Kamis, 23 Maret 2017

20.17 -

Kuasa ucapan syukur



Saya adalah salah satu mahasiswa Sanata Dharma Jogya yang melakukan KBP (Karya Bakti Paroki) di Paroki Roh Kudus Surabaya. 

Saya adalah tipe orang yang mudah stress, jika mempunyai pikiran yang berat atau mempunyai tugas yang menumpuk maka saya jatuh sakit sehingga kadangkala tidak dapat mengerjakan tugas tersebut. 

Setelah selesai mengerjakan tugas, biasanya saya selalu berobat ke dokter. Dan dokter selalu menyarankan untuk beristirahat lama untuk memulihkan kesehatan saya.

Demikian pula pada saat saya menjalani KBP di Surabaya, penyakit tipus dan maag saya kambuh lagi karena keluarga saya rindu untuk berjumpa dengan saya, dan saya pun memikirkan mereka yang berada di Jogya. 

Kebetulan saya mempunyai bibi di Surabaya, beliaulah yang mengantarkan saya ke dokter. Dokter tersebut menyarankan agar saya beristirahat seminggu, tetapi saya menolak saran tersebut. 

Jadi saya hanya minum obat dan berusaha menjalankan tugas sambil menahan sakit. Seminggu kemudian saya terserang batuk yang begitu hebat dan berbagai macam obat sudah saya coba tetapi tidak menyembuhkan batuk saya. 

Pada saat saya mengikuti pengajaran di KPI TL, saya berbincang-bincang dengan Ibu Suliani. Beliau mengatakan akan memberi kumpulan warta KPI TL yang berisi tentang “Masalah Kesehatan dan Solusinya” 

Saya percaya bahwa suatu saat Tuhan akan menyembuhkan kesehatan saya. Maka saya melakukan uji coba penelitian Masaru Emoto tentang “Kekuatan Sebenarnya dari Air”.

Hari pertama: saya mohon berkat dari Tuhan untuk kesehatan saya, lalu sebelum minum air saya mengucapkan syukur atas minuman itu, dan berbicara pada tenggorokan: “Tenggorokan, saya bersyukur Tuhan menciptakanmu untukku. Kalau aku tidak batuk, mungkin aku melupakanmu. Sekarang aku hanya ingin memberikan air untuk menyegarkanmu semoga engkau cepat sembuh.” 

Sungguh luar biasa, air yang hambar terasa manis di lidah dan saya merasakan tenggorokan saya mulai tidak terasa sakit lagi. Sejak saat itu saya selalu berdoa dalam hati: “Tuhan terima kasih atas air yang Engkau berikan kepadaku, semoga air ini dapat menjadi berkat bagi hidupku.” 

Pada waktu hendak mandi, saya juga berdoa: “Semoga hadirmu (air) dapat menyegarkan tubuhku.” Ternyata air yang sama berbeda rasanya ketika didoakan, air yang berada di bak mandi dingin, setelah didoakan terasa segar dan hangat.

Demikian pula pada saat hati saya bete, saya berdoa: “Air jadilah penyalur damai dan mampukan aku untuk mengampuni.” Sungguh luar biasa, saya merasakan ada air yang membasahi wajah saya sehingga wajah saya terasa segar dan saya mampu tersenyum untuk mengampuni, dan hati saya tidak bete lagi.

Setelah mengalami mujizat demi mujizat, saya mulai mengerti bahwa ucapan syukur sangat penting dalam kehidupan ini. 

Maka setiap bangun pagi saya mengucap syukur kepada Tuhan atas tidur yang nyenyak karena tubuh saya mau bekerjasama untuk beristirahat sehingga tubuh saya terasa segar kembali. 

Pada malam hari sebelum tidur saya berterimakasih atas kerjasama yang baik antar seluruh organ tubuh sehingga saya memperoleh kesehatan yang baik. Terima kasih Tuhan atas pengabulan doaku sehingga aku sekarang boleh memperoleh kesehatan yang berasal dariMu.

(Sumber: Warta KPI TL No.117/I/2014).