Selasa, 28 Juni 2016

20.52 -

Pribadi yang mengenalku


Pada suatu sore, seorang suster muda terduduk di kursinya. Sambil memandang ke luar jendela, diperhatikannya jalan yang masih basah akibat guyuran air hujan yang baru saja berhenti. Hilir mudik kendaraan yang lewat mulai terlihat kembali dan kebisingan suara kendaraan mulai terdengar kembali. Diperhatikannya jam yang melingkar di tangan sudah menunjukkan pukul empat sore. Tanpa pikir panjang lagi, ia segera bangkit dan berjalan menyusuri jalan kecil menuju sebuah laut yang berada tak jauh dari rumah penduduk  yang dihuninya.

Kesegaran segera dirasakannya setelah berjalan sekitar sepuluh menit dari tempat tinggalnya untuk sampai ke laut ini. Segera dicarinya batu besar untuk dapat menikmati hembusan udara laut sore itu. Pandangannya terarah kepada para nelayan yang sedang mengayunkan sampannya menjauh dari tempatnya berada.

Dari jauh, sampan yang terkayuh bagaikan irama musik yang melantunkan kerinduan yang sangat dalam dirasakan jiwanya: “Betapa rindu jiwanya untuk mengenal Kekasihnya.” Dan bayangan sampan itu pun bagaikan melambai-lambaikan tangannya kepadanya mengucapkan selamat datang.

Di atas batu besar di pinggir air laut, suster muda ini membuka buku kecil yang dibawanya. Dinikmatinya terpaan angin laut yang membawa pikiran dan hatinya yang merindukan untuk mengenal Kekasihnya.

Teringatlah ia akan kisah murid yang telah dipilih dan dipanggil Yesus menjadi batu karang Gereja, yakni Petrus. Betapa seringnya Petrus pun gagal di dalam mengenal Yesus karena Petrus dibatasi oleh kelemahannya.

Dirasakan bahwa dirinya pun tak ubahnya dengan Petrus yang harus mengalami jatuh bangun dan bangun mengenal Yesus untuk sampai pada suatu jawaban atas pertanyaan ini: “Siapakah Pribadi Yesus dalam hidupku?”

Petrus memiliki pribadi yang selalu mau tampil tanpa berpikir panjang atau bisa dikatakan Petrus seringkali sok tahu, sok berani dsb. Seringkali Yesus mengajarkan kepada Petrus untuk menyangkal diri, melawan kesombongannya dan nafsunya untuk berkuasa. Perlahan-lahan Yesus membentuk Petrus untuk menjadi seorang murid dan pemimpin yang rendah hati. Proses ini berlangsung terus- menerus sepanjang hidup Petrus.

Petrus yang hanyalah seorang nelayan kecil dipanggil oleh Yesus untuk dijadikan sebagai penjala manusia (Bdk. Mat 4:18-22).

Pelajaran demi pelajaran pun diterima Petrus.
- Saat Petrus memohon untuk dapat berjalan di atas air. Sesaat Petrus lupa bahwa Yesuslah yang hadir dan memampukannya untuk berjalan di atas air bukan karena kemampuannya sendiri (bdk.Mat 14:22-23).
- Pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias-Penyelamat manusia (bdk. Mat 16:13-20).
-  Teguran Petrus kepada Yesus karena rela menderita dan dibunuh (bdk. Mat 16:21-28).
- Yesus berdoa supaya iman Petrus tidak gugur (bdk. Luk 22:24-38).
- Petrus yang ketakutan dan menyangkal Yesus (bdk. Mat 26:69-75).
- Petrus dibentuk untuk menjadi sebuah pribadi yang utuh dalam mencintai Yesus (bdk Yoh 21:15-19).

Sama seperti Petrus, melalui berbagai cara dan pengalaman, kita pun dibentuk oleh Yesus untuk mengenal-Nya, untuk menjadi sebuah pribadi yang utuh.

Ada banyak cara untuk mengenal Yesus, yakni:

1.Mengenal kehadiran-Nya lewat pengalaman.
Melalui doa, mencari saat-saat hening bersama-Nya, kita dapat merefleksikan kembali setiap pengalaman (pahit/indah) untuk mengenal kehadiran-Nya.

2. Kelemahan diubah menjadi kekuatan.
Kelemahan, jatuh dan bangun hidup kita dapat diubah menjadi kekuatan seandainya kita mau berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk dibentuk, dipakai. Setiap hari kita diberi rahmat untuk boleh mengikut Dia, diterangi oleh terang ilahi atas setiap peristiwa yang dialami, mencari makna rohani dari setiap apapun perkara kehidupan kita. namun, rahmat tidak dapat mengalir dengan sendirinya. Dibutuhkan sebuah kerjasama dalam menanggapi rahmat itu.

3. Penghayatan Ekaristi sebagai Sumber Kehidupan

Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup kristiani. Yesus yang menderita dan wafat di salib hadir dan mengerjakan keselamatan kita. Di dalam Ekaristi inilah terkandung cinta sejati, karena di sanalah kita temukan Yesus yang rela memberikan diri-Nya bagi kita manusia yang berdosa dan lemah ini.

Tiada pribadi yang lebih mengasihi, yang lebih mencintai, yang merindukan untuk bersatu dan dikenal umat-Nya selain Dia yang wafat dan bangkit bagi kita semua.

Dialah Kekasih kita yang mengenal seluruh kedalaman lubuk jiwa kita bahkan yang memanggil nama kita dengan lembut setiap saat untuk datang dan bersatu dengan diri-Nya.


(Warta KPI TL No. 56/XII/2008 » HDR  Mei-Juni 2007 Tahun XI).