Kamis, 13 Oktober 2016

Kepekaan dan ketepatan

Jika kita menonton TV, ada begitu banyak berita yang sangat mengerikan. Misalnya: ada bencana alam sehingga banyak orang yang mengalami kerugian dan penderitaan; rakyat kecil yang mengalami tekanan ekonomi yang kian hari kian berat sehingga mereka gampang marah daripada bersukacita; pemilihan pilkada, berakhir dengan kerusuhan; pertandingan sepak bola berakhir dengan baku hantam dan pengrusakan mobil dll. 

Kemarahan hanya memuaskan hawa nafsu sesaat saja. Kemarahan tidak membawa berkat apa-apa, justru banyak menimbulkan masalah di dalam hidup kita.

Kain: persembahannya tidak diindahkan ... hatinya sangat panas dan mukanya muram ... lalu membunuh (Kej 4:5-8).


Raja Usia: amarahnya meluap ... timbullah penyakit kusta (2 Taw 26:19).



Orang yang sabar besar pengertiannya, Tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan (Ams 14:29)


Menjadi pasukan Allah pasti banyak mengalami tekanan dalam kehidupan. Jadi, untuk menjadi pasukan Allah yang tangguh, kita harus hidup dalam sukacita Tuhan dalam segala hal, selalu bertanya kepada Allah, dan bersyafaat.

Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya (1 Ptr 4:13)

Marilah kita belajar dari 2 Raj 13:14-19:

[14] Ketika Elisa menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, datanglah Yoas, raja Israel, kepadanya dan menangis oleh karena dia, katanya: “Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda.” 

» Di dalam bahasa Aram, kalimat ini mengandung maknaWahai Nabi, Bapaku, Tuanku, memang Israel mempunyai kuda dan kereta, tetapi semua itu hanya berguna jika engkau bersyafaat dan engkau campur tangan.” 

Sesungguhnya kekuatan kuda dan kereta tidak akan ada gunanya, tanpa sesuatu yang ilahi ikut campur tangan dan ada yang mau benar-benar berdoa syafaat buat kemenangan itu (Mzm 20:8; Ams 21:31; Bdk. Ayb 42:7).

Ketika raja Yoas menghadapi musuh yang terlalu kuat, dia datang ke Nabi Elisa dengan mengutip kata-kata yang pernah diucapkan Nabi Elisa (2 Raj 2:12-13teriakan Elisa berkenan di hati Tuhan dan hati Elia). Hati Elisa pun berkenan terhadap ucapan Yoas

[15-17c] Berkatalah Elisa kepadanya: “Ambillah busur dan anak-anak panah! Lalu diambillah busur dan anak-anak panah. Berkatalah ia kepada raja Israel: “Tariklah busurmu!”

Lalu ia menarik busurnya, tetapi Elisa menaruh tangannya di atas tangan raja, serta berkata: “Bukalah jendela yang di sebelah Timur!” Dan ketika dibukanya, berkatalah Elisa: “Panahlah!” Lalu dipanahnya.

» Ketika Yoas disuruh memanah, dia langsung mau memanah sembarangan, tanpa bertanya sasarannya. Elisa masih memberi peringatan dengan cara menaruh tangannya di atas tangan Yoas (mencari kemudahan, bukan ketepatan).

[17d] Kemudian berkatalah Elisa: “Itulah anak panah kemenangan dari pada Tuhan, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap.”

 » Janji Tuhan kepada Yoas

[18-19] Sesudah itu berkatalah ia: “Ambillah anak-anak panah itu!” Lalu diambilnya. Setelah diambilnya, berkatalah Elisa kepada raja Israel: “Pukulkanlah itu ke tanah!” Lalu dipukulkannya tiga kali, kemudian ia berhenti.

Tetapi gusarlah abdi Allah itu kepadanya serta berkata: “Seharusnya engkau memukul lima atau enam kali! Dengan berbuat demikian engkau akan memukul Aram sampai habis lenyap. Tetapi sekarang, hanya tiga kali saja engkau akan memukul Aram.”

» Yoas tidak belajar dari kesalahan yang pertama. Dia tidak terlalu mengerti soal rohani karena dia kurang menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan sehingga dia juga kurang cerdas secara roh.

Ketika mendengar sesuatu, dia langsung berinisiatif sendiri tanpa bertanya sehingga janji Tuhan tidak dapat tergenapi dalam hidupnya.

Jika kita bergantung kepada kekuatan kita sendiri, maka semua potensi kita akan mandul karena kita sudah jatuh di dalam kesombongan. 

Jadi, sebagai seorang Kristiani kita seharusnya selalu bergantung kepada Tuhan dan memperhatikan apa yang tertulis di Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu sehingga kita mempunyai kepekaan apa yang berkenan di hati Tuhan.

Dan kita pun harus selalu bertanya pada Roh Kudus agar kita mempunyai ketepatan dalam mengawal mandat dan berkat sehingga janji-janji Tuhan tergenapi dalam kehidupan kita.

(Sumber: Warta KPI TL No. 82/II/2011» Renungan KPI TL tgl 7 Oktober 2010 , Dra Yovita Baskoro, MM).