan di tengah manusia atau di tengah makhluk mana saja. Tunjukkan kepadaku, ya Tuhan, di mana aku dapat menemukan pertolongan." 



Gangguan kadangkala meningkat hingga menjadi kegelisahan yang menyiksa dengan godaan mendadak untuk melakukan bunuh diri dengan melemparkan diri lewat lubang besar di kamarnya. 

Tetapi karena sadar bahwa bunuh diri adalah dosa, ia berseru lantang: "Tuhan, aku takkan berbuat sesuatu yang menghina Dikau." (lih. Roh Baik dan Roh Jahat).

(Sumber: Warta KPI TL No. 122/VI/2014).



Pada suatu hari ia ingat akan adanya bacaan bahwa ada seorang santo yang hidup tanpa makan hingga mendapatkan anugerah yang sangat ia dambakan dari Allah

Maka ia lalu memutuskan untuk mengikuti teladannya. Selama satu minggu ia tidak makan sesuap pun. tetapi ia tetap melakukan tujuh jam doa beserta latihan-latihan rohani lainnya. 

Bapa pengakuannya memerintahkan untuk menghentikan puasanya yang berlebihan. Tiba-tiba ia dibebaskan dari penderitaan-penderitaan nurani ini

Dari pelajaran-pelajaran yang oleh Allah diberikan kepadanya. ia telah mendapatkan pengalaman mengenai aneka macam roh. maka ia lalu mulai mencari sarana-sarana yang digunakan oleh roh itu. Dengan demikian ia mengambil keputusan untuk tidak mengakukan sesuatu dari masa lalunya lagi. 

Sejak hari itu dan serterusnya ia bebas dari skrupel dan ia merasa pasti bahwa Tuhan kita melalui kemurahan-Nya telah berkenan membebaskan dirinya

Siksaan mengerikan itu telah bermanfaat untuk menyelesaikan pekerjaan pemurniannya dan mengubah Ignatius menjadi guru yang berpengalaman dalam seni menyembuhkan skrupel.



3. Ia menerima pencerahan ilahi yang mengagumkan dan menyusun Latihan Rohani (lih. Latihan rohani).

Pada suatu hari ketika sedang mendaraskan Ibadat Harian. ia melihat Tritunggal Mahakudus dalam wujud tiga bilah organ. sehingga ia tidak dapat mengendalikan diri. mencucurkan banyak air mata serta terisak-isak. 

Pada pagi hari itu ia ikut prosesi yang berangkat dari gereja dan sepanjang waktu ia tidak dapat mengendalikan air matanya hingga jam makan siang. dan bahkan setelah makan siang pun ia tidak henti-hentinya berbicara mengenai Tritunggal Mahakudus. dan itu ia lakukan dengan aneka ragam perbandingan.

Pada suatu kesempatan. di dalam pemahamannya. disertai kegembiraan rohani yang besar. digambarkan bagaimana Allah menciptakan dunia






Penampakan dalam akal budi lainnya terdiri atas penglihatannya yang terjadi dengan jelas bagaimana Yesus Kristus hadir di dalam Sakramen Mahakudus

Pada banyak kesempatan ia dengan mata hatinya melihat kemanusiaan Kristus. Banyak kali pula ia melihat Bunda Perawan. dalam bentuk rupa.

Pada suatu hari. karena terdorong oleh devosinya. ia pergi ke sebuah gereja yang jauhnya hanya satu mil dari Manresa. Jalan itu mengular sejajar dengan sungai. Sewaktu ia mengadakan perjalanan itu. karena terserap oleh devosinya. ia lalu duduk sebentar dengan wajah menghadap ke sungai yang curam. 

Ketika ia duduk di sana. mata pikirannya mulai terbuka (pencerahan pikiran. diberi firasat). Peristiwa itu bukanlah peristiwa ia melihat suatu penampakan. tetapi ia memahami dan mengetahui banyak hal. hal-hal rohani maupun hal-hal mengenai iman dan pengetahuan.

Akibat dari pengalaman yang luar biasa ini. Ignatius lalu mengurangi laku denda atas segala dosanya. merasa lebih percaya diri. dan mulai menolong orang lain agar semakin dekat pada Tuhan

Meskipun ia belum belajar apa pun. ia menulis semua pengalamannya dalam sebuah buku berjudul "Latihan Rohani".

Suatu hari pada hari Sabtu. ketika ikut doa malam di sebuah kapel. Ignatius jatuh pingsan. dan selama delapan hari tidak sadar. Hanya denyut nadinya menunjukkan bahwa ia masih hidup

Nampaknya ia sudah hampir meninggal. sehingga beberapa orang telah menyiapkan penguburannya. Pada hari Sabtu berikutnya. pada waktu yang sama untuk doa malam. Ignatius membuka matanya. dan dengan suara lembut ia mengucapkan Nama Kudus Yesus.




Pada suatu hari. sewaktu Ignatius duduk di antara anak-anak dalam sebuah gereja mendengarkan kotbah. seorang ibu memandangi wajahnya yang bersinarTerdengarlah suara dalam hatinya: '"Panggil dia. Panggil dia." 

Ketika kotbah telah selesai. ibu itu memanggil Ignatius keluar dan setelah menanyakan rencananya, ia menawarkan bantuan kepadanya. 

Ignatius bermaksud untuk menumpang kapal kecil yang segera akan meninggalkan pelabuhan. tetapi ibu itu mendesaknya untuk naik kapal yang lebih besar. dan untunglah Ignatius mendengarkannya. 

Tidak lama setelah meninggalkan pelabuhan. kapal kecil itu tenggelam. Penyelenggaraan ilahi telah menyelamatkan.

Ignatius ingin menempuh perjalanannya tanpa membawa uang dan tanpa membawa bekal. Tetapi karena perintah tegas dari kapten kapal dan berkat pertolongan ibu yang baik hati itu. akhirnya ia bersedia membawa roti kering


Tetapi sebelum ia naik kapal. ia mendapati dalam sakunya enam logam mata uang. Ia berpikir membawa uang berarti kurang percaya kepada pertolongan Tuhan. maka tanpa berpikir lebih lanjut. ia meletakkan keenam mata uang itu di atas bangku kapal. Sebab harta kekayaan yang paling berharga. yang ia cari adalah cinta kasih. iman dan pengharapan kepada Allah.

Ignatius meninggalkan Barcelona pada tanggal 16 Maret 1523. Laut amat ganas dan penuh bahaya. Lima hari kemudian. mereka tiba di Gaeta Italia. 1000 km dari Barcelona. Pada malam hari. mereka telah sampai di kota terdekat. 

Tetapi mereka tidak dapat memasuki kota. sebab pintu gerbang kota itu tertutup. Malam itu mereka habiskan dengan tinggal di sebuah gereja. 

Pagi harinya ternyata pintu gerbang kota tidak dibuka. sebab ditakutkan terjangkitnya wabah pes. Ignatius sudah kehabisan tenaga dan tidak dapat berjalan lebih jauh. tertinggal di belakang sementara yang lain tetap terus berjalan. 

Kemudian pada siang hari banyak orang ke luar kota. Di antara mereka ada seorang wanita terpandang, Ignatius menjelaskan keperluannya kepada wanita itu. 

Dan wanita itu lalu mengizinkan Ignatius memasuki kota dan meminta-minta. Ignatius tinggal dalam kota selama tiga hari. 

Sesudah kesehatannya pulih kembali, ia lalu pergi ke Roma dan sampai di kota Roma pada hari Minggu Palem 29 Maret 1523. 

Dalam dua hari. Ignatius berhasil memperoleh izin Bapa Suci pergi ke Yerusalem. Selama Minggu Suci ia mengikuti kebaktian di pelbagai gereja. 

Setelah menghabiskan hari Minggu Paska di Roma. ia lalu meneruskan perjalanannya ke kota Venesia. tempat ia akan menumpang kapal peziarah.

Masyarakat Spanyol di Roma membantu Ignasius memberi sedekah agar dapat melaksanakan rencananya pergi ke Tanah Suci



Tetapi, tergerak oleh keinginannya untuk menjadi miskin seperti Kristus. ia memberikan uang itu kepada orang miskinsementara itu ia meneruskan perjalanannya dengan meminta-minta dan mempercayakan dirinya kepada Tuhan

Dalam keadaan lelah dan badannya kurus. ia dengan susah payah sampai ke gerbang kota Padua. Di Padua pada malam hari ia hanya tinggal di kolong langit. Malam itu Kristus menampakkan diri kepadanya dan menghiburnya. Akhirnya. sesudah empat minggu berjalan kaki dan mengemis. ia sampai di kota Venesia, perlabuhan perdagangan utara dengan Dunia Timur. Ia telah berjalan lebih dari 500 km dari Gaeta lewat Roma menuju Venesia.


Udara malam hari di Venesia sangat dingin. Pada suatu malam seorang bernama Marco Antonio Trevisano mendengar suara yang mengolok-oloknya karena ia tidur di tempat tidur yang nyaman. sedangkan hamba Tuhan di luar terbaring hampir mati kedinginan

Seketika itu juga ia bangun dan ditemani oleh pelayannya. pergilah ia keluar rumah dengan membawa obor untuk mencari hamba Tuhan itu

Setelah mencari di mana-mana. mereka menemukan Ignatius di serambi sebuah gereja menggigil kedinginan. Trevisano lalu membawa Ignatius ke rumahnya dan memberinya segala pertolongan yang ia butuhkan untuk memulihkan kesehatannya

Tetapi Ignatius tidak senang dengan perhatian dan penghormatan yang istimewa ini. Beberapa hari kemudian. Ignatius meninggalkan rumah Trevisano dan pergi tinggal bersama temannya orang Spanyol. Trevisano yang baik hati ini kemudian hari menjadi presiden republik Venesia.

Ignatius segera mencari informasi dan mendapatkan keterangan bahwa tarif perjalanan ke Yerusalem dengan kapal pesiar sebesar 15 dukat. Jumlah sebesar itu tidak dapat dibayar Ignatius

Berkat kebaikan presiden Republik Venesia. ia berhasil mendapat karcis gratis untuk menumpang kapal gubernur yang bernama Negrona. yang ditumpangi gubernur Cyprus yang baru. 

Menjelang keberangkatannya. Ignatius tiba-tiba terserang demam. Mengetahui sikap keras si sakit untuk melanjutkan perjalanan, dokter lalu berkata: "Jika ingin mati di kubur di laut, biarlah ia ikut." 

Ignatius tetap naik kapal. muntah-muntah beberapa kali dan segera merasa sehat. Dengan perbekalan yang diberikan peziarah lain. ia dapat memulihkan kesehatannya. 

Selama perjalanan. para awak kapal berkelakuan sangat tidak sopan. Ignatius memarahi mereka. Mereka tidak senang atas tindakan Ignatius itu. mereka lalu berkomplot untuk menurunkan Ignatius di pulau pertama yang mereka lewati

Tetapi sewaktu mendekati pulau itubertiuplah angin kencang dan memaksa kapal menjauh dari pulau itu. Sekali lagi. penyelenggaraan Allah telah menyelamatkannya.

Pada tanggal 15 Agustus 1523. kapal peziarah dengan dua puluh satu orang penumpangnya sampai dipelabuhan Jaffa di Palestina. 

Tetapi mereka diharuskan tetap tinggal di dalam kapal selama tujuh hari sampai izin mendarat diberikan oleh komandan Turki. Untuk perjalanan di darat, mereka harus berhenti selama dua hari di kota Rama untuk mendapatkan passport mereka dari komandan Turki. Para peziarah, meskipun dalam kelompok kecil, dikawal oleh seratus orang Arab bersenjata.



Tidak jauh dari tempat orang dapat melihat kota Yerusalem. dua orang pater Fransiskan menunggu dengan membawa salib. Para peziarah sangat bersuka cita ketika melihat kota Yerusalem. Ignatius dipenuhi hiburan rohani khususnya menerima penampakan Tuhan Yesus berkali-kali.

Pada hari terakhir mereka pergi ke Yeriko dan sungai Yordan. Seperti pada zaman Injil dulu. perjalanan ini melewati daerah kekuasaan perampok. 

Meskipun para peziarah berangkat pada waktu tengah malam. dua ratus orang berkumpul untuk mengawal mereka. Tiga puluh orang bertindak sebagai penunjuk jalan. Pada waktu menuruni jalan. beberapa orang Arab menembaki mereka. Di Yeriko mereka turun dari keledai mereka dan mulai makan pagi. 

Tetapi sekelompok orang Turki menyerang mereka dan mengambil makanan, minuman serta uang mereka. Siapa saja yang melawan mereka dipukuli.

Dari Yeriko mereka lalu pergi ke sungai Yordan, di sini beberapa dari mereka mandi, yang lain mencuci muka dan yang lain lagi berenang. 

Tiba-tiba muncullah sekelompok orang Turki yang mengambil pakaian-pakaian mereka serta barang apa saja yang terdapat dalam pakaian itu. Para peziarah lalu bergegas kembali ke Yerusalem.

Satu atau dua hari kemudian. lima ratus orang berkuda datang dari Damaskus di waktu malam mencoba memasuki penginapan para peziarah

Tetapi hari berikutnya mereka datang lagi dan membuka pintu dengan paksa, merampok seisi rumah dan mengambil apa saja yang dapat mereka ambil. Melihat hal itu para pater Fransiskan tidak mengizinkan semua peziarah pergi ke luar rumah.

Muncul di benak Ignatius untuk tetap tinggal selamanya di tanah Suci. Tetapi ketika ia memberitahu keinginannya itu kepada pembesar Fransiskan. ia lalu diberi tahu tentang banyak bahaya yang akan ia temui. Bukannya menjadi takut, Ignatius malah merasa ditantang untuk menghadapi semua bahaya itu

Kemudian pembesar Fransiskan tersebut menemukan akal: ia menyuruh Ignatius di bawah ketaatan untuk meninggalkan Tanah Suci serta dengan ancaman ekskomunikasi

Dan pembesar itu siap menunjukkan kepada Ignatius dokumen yang ditandatangani Paus yang memberinya kekuasaan tersebut jika Ignatius ingin mengetahuinya. Begitu mendengar nama PausIgnatius berhenti memaksakan keinginannya.



Pada hari terakhir di Tanah Suci. Ignatius ingin sekali melihat batu di mana Tuhan Yesus naik ke sorga. Menurut kepercayaan orang di atas batu itu Tuhan Yesus meninggalkan jejak telapak kakinya. 

Maka Ignatius lalu memisahkan diri dari kelompoknya dan pergi menuju Gunung Zaitun. Untuk dapat memasuki kapel. ia harus membayar pada penjaga. 

Karena ia tidak mempunyai uang. ia lalu memberi penjaga itu pisau lipatnya. Sedemikian tercekamlah ia dalam devosinya, sampai ia tidak memperhatikan dengan teliti jejak kaki Tuhan

Ketika ia meninggalkan kapel itu. ia lupa di sebelah mana telapak kaki kanan Tuhan dan di sebelah mana kaki kiri-Nya. Ia kembali lagi dan memberikan guntingnya kepada penjaga.



Perjalanan lewat darat sudah dialami sangat mengerikan oleh para peziarah. Tetapi ternyata perjalanan sepuluh hari pertama lewat laut jauh lebih buruk lagi 

[(1) nahkoda kapal lalai mengambil makanan dan air yang segar untuk persediaan. Akibatnya mereka mendapat rangsum sangat sedikit. (2) kapal yang mereka tumpangi kehilangan arah dan rupanya mereka akan menuju ke Afrika menjadi budak orang-orang Moor. (3) kapal mereka bocor sehingga mereka terus-menerus dalam bahaya maut].

Akhirnya mereka mendarat dari kapal pembawa celaka itu di Cyprus. dan mendapatkan tiga kapal yang akan berlayar. Kapal pertama milik orang-orang Turki; kapal kedua yang besar milik orang Kristen. dan kapal ketiga yang kecil milik orang Kristen lain. 

Para teman peziarah Ignatius memuji-muji kesucian dan kesalehannya dan meminta dengan sangat kepada pemilik kapal yang besar untuk mengizinkan Ignatius ikut berlayar tanpa bayar

Tetapi pemilik kapal itu menjawab jika Ignatius sungguh orang suci, ia akan dapat berjalan di atas air seperti orang-orang suci umumnya

Mereka kecewa, lalu mereka mendekati pemilik kapal yang kecil dan pemilik kapal ini dengan senang hati mengizinkan Ignatius naik kapalnya tanpa bayar.

Pada siang hari ketika ada angin, mulai berlayarlah kapal-kapal itu. tetapi pada sore hari terjadilah angin ribut yang besar sehingga ketiga kapal yang berlayar bersama terpisah satu sama lain

Kapal orang Turki itu tenggelam dan tak seorang pun selamat

Kapal besar milik orang Kristen juga tenggelam tetapi para penumpangnya dapat diselamatkan

Sedang kapal yang kecil berlayar terus menembus badaimengalami saat-saat sulit. tetapi sampai di Venesia dengan selamat.


Ignatius kembali ke BARCELONA dengan niat yang pasti: ia akan belajar demi menyelamatkan jiwa-jiwa

Ibu Juan Pascual menawarinya satu kamar di rumahnya tanpa bayar. Ibu-ibu lainnya juga menyatakan kesediaan mereka untuk menolongnya. 

Seorang guru. Ardevolmengajar tata bahasa pada Ignatius di sekolahnya tanpa bayar

Ignatius sudah berumur 33 tahun. sudah pantas menjadi ayah dari anak-anak teman belajarnya di sekolah. Seringkali pikirannya tidak dapat berkonsentrasi, karena dengan mudah pikirannya berpindah dari ingatan akan pelajaran-pelajarannya ke perkara-perkara rohani sehingga anak-anak kecil itu tertawa ketika murid tua itu berbuat salah

Suatu hari ia mengajak Ardevol ke sebuah gereja dan menceritakan kepada gurunya semua pikiran yang mengganggunya dalam belajar. Ia berjanji pada Ardevol, bahwa ia tidak akan menyerah pada godaan untuk menuruti pikiran hal-hal rohani selama belajar.

Ignatius tidur sekamar dengan Juan Pascual. Ia selalu menyuruh Juan pergi tidur lebih dulu. sementara ia sendiri berlutut di tempat tidurnya untuk berdoa

Seringkali Juan Pascual berpura-pura telah tidur. tetapi sebenarnya ia memperhatikan Ignatius. Ia melihat ruang tidurnya sering dipenuhi cahaya, dan Ignatius dalam keadaan ekstase terangkat di atas lantai berseru: "Tuhan, Engkau sungguh mahabaik, karena Engkau begitu sabar membimbing aku seorang pendosa ini."

Sesudah dua tahun. Ardevol mengatakan kepada Ignatius. bahwa ia telah cukup belajar bahasa Latin untuk dapat belajar bidang sastra di universitas Alcala.



Sekitar akhir bulan Maret tahun 1526. Ignatius tiba di kota ALCALA. Beberapa waktu kemudian. Ignatius tiba-tiba dimasukkan ke dalam penjara selama empat puluh dua harimeskipun tidak ada satu tuduhan pun terhadapnya. 

Ignatius dinyatakan tidak bersalah. tetapi ia dilarang mengajar agama pada orang banyak sampai studinya selesai

Pada pertengahan bulan Juli 1527. Ignatius sampai di kota Salamanca. 200 km jauhnya dari Alcala. Ia berharap ketenangan untuk belajar sungguh-sungguh di universitas yang terkenal. Kenyataannya berbeda jauh: ia tinggal di sana hanya dua bulan.

Nama Ignatius dan para sahabatnya di Alcala telah terkenal di kalangan mahasiswa. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Ignatius dimasukkan dalam penjara bersama seorang sahabatnya. Mereka berdua bersama-sama diikat dengan satu rantai. 

Ketika seorang sahabat menaruh kasihan kepada mereka. Ignatius berkata kepadanya: "Rupanya tidak ada cukup borgol dan rantai di Salamanca yang dapat saya terima dengan senang hati demi cintaku kepada Tuhan." 

Mereka yang memeriksa Ignatius tidak menemukan kesalahan padanya maupun pikiran-pikirannya. Tetapi demi amannya, mereka melarangnya, seperti di Alcala, untuk mengajar agama kepada orang-orang sampai ia telah menyelesaikan studinya.

Sudah sejak semula. ia menyadari bahwa pengetahuan bahasa Latinnya tidak cukup baik untuk maju dalam bidang-bidang lain. Ia memutuskan untuk memulai lagi dari dasar

Maka ia duduk bersama dengan anak-anak lagi. dan belajar bahasa Latin mulai dari awal, studi ini berlangsung selama satu setengah tahun. 

Setelah menguasai bahasa Latin, ia melanjutkan studinya lagi. Pada tahun 1534 ia memperoleh gelar MA filsafat. Studi teologinya selesai dua tahun kurang sedikit karena kondisi kesehatannya yang tidak baik.

Beberapa bulan kemudian. setelah mempunyai uang lebih Ignatius lalu tinggal di kolese St. Barbara. Pada mulanya segala sesuatu berjalan lancar. 

Setelah beberapa waktu lamanya Dr. Penha tahu bahwa jumlah mahasiswa yang menghadiri kuliah perdebatan pada hari Minggu pagi sedikit demi sedikit berkurang

Tuduhan jatuh pada Ignatius. pendatang terakhir yang membawa para mahasiswa ke gereja Carthusian untuk mengaku dosa dan menerima komuni

Profesor itu tiga kali mengingatkan Ignatius untuk memperbaiki tingkah lakunya. Tetapi Ignatius tidak mau

Akhirnya masalah itu sampai pada pimpinan kolese. Dr. Gouveia. seorang berkebangsaan Portugis, yang mudah dipengaruhi orang lain.

Suatu hari tanpa disangka-sangka. pada waktu pelajaran. sesudah semua pintu rumah ditutup. bel rumah berbunyi. Setiap orang tahu arti buruk dari bunyi bel tersebut. dengan membawa tongkat pemukul, para profesor pergi ke aula untuk memberi hukuman berat pada mahasiswa pemberontak dengan disaksikan oleh seluruh kolese

Biasanya mahasiswa yang bersangkutan lalu menanggalkan pakaiannya sampai ke pinggang dan menerima pukulan tongkat sebagai hukumannya. Jika tidak mau menerima hukumanmahasiswa dapat dikeluarkan dari universitas.

Sewaktu bel berbunyi. Ignatius tahu bahwa saat yang baik telah datang. Ia tidak tahu apa yang harus ia buat dan sejenak terjadi pergulatan dalam hatinya

Kemudian ia pergi ke kantor pimpinan kolese, ia menjelaskan bahwa ia sudah siap menderita untuk Kristus. tetapi mereka harus memikirkan akibat buruk hukuman publik pada mahasiswa-mahasiswa yang lebih muda yang ia tolong dalam kehidupan iman mereka

Sebagai orang yang taat beragama. Dr. Gouveia tergerak oleh penjelasan Ignatius yang terus terang itu. ia lalu menggandeng tangan Ignatius menuju aula. Ia berlutut di depan kaki Ignatius dan meminta maaf atas apa yang akan ia perbuat terhadap Ignatius ... 

Semua, para profesor dan mahasiswa menjadi heran! Untuk selanjutnya. waktu untuk mengadakan diskusi pada hari Minggu diubah. dan para mahasiswa tetap melanjutkan kebiasaan pergi ke gereja Carthusian.




Beberapa kali Ignatius mencoba mengubah orang yang hidup dalam dosatetapi segala usahanya sia-sia. Akhirnya. ia mendapat akal. 

Pada suatu malam di musim dingin. ia berada dalam kolam air yang sangat dingin sampai sebatas lehernya. Di situ ia menunggu orang yang lewat mau pergi ke tempat pelacuran

Pada waktu orang itu munculIgnatius menegurnya atas jalan kehidupannya yang penuh dosa dan mengingatkan dia akan hukuman kekal yang patut diterimanya

Kecuali itu Ignatius rela untuk tinggal dalam air yang dingin itu demi untuk membuat silih bagi dosa-dosa orang tersebut. Orang itu sangat tersentuh oleh kata-kata Ignatiuslalu ia meninggalkan hidup dosanya.

Jika seseorang telah disentuh oleh Tuhan, muncullah sesuatu dalam hidupnya, dalam cara berpikir dan bertindak yang menampakkan kehadiran Tuhan.


(Sumber: Warta KPI TL No. 123/VII/2014)



Karena pengalamannya yang luas, Ignatius tahu seni memikat orang menjadi sahabat

Pandangan matanya yang tajam dan bersinar di bawah rambutnya yang jarang dan berwarna abu-abu menawan hati mereka dan memberikan mereka jaminan bahwa masalah mereka dapat dipahami

Banyak orang muda, di bawah bimbingan dan pengaruhnya, masuk ke berbagai ordo religius atau menjadi imam diosesan. 

Tetapi ada enam mahasiswa yang secara istimewa terkesan oleh rencananya di masa mendatang dan mengambil keputusan untuk menjadi sahabat-sahabatnya.



Orang pertama yang berteman dengan mahasiswa dari Bask ini adalah PETRUS FABER, yang berusia duapuluh tiga tahun, lima belas tahun lebih muda dari Ignatius

Petrus berasal dari pegunungan Alpen bagian Prancis. Semasa kanak-kanak, ia menjadi gembala domba-domba ayahnya di pegunungan yang indah itu, ia mencintai alam dan memiliki hati yang sederhana dan murni. Ia hampir menyelesaikan studi filsafatnya ketika Ignatius mulai studi filsafat. 

Atas nasihat pemimpin kolese, Petrus selalu siap-sedia mengulang pelajaran-pelajaran yang ada bersama Ignatius, kawan sekamarnya yang baru dan yang sedang mengalami kesulitan belajar

Kadang-kadang mahasiswa tua ini pelan-pelan mengalihkan pembicaraan tentang ciptaan di bumi ini ke Sang Pencipta dunia dan kebijaksanaan Ilahi-NyaSegera tutor muda ini sadar bahwa muridnya ini adalah seorang yang mempunyai keahlian tertentu. 

Akhirnya Petrus membuka hatinya kepada Ignatius dan mencurahkan seluruh keragu-raguannya, baik godaan-godaan skrupel maupun keinginan-keinginan baiknya

Pada umur duabelas tahun ia telah mengucapkan kaul keperawanan dan kaul untuk menjadi imam seperti pamannya. Tetapi ia tidak merasa pasti akan beberapa hal dan sangat mendambakan hati yang damai. 

Ignatius benar-benar dapat memahami Petrus, sebab ia sendiri juga dibesarkan di tanah pegunungan yang indah, telah juga mengucapkan kaul keperwananan dan menderita skrupel di Manresa. 

Setelah dua tahun Ignatius menceritakan kepada Petrus rencananya untuk kembali ke Tanah Suci dan membaktikan diri sepenuhnya bagi penyelamatan jiwa-jiwa, Petrus juga menyukai rencana itu. 

Untuk semakin cepat berkembang dalam cintanya pada Tuhan, Petrus mengadakan latihan rohani selama tiga puluh hari di musim dingin, dengan membuat silih dan banyak berdoa setiap hari

Pada tahun 1534, Petrus ditahbiskan menjadi imam, sebagai imam pertama dari para sahabat Ignatius. 



Sahabat kedua yang didapat Ignatius adalah FRANSISKUS XAVERIUS. Ia seumur dengan Petrus, dan kawan sekelas serta kawan sekamarXaverius dan Petrus adalah sahabat karib

Ia dilahirkan di puri Xaverius di bagian utara Spanyol. Ayahnya menjabat sebagai presiden Dewan Navarra. Kedua kakaknya pernah ikut bertempur dalam perang yang sama dengan Ignatius tetapi berada di pihak lawan. 

Xaverius berambisi dan ingin meraih pangkat tinggi dan kehormatan dalam Gereja. Ia bukan hanya berbakat sebagai atlet dalam olahraga khususnya lompat tinggi, tetapi juga pandai di bidang studi

Mula-mula, ia tidak menaruh perhatian sedikit pun pada Ignatius, kawan sekamarnya yang baru, yang pincang dan nampak tua serta miskin.

Perlahan-lahan Ignatius mulai membina persahabatan dengan Fransiskus Xaverius. Ketika Fransiskus memulai karirnya sebagai profesor, Ignatius memujinya di depan banyak orang serta menarik banyak mahasiswa untuk mengikuti pelajarannya

Kalau profesor dari Navarra ini membutuhkan uang, mahasiswa dari Bask ini mengusahakannya tanpa banyak tingkah

Kemudian, ketika ia merasa waktunya telah matang, Ignatius mulai menyerang hati Fransiskus dengan sabda Kristus: “Apakah gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, jika akhirnya dia kehilangan jiwanya?” 


Fransiskus merenungkan kata-kata ini dan akhirnya menyadari betapa kosong janji-janji dunia ini. Lalu dia memutuskan untuk mengikuti Kristus bersama dengan Ignatius (lih. Santo Fransiskus Xaverius).




Ignatius yang terbaring sakit di tempat tidur, menyuruh memanggil Xaverius, lalu berkata kepadanya: "Anda tahu, Pater Xaverius, bahwa dua di antara kita harus pergi ke India atas perintah Bapa Suci, dan bahwa Bobadilla, yang telah ditunjuk untuk tugas perutusan ini tidak dapat berangkat dan Duta Besar Portugal tidak dapat menunggunya. Tuhan menghendaki Pater mengabdinya dengan mengambil tugas perutusan ini." 

Kata Fransiskus: "Ya, aku siap." Dia menghadap Bapa Suci untuk mohon berkat.


Sahabat ketiga (JAKOBUS LAINEZ, duapuluh satu tahun lebih muda dari Ignatius) dan keempat (ALPHONSO SALMERON, duapuluh empat tahun lebih muda) adalah dua mahasiswa Spanyol yang telah mengenalnya di Alcala dan sangat mengagumi Ignatius

Karena kekaguman mereka pada Ignatius, mereka memutuskan untuk mengikuti Ignatius ke Paris. Keduanya sangat pandai

Orang pertama yang mereka jumpai di Paris adalah mahasiswa Bask yang mereka kagumi. Dalam beberapa hari, mereka pun telah berhasil dipikat oleh Ignatius.


Sahabat kelimanya adalah seorang Spanyol yang bernama NICOLAS ALPHONSO DE BABADILLA, yang berusia delapan belas tahun lebih muda dari Ignatius

Wataknya terus-terang dan terbuka. Dia membutuhkan uang dan ia telah mendengar bahwa mahasiswa dari Bask ini sangat pemurah dan baik hati. Suatu hari ketika ia mendatangi Ignatius karena masalah keuangan, Ignatius telah siap menolongnya



Babadilla datang ke Paris untuk belajar bahasa-bahasa kuno, tetapi lalu berubah belajar teologi atas nasihat Ignatius



Tersiarlah kabar bahwa Simon Rodrigues, sahabat mereka jatuh sakit, Ignatius segera pergi menjenguknya meskipun ia sakit demam

Dia ditemani oleh Faber yang hampir tidak dapat menyesuaikan diri dengan langkah berjalannya. Dalam perjalanan, Ignatius diyakinkan oleh Tuhan bahwa Simon tidak akan mati pada waktu itu

Ternyata memang, ketika mereka tiba, si sakit sangat senang dan mulai bertambah baik dengan cepat.



Sahabat Ignatius yang keenam adalah seorang Portugis yang bernama SIMON RODRIGUES, yang mendapat bea siswa dari raja Portugal. Wataknya melankolis mungkin karena kesehatannya yang buruk. Tetapi dia juga mempunyai keinginan besar untuk mengabdi Tuhan. Dia berumur sembilan belas tahun lebih muda dari Ignatius.





Pada bulan Juli 1534 di masa libur, ketujuh sahabat itu mengadakan beberapa pertemuan untuk memutuskan bentuk hidup mana yang akan mereka ikuti. Mereka semua sampai pada suatu keputusan untuk mengucapkan kaul kemiskinan dan kemurnian serta pergi berziarah ke Tanah Suci.

Dalam diri setiap orang ada ruang pergumulan batin atau pergulatan hati, yang di dalam pergulatan tersebut kita diharapkan Allah untuk bisa memilih apa yang semakin mendorong kita ke arah tujuan kita diciptakan, menjadikan diri semakin menjadi alat di tangan-Nya.

(Sumber: Warta KPI TL No.124/VIII/2014).



Kesehatan Ignatius sangat rapuh. Selama beberapa bulan setiap lima belas hari, ia merasakan kepedihan melilit pada perutnya, disertai demam selama satu jam. Tetapi suatu hari serangan itu berlangsung selama tujuh belas jam. 

Karena para dokter tidak menemukan obat untuk penyakit itu di Paris, mereka menganjurkan si pasien untuk kembali ke tanah airnya dengan harapan agar udara dan iklim di sana dapat membantu penyembuhannya. Keenam sahabatnya menyetujui nasihat para dokter.


Suatu malam, sewaktu ia memasuki sebuah penginapan di negeri Bask, istri pemilik penginapan itu mengamati keistimewaan tingkah laku musafir itu. Dia memberitahukan hal ini kepada seorang pria yang dikenalnya, dan mereka berdua menaiki tangga untuk mengintip melalui lubang kunci

Mereka melihat Ignatius sedang berlutut berdoa dengan devosi besar. Seketika itu juga, pria itu mengenalinya sebagai Ignatius yang dulu pernah di rawat di rumahnya. Segera ia memberitahu keluarga Loyola, bahwa Ignatius sedang dalam perjalanan pulang.

Ketika Ignatius melanjutkan perjalanannya, tiba-tiba berpapasan dengan dua orang penunggang kuda dari arah berlawanan. Ignatius menggigil ketakutan karena mereka bersenjata dan tempat itu terkenal sebagai tempat perampokan. 

Mereka mengatakan bahwa Tuan Loyola telah mengutus mereka untuk mengawal dia kembali ke rumah. Ignatius menjawab bahwa dia ingin berjalan sendirian dan dia akan kembali ke Paris jika mereka tidak mengizinkannya. Kemudian mereka meninggalkannya seorang diri. 

Ia memasuki kampung Azpeisia melewati jalan setapak agar tidak dikenal, dan pergi ke rumah sakit kecil di St. Magdalena, di daerah pinggiran kota. Ia sampai di sana sekitar jam lima sore, pada hari Jumat, setelah menempuh perjalanan lebih dari tujuh ratus kilometer.

Pada hari berikutnya, ketika Ignatius mulai berkeliling minta-minta untuk kebutuhan makannya, perlahan-lahan orang mengenalinya lalu memberinya derma. 

Ia membagi-bagikan makanan yang telah ia kumpulkan itu kepada orang-orang miskin serta orang-orang yang sakit

Kakaknya Martin datang untuk mengunjunginya dan memintanya agar datang dan tinggal di rumah. Orang lain juga berbuat yang sama tetapi tidak berhasil. 

Kepada semua, Ignatius memberikan jawaban yang sama yaitu bahwa ia datang tidak untuk tinggal di istana tetapi untuk menebarkan Sabda Tuhan di dalam hati orang dan mengajar mereka betapa dosa besar itu mengerikan

Segera ia mulai mengajar katekismus kepada anak-anak dan kepada mereka semua yang datang untuk mendengarkan. Saudaranya mula-mula keberatan, dengan mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang akan datang. 

Tetapi Ignatius menjawab bahwa jika hanya satu orang pun yang datang itu sudah cukup baginya. Tetapi sebaliknya yang terjadi. Orang-orang mulai berdatangan dari berbagai penjuru, dan banyak di antara mereka sampai memanjat tembok dan pohon untuk mendengarkan pengkotbah baru ini. 

Nampaknya merupakan suatu mujizat bahwa suaranya dapat terdengar dari tempat yang sedemikian jauh. Kata-katanya menyentuh hati para pendengarnya dan orang-orang yang sedang berselisih lalu minta maaf dan berdamai.

Empat puluh hari berdoa, Ignatius mendapatkan penghiburan besar, air matanya keluar terus-menerus karena kegembiraan rohani

Setelah mereka menyudahi doa dan hening, mereka mulai berkotbah di jalan-jalan serta lapangan kota

Orang-orang tidak hanya tertolong oleh nasehat para pengkotbah dan mengikutinya, tetapi mereka juga menjadi semakin murah hati memberikan sumbangan kepada para pengkotbah.



Ignatius menyukai doa-doa dari misa perayaan Tritunggal Mahakudus. Rasa pedih terus-menerus di mata diakibatkan oleh tercurahnya banyak air mata setiap kali ia merayakan misa, merusak matanya

Setiap membaca doa brevir membuat dia meneteskan banyak air mata. Dia dapat menghabiskan seluruh hari dengan buku brevir di tangannya. 

Seringkali Ignatius di tengah malam keluar rumah menuju teras rumah memandangi langit, berlutut, membuat tanda penghormatan pada Tuhan

Kemudian duduk dengan tenang dan mencurahkan air mata, terbius dalam doa. Ia sering melihat Yesus di hadapannya, bersinar seperti terang matahari

Juga, ia menerima terang istimewa dari Tuhan, untuk mengetahui misteri Ekariati Kudus, Allah Tritunggal Mahakudus dan setiap pribadi ilahi

Dalam doa dan dalam kehadiran Tuhan, ia bersikap pasif tidak aktif, menolong untuk terbuka dan siap menerima rahmat luar biasa dari Tuhan.



Sekitar tanggal 30 November 1537, Ignatius menjadi pemimpin kelompok dan yang paling berpengalaman, Petrus Faber, sebagai imam pertama dan pemimpin di Paris, serta Lainez yang paling cerdas, tiba di Roma. 

Dalam perjalanan, sekitar dua puluh kilometer sebelum sampai di Kota Abadi, mereka melewati kapel kecil Bunda Maria. Lelah oleh karena perjalanan, mereka masuk ke dalam kapel itu untuk istirahat dan berdoa sejenak. 

Ignatius mendapatkan suatu penglihatan dari Bapa di sorga disertai kata-kata: "Aku akan berkenan padamu di Roma." 

Kemudian ia melihat Yesus yang sedang memanggul salib dan Bapa di sorga berkata kepada Yesus: "Aku mau supaya Engkau menerima orang ini sebagai abdi-Mu." 

Menanggapi kata-kata itu, Yesus menerima Ignatius dan berkata: "Aku mau supaya engkau mengabdi Kami." 

Sesudah menerima penglihatan itu, Ignatius mempunyai devosi yang besar pada nama Yesus, dan menyadari dengan lebih baik manfaat dan pentingnya nama itu bagi Serikat yang akan ia mulai.

Dua sahabat yang lain merasa diperteguh ketika mendengar Ignatius menceritakan apa yang baru terjadi, sebab mereka telah diberi tanda bahwa mereka berada pada jalan yang benar untuk melaksanakan kehendak Allah dan mengabdi Tuhan Yesus

Tetapi mereka juga cemas karena Ignatius mengatakan: "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diri kita di Roma." 

Mereka menghadap Bapa Suci yang menerima mereka dengan ramah, dan mereka mempersembahkan diri pada Bapa Suci untuk tugas yang dipercayakan Bapa Suci kepada mereka. 

Lainez ditunjuk sebagai profesor teologi, dan Petrus Faber menjadi profesor Kitab Suci di universitas, Ignatius sendiri tetap bebas agar dapat mengerjakan karya rohaninya, dan membangun hubungan serta membuat persiapan untuk masa depan.



Ignatius menjalin persahabatan dengan Dr. Ortiz, duta besar Raja di Roma dan profesor di Paris, seorang imam yang terpelajar dan berkeutamaan. 

Bertahun-tahun sebelumnya ia sangat menyangsikan gagasan-gagasan Ignatius mengenai iman, tetapi sekarang dia dengan sukarela mau menjalankan Latihan Rohani selama tiga puluh hari. 

Pada akhir latihan rohani, Duta besar itu mengaku: "Dulu, aku hanya tahu 'teologi otak' (pengetahuan teologi) tetapi sekarang aku telah belajar 'teologi hati' (teologi yang membawa seseorang pada pertobatan)."



Dalam pandangan seorang kardinal, Gereja menderita ada cukup banyak ordo religius dalam Gereja, katanya: "Gereja tidak membutuhkan tambahan lagi." 

Ignatius menyadari, di sini ia menghadapi orang yang mempunyai kemauan keras yang benar-benar merupakan lawan bertanding baginya. 

Ignatius berkaul untuk mempersembahkan 3000 misa untuk mengubah hati Kardinal itu. Kardinal tersebut menjadi yakin akan perlunya Ignatius mendirikan ordo religius baru dalam Gereja, hal ini memerlukan waktu satu tahun penuh. Akhirnya, dia memberikan cap persetujuannya di atas dokumen resmi pada tanggal 27 September 1540.



Meskipun menderita sakit dan lama berbaring di tempat tidur tanpa pertolongan dokter dan obat, muncul dari diri Ignatius rencana luar biasa demi pelayanan dan pembelaan iman Katolik.

Gagasan untuk mendirikan sekolah-sekolah Yesuit pelan-pelan berkembang dalam pikirannya sesuai dengan petunjuk Tuhan.



Para sahabatnya dapat menghubunginya setiap waktu, mereka tidak perlu berhati-hati menyesuaikan dengan suasana hatinya. Ia selalu dalam suasana hati yang sama penuh kedamaian, mampu memahami dan hormat pada orang lain.




Seorang dokter memberitahu Ignatius bahwa untuk menjaga kesehatannya, janganlah Ignatius mencemaskan atau memikirkan yang menyedihkan. Sebaliknya ia harus tenang dan memikirkan hanya hal-hal yang menggembirakan. 


Lalu Ignatius bertanya pada dirinya sendiri apa yang membuatnya sedih. Dia menemukan tidak ada hal lain yang membuat dia sedih selain dibubarkannya Serikat. Bahkan dalam hal ini, ia hanya butuh lima belas menit berdoa untuk mendapatkan ketentraman hati.




Lonceng-lonceng kota Roma berbunyi memberitahukan terpilihnya seorang Paus baru. Ketika Ignasius memandang keluar jendela, dia diberitahu bahwa Kardinal Caraffa, yang bersikap dingin padanya dan karya-karyanya, baru saja terpilih menjadi Paus. 

Ia merasa takut sehingga seluruh sendi tulangnya bergetar, tetapi ia lalu bergegas ke Kapel untuk berdoa. Sesudah beberapa menit berdoa, ia keluar dari kapel dengan tenang serta penuh kedamaian seakan-akan tidak terjadi apa-apa.



Pada tahun 1541, para Yesuit di rumah induk Roma, mempunyai seorang pembantu yang bernama Mateus. Ia seorang Bask seperti Ignatius. Ia diganggu oleh roh jahat dan di bawah pengaruhnya ia berbicara dalam beberapa bahasa asing, meskipun dia hanya tahu bahasanya sendiri. 

Badannya kokoh perkasa dan tak seorang pun bahkan beberapa orang bersama-sama mampu menggerakkan dia. Waktu itu Ignatius sedang berada di luar rumah. 

Mateus diberitahu bahwa kalau nanti Ignatius pulang, Ignatius akan mengusir roh jahat dari dalam dirinya. Mateus lalu menjawab bahwa Ignatius adalah musuhnya yang paling besar di dunia

Ketika Ignatius pulang ia menyuruh Mateus dibawa ke kamarnya, menyuruh semua keluar dari kamarnya, dan membebaskan orang itu dari cengkraman roh jahat.


Selama tahun-tahun terakhir hidup Ignatius, para Pater Kolese Loretto sering diganggu oleh kedatangan roh-roh jahat. Mereka telah mencoba dengan berbagai cara untuk membebaskan mereka dari gangguan roh jahat. Doa-doa pengusiran roh jahat dan air suci, tetapi semuanya tidak berhasil

Akhirnya mereka menulis surat kepada Ignatius. Ignatius menjawab bahwa ia akan berdoa untuk mereka dan hendaknya mereka tetap teguh. Tepat pada waktu rektor, yaitu Pater Oliver Mannareus, membaca surat Ignatius, roh-roh jahat itu lenyap dan tidak pernah kembali lagi.


Seorang anak muda atas kehendaknya sendiri telah masuk menjadi Yesuit. Tetapi ayah anak muda ini sangat marah sehingga ia bersikeras untuk membunuh Ignatius. 

Suatu hari, ketika Ignatius berjalan-jalan ke luar rumah, orang itu mengangkat tangannya untuk menyerang Ignatius. Tetapi heranlah dia karena ia tidak dapat bergerak untuk menjatuhkan pukulannya

Ia menyadari bahwa Tuhan membuat mujizat menyelamatkan hambanya. Ia menyesali perbuatan jahatnya, lalu pergi tanpa melukai Ignatius.



Ignatius menyadari bahwa hidupnya tidak lama lagi. Ia minta Polanco pergi ke Gereja St. Petrus memberitahu Bapa Suci bahwa saat kematiannya telah mendekat, ia mohon berkat Bapa Suci untuk dirinya dan Pater yang lain, jika Tuhan memanggil mereka ke sorga akan selalu mendoakan Bapa Suci sebagaimana mereka lakukan setiap hari di dunia

Polanco mengira yang dimaksud dengan Pater lain adalah Pater Lainez yang dua hari kemudian menerima sakramen pengurapan orang sakit

Kenyataannya bukanlah Pater Lainez tetapi Pater Olave yang tinggal dan mengajar di Collegio Romano dan sejauh ini memiliki kesehatan yang baik

Ignatius menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam keadaan damai dan dengan tenang mengucapkan nama Yesus.



Hasil autopsi, para dokter mendapati bahwa usus dan perutnya kosong dan sangat menyusut disebabkan oleh karena sering dan lama berpuasa

Mereka juga mendapati tiga butir batu dalam empedunya yang sudah mengeras dan batu lainnya dalam ginjal dan batang nadi. Kalau tidak karena mujizat, Ignatius tidak mungkin dapat hidup dengan keadaan liver yang demikian itu.

Orang yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menderita banyak, disiapkan oleh Tuhan untuk menerima kesucian yang lebih tinggi.

PERISTIWA MUJIZAT SESUDAH KEMATIAN IGNATIUS

Pada tanggal 31 Juli 1556, Juan Pascual, pemilik rumah yang pernah dipakai Ignatius di Barcelona, pergi mengikuti misa sebagaimana biasanya, di kapel St. Eulalia yang berada dalam katedral. 

Di pintu depan, koster berjumpa dengan Juan dan bertanya kepadanya mengapa ia datang sepagi itu. dia menjawab bahwa dia takut jangan-jangan terlambat. 

Koster itu memberitahu dia bahwa misa baru mulai 45 menit lagi. Semakin lama semakin baik, pikir Juan; dengan demikian dia mempunyai waktu cukup untuk berdoa di makam St. Eulalia

Maka pergilah dia untuk berdoa. Sementara dia berdoa, ia mendengar musik sorgawi dan dia buru-buru melihat dari mana datangnya. 

Ia melihat suatu arak-arakan datang dari arah altar utama menuju mimbar sabda dan sampai di tempat di mana ia berlutut. Dia heran bahwa, meskipun ia mengenal semua imam di dalam gereja itu, ia tidak menemukan satu pun dalam perarakan tersebut. 

Pada akhir perarakan tersebut berjalanlah tiga orang. Juan mengenali imam di sebelah kiri yaitu Pater Ignatius. Juan bangun dan berlutut di kaki Ignatius

Ignatius sambil mengangkat tangan kanannya berkata: "Juan, jangan menyentuh aku. Kamu akan menanggung banyak penderitaan di dunia, tetapi sesudahnya kita akan bertemu lagi di sorga."


Tanggal 31 Juli 1556, Margarita de Gilio, penderma Kolese Yesuit di Bologna terbangun karena adanya suara gempa bumi yang besarIa membuka matanya dan melihat kamarnya penuh cahaya

Ia melihat di depan mukanya Pater Ignatius penuh sinar yang berkata kepadanya: "Margarita, saya datang untuk memperlihatkan diriku kepadamu. Aku mempercayakan kepadamu putra-putra Serikat kami." 

Sesudah mengatakan hal itu dia menghilang. Ia sangat gembira dan mendatangi bapa pengakuannya. Pater Palmio, seorang Yesuit terkenal dan teman dekat Ignatius. 

Dengan bijaksana dia minta pada Margarita untuk menceritakan sampai sekecil-kecilnya mengenai waktu kapan ia melihat penampakan Ignatius. 

Dia mendapati bahwa gambaran yang diberikan Margarita cocok dengan apa yang ia ketahui tentang Ignatius, meskipun dalam hidupnya Margarita belum pernah melihat Ignatius. Beberapa hari kemudian berita meninggalnya Ignatius sampai ke Bolgna.


Ada seorang ibu yang biasa pergi ke gereja Yesuit, mempunyai seorang anak perempuan yang menderita sakit pada tenggorokannya. Meskipun telah pergi ke banyak dokter, anaknya tetap tidak sembuh

Pada hari Ignatius wafat, ia berharap bahwa dengan menyentuh jenazah Ignatius, kesehatan anaknya akan pulih. Sayang sekali karena banyaknya orang, ia tidak dapat masuk ke dalam gereja di mana jenazah Ignatius dibaringkan. 

Dalam keadaan putus asa, dia minta suatu barang yang pernah dipakai Ignatius. Segera dia menyentuh barang itu ke tenggorokan anak perempuannya, maka sembuhlah seketika anak perempuannya.



Di kota Manresa ada seorang ibu yang hanya memiliki seekor ayam betina. Suatu hari ia bepergian setelah memberitahu anak perempuan tirinya yang berumur duabelas tahun untuk memelihara ayam itu. 

Ketika dia pergi, anak perempuan itu kebingungan karena ayam itu lepas, pergi dan tercebur dalam suatu sumur dan tenggelam

Anak perempuan yang malang itu lalu menangis, sebab ia takut dipukuli oleh ibu tirinya. Para tetangga menaruh kasihan kepadanya. Mereka lalu mengambil ayam itu dari sumur dan melemparkannya ke tengah jalan


Seorang laki-laki yang kebetulan lewat merasa kasihan pada anak perempuan itu lalu memberinya uang untuk membeli ayam baru. Tetapi hal ini tidak dapat menghiburnya


Seorang laki-laki lain yang juga kebetulan lewat, mencoba menolong anak perempuan itu dengan membuat api untuk menghangati ayam itu, sampai membakar sedikit kaki dan kepala ayam itu. 


Akhirnya lima anak perempuan yang berumur sekitar antara dua sampai lima tahun datang dan berkata bahwa sebaiknya mereka berdoa kepada Pater Ignatius, yang pasti akan menghidupkan kembali ayam itu

Mereka lalu berlutut, mengatupkan kedua tangan mereka dan berdoa: "Pater Ignatius, Pater Ignatius, hidupkanlah lagi ayam ini." 

Sedikit demi sedikit, ayam itu mulai bergerak, bangun dan mulai berkotek-kotek

Tuhan yang baik mendengarkan doa anak-anak yang masih murni hatinya melalui perantara Pater Ignatius.



Ignatius adalah orang yang disentuh oleh Tuhan; alat yang dipakai Tuhan untuk menyatakan cinta kasih-Nya dan menolong orang untuk kembali kepada-Nya

Suatu alat yang harus bersatu dengan tangan yang menggerakkannya. Dan Ignatius terus-menerus dalam doanya bersatu dengan Tuhan

Kesatuan ini tidak mungkin terjadi tanpa penyerahan diri yang total kepada Allah dan perjuangan terus-menerus melawan kecenderungan-kecenderungan kodrati.

Keinginan yang terus ada dan tumbuh untuk membantu jiwa-jiwa terwujud dalam beragam bentuk bantuan bagi sesama: nasehat saleh, percakapan rohani, bantuan kepentingan jasmani, penghiburan dalam kesedihan, memberi pencerahan dll

Peziarahan Ignatius adalah dinamika gerakan jiwa terus-menerus dari pertobatan.


Bagi Ignatius keinginan pertama bukanlah terutama untuk menjadi imam. Hasrat hatinya adalah untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, melayani sesama manusia

Setelah menemukan kenyataan bahwa pelayanannya akan diakui bila dia memiliki bekal kemampuan serta pengenalan akan Kitab Suci dan ajaran iman maka dia kemudian menjalani studi. 

Oleh karena itu, selama kurang lebih sepuluh tahun ia belajar berbagai macam ilmu pengetahuan dengan tekun, yakni bahasa Latin, logika, fisika, teologi, dan filsafat

Masa-masa pendidikan yang telah dijalani Ignatius membuatnya menjadi seorang pribadi yang matang, disiplin dan berpengetahuan luas

Kepribadian dan pengetahuan ini sangat penting bagi Ignatius untuk menjalankan peran sebagai pemimpin suatu serikat religius yang akan didirikannya di kemudian hari.

Dalam prosesnya kemudian dia menemukan kenyataan bahwa pelayanan akan perkara-perkara rohani hanya mungkin dijalani jika menjadi imam, barulah dia memutuskan untuk menapaki jalan imamat. 

Akan tetapi jelas, studi dan kemudian imamat, adalah sarana bagi perwujudan hasrat terdalam hatinya: mengabdi Tuhan dengan melayani sesama, bagi keselamatan jiwa-jiwa.


Teologi - spiritualitas Ignasian (spiritualitas peziarahan, peziarahan umat manusia menuju pada Allah), betapapun kental berlatar-belakang Katolik, namun bukan milik eksklusif para Yesuit

Mereka hanyalah salah satu penghayat atau penapak jalan spiritualitas tersebut. Kaum religius lain dalam tubuh Gereja Katolik, bahkan mereka di luarnya, dapat pula menjalani spiritualitas tersebut, tentu dalam adaptasi atau penyesuaian selaras dengan konteks hidup serta latar-belakang masing-masing. 

Latihan Rohani Ignatius bisa dipakai oleh kalangan non-Katolik dan non-Kristiani. Karena itu, Ignatius telah menjadi bagian dari tokoh sejarah dunia, bukan hanya Gereja

Ignatius menapaki jalan kerohaniannya pada mulanya masih sebagai awam, maka spiritualitas Ignasian pun adalah jalan kerohanian bagi awam, sehingga dikatakan spiritualitas Ignatian adalah spiritualitas di dalam dunia, di tengah konteks ruang sekular.


(Sumber: Warta KPI TL No. 125/IX/2014 » Renungan KPI TL Tgl 12 Des 2013, Sdr Ardi dan Sdr Edo Sanata Dharma; Lahir Untuk Berjuang, Albert Jou, SJ; Ikut Serta di Jalan Peziarah, Antonio Betancor, SJ; Ignatius Loyola Pendiri Serikat Jesus, Candido de Dalmases, SJ; Ignatius Warisan Rohani & Cara Bertindak, Krispurwana Cahyadi SJ).