Rabu, 22 Mei 2019

Kis 15:1-6

Sarapan Pagi 
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya



Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21) 


Penanggalan liturgi

Rabu, 22 Mei 2019: Pekan V Paskah - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kis 15:1-6; Mzm 122:1-2, 3-4a, 4b-5; Yoh 15:1-8


Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."

Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. 

Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. 

Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka.

Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa."

Maka (*) bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. 


Renungan


1. Konsili menghasilkan Magisterium

(*) Sejak Gereja Katolik didirikan oleh Yesus Kristus, duapuluh satu konsili ekumenis telah diadakan, yang pertama adalah Konsili Nicea I (325) dan yang terakhir adalah Konsili Vatikan II (1962-1965). 

Konsili-konsili ini diadakan guna mengatasi krisis yang dihadapi Gereja. Terkadang, krisis menyangkut serangan terhadap suatu ajaran iman tertentu. 

Sebagai contoh, Konsili Nicea (325) harus menghadapi bidaah Arianisme yang menyangkal keallahan Yesus Kristus. Sebagai reaksi, konsili mengutuk Arianisme dan menghasilkan Kredo Nicea yang memaklumkan bahwa Yesus Kristus adalah sehakikat dengan Bapa, dengan kodrat ilahi yang sama dengan Bapa.

Di lain pihak, krisis dapat pula tidak terlalu menyangkut masalah ajaran iman, melainkan lebih pada situasi aktual yang dihadapi Gereja. 

Sebagai contoh, Konsili Vatikan Kedua (1962-1965) tidak harus menghadapi suatu ajaran sesat tertentu, melainkan konsili perlu merefleksikan kembali posisi Gereja dalam dunia modern dan dengan kesegaran baru menghadirkan kembali keindahan Gereja Katolik.

Jadi, ketika umat Katolik hendak memahami Kitab Suci, tidak perlu lagi bingung dalam menafsirkannya, tetapi dapat mengunduh dari hasil dari Konsili, yaitu: Magisterium (Wewenang Mengajar Gereja).


Selasa, 21 Mei 2019

06.34 -

Pertobatan

Sebagian besar isi Kitab Suci adalah seruan orang untuk bertobat (berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, mengoyakkan hati, bukan pakaian - Yl 2:12-13).

Masa pertobatan adalah:
o  Masa rahmat/menata hidup yang berserakan.
o  Masa padang gurun (sunyi, sepi, tandus, berdoa terasa hampa).
o  Masa mengolah konflik batin (belajar tidak melihat kelemahan orang lain).
o  Masa untuk benar-benar mengikuti Yesus secara radikal.

Pertobatan dimulai dari hati (yang mampu mengasihi); bukan dari kepala (kasih kalkulator = selalu berhitung segala sesuatunya).

Perjalanan yang paling panjang di tempuh manusia yang tak pernah sampai, yaitu: perjalanan masuk ke dalam hati – ‘pertama melihat kebaikan-kebaikan, lalu masuk semakin dalam akan menjumpai kejelek-jelekan. Biasanya kalau menjumpai kejelekan maka akan ke luar, sehingga tidak akan pernah sempurna’ seperti yang dikatakan Kitab Suci.

Kalau orang bisa melihat dirinya tidak baik, itu satu langkah awal pertobatan sempurna.

Orang yang baru menerima sakramen baptis dengan penuh kesadaran bahwa namanya tercatat di sorga/kitab kehidupan – menjadi milik Tuhan, biasanya dipenuhi Roh Kudus yang menyucikan (1 Pet 3:21) dan Tuhan mengutusnya untuk melayani (akan memasuki padang gurun untuk mempersiapkan seluruh hidupnya untuk melayani).
Pembaptisan tidak membuat kita steril terhadap godaan iblis,  karena dosa terus menerus membayangi kehidupan. Dosa berasal dari godaan dan tawaran.

Ada tawaran yang diberikan Iblis pada Yesus (Luk 4:1-13):
1.    Batu menjadi roti – tawaran materi untuk menerimanya secara instant.
2.    Segala kuasa serta kemuliaannya akan kuberikan kepadamu ... jika Engkau menyembahku – sejauh mana dunia mempengaruhi kita.
3.    Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah ..., Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau – tujuan Yesus melakukan kehendak Bapa-Nya tanpa minta dipuji oleh manusia.
Tawaran Iblis kadang tanpa kita sadari juga secara Alkitabiah. Misalnya: Tuhan berjanji ... -  tanpa kita sadari praktek iman ini justru membawa kita pada kesombongan rohani.


(Sumber: Warta KPI TL No. 37/V/2007; Renungan KPI TL Tgl 29 Maret 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).

05.43 -

Uji coba



Seorang petani menanam tunas pohon. Petani itu rupanya sedang melakukan uji coba, tunas pertama disiram setiap pagi dan sore hari, sementara tunas kedua hanya disiram dua hari sekali. Kedua tunas itu tumbuh sama baik.

Setelah dirasa cukup tinggi, petani itu mencabutnya karena akan memindahkannya ke tempat yang lebih luas. Pohon pertama berhasil dicabut dengan sangat cepat karena akarnya tidak terlalu dalam. Sementara untuk pohon kedua, petani itu membutuhkan waktu yang agak lama. Karena lebih sedikit disiram, maka pohon itu menumbuhkan akarnya jauh ke dalam untuk mencari sumber air.

Begitulah kesulitan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita. Bila setiap hari kita dimanja oleh Tuhan, maka iman kita akan mati dan saat persoalan datang, kita akan mudah menyerah

Namun saat hidup kita diperhadapkan pada kesulitan-kesulitan, maka iman kita akan semakin menjulur ke dalam hati Tuhan untuk mencari pertolongan-Nya. Iman kita akan semakin kuat dan hidup kita semakin tak tergoyahkan.

Damai sejahtera akan memelihara hati dan pikiran kita

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Flp 4:6)

Renungan:

Mary Richardson, istri Robert F. Kennedy Jr, dinyatakan meninggal dunia akibat gantung diri di rumahnya di Bedford, New York, pada hari Rabu, 16 Mei 2012. Suaminya berkata bahwa istrinya telah berjuang melawan depresi dan menyimpan banyak amarah sepanjang hidupnya. 

Ketika insiden gantung diri itu terjadi, Mary sedang dalam proses perceraian dengan suaminya. Saat itu Mary juga sedang berusaha melawan kebiasaan mengonsumsi narkoba dan alkohol.

Kasus bunuh diri di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak kasus bunuh diri yang terjadi di dunia ini. Hal seperti ini bisa terjadi karena seseorang tidak memiliki kedamaian di hatinya

Banyak orang yang salah jalan di dalam mencari kedamaian. Mereka mencarinya di diskotik, minuman keras, seks bebas, narkoba dan lain-lain. Hasilnya, mereka tetap saja tidak mengalami kedamaian di dalam hidupnya. 

Tuhan telah menyediakan satu jalan kepada manusia untuk mendapatkan kedamaian, yaitu melalui hubungan yang dekat dengannya. Firman Tuhan di atas mengajarkan agar kita tidak khawatir mengenai apa pun juga. Sebaliknya kita harus menyampaikan apa pun yang menjadi keinginan kita kepada-Nya di dalam doa-doa kita. Ketika kita menyerahkan apa yang menjadi pergumulan hidup kita kepada-Nya, maka hati kita akan memperoleh kedamaian. Itulah damai sejahtera Tuhan yang akan memelihara hati dan pikiran kita

Oleh karena itu, ketika kita diperhadapkan pada berbagai persoalan hidup, datanglah kepada Tuhan. Percayalah, kasih dan kuasa Tuhan akan bekerja secara luar biasa dalam kehidupan kita. Tuhan memberkati.

Doa:
Yesus, ajarilah aku untuk menyerahkan setiap persoalan hidupku kepada-Mu. Jangan biarkan aku meragukan kuasa-Mu, tetapi ubah hatiku agar aku percaya akan kuasa pemeliharaan-Mu padaku. Amin. (Dod).

(Sumber: Kencan Dengan Tuhan, Senin, 20 Mei 2019).

Senin, 20 Mei 2019

Sulit bukan berarti tidak bisa



Harold Russell adalah seorang prajurit AS yang mengalami kecelakaan saat perang dunia II. Kecelakaan itu membuat Russell kehilangan kakinya. Awalnya Russell putus asa, merasa jadi orang gagal dan kehilangan semangat hidup.

Saat keluar rumah sakit, atasannya mengatakan sesuatu yg terdengar aneh baginya, "ada satu hal yang harus kamu ingat: Kamu bukanlah orang pincang, tetapi kamu hanya difabel."

Dalam hati ia berkata, "apa bedanya pincang dan difabel?" Namun ketika ia membuka kamus dan mencari arti dua kata itu, terkejutlah ia bahwa dua kata yang sering di anggap sama itu ternyata berbeda jauh.

Pincang artinya tidak dapat melakukan sesuatu dengan sempurna, sedangkan difabel yang merupakan singkatan dari different ability artinya kemampuan melakukan sesuatu dengan cara berbeda.

Memang halangan tersebut cukup menyulitkan, lebih sulit, tapi masih bisa!

Akhirnya Russell justru menjadi bintang Holywood, mendapatkan peran penting dalam film The Best Years of Our Lives, dan memenangkan 2 penghargaan.

Halangan dan tantangan mungkin selalu ada, namun ingatlah bahwa sulit bukan berarti tidak bisaBanyak penderita cacat yang harus berjuang keras untuk bisa bersaing dengan mereka yang normal. Mereka mengalami lebih sulit, tapi masih bisa! Bahkan mereka jauh lebih hebat dari orang normal!

Asalkan ada kemauan, keuletan dan kesungguhan hati, tak ada halangan apapun yang menghentikan kita.

Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga (Ams 12:27).

18.58 -

Hidup dalam ketenangan

Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku (Mzm 62:6)

Sebagai orang percaya kita harus tetap tenang. Ketenangan bukanlah sebuah keadaan melainkan sebuah keputusan. Artinya seburuk apa pun situasi yang ada dan membuat hati tidak tenang kita dapat memutuskan agar tetap tenang. 

Mengapa kita harus tetap tenang dalam menjalani hari-hari yang sulit? Karena kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita dan pertolongan-Nya selalu tepat pada waktunya

Daud berkata, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mzm 46:2). Jadi tidak ada alasan untuk tidak tenang.

Hari-hari ini dunia sudah semakin kehilangan ketenangan. Orang yang kaya gelisah dan tidak tenang hidupnya karena memikirkan bagaimana cara menyimpan uang dan hartanya secara aman

Sebaliknya orang miskin juga tidak bisa tenang karena hari-harinya dipenuhi oleh rasa kuatir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Kunci untuk hidup tenang adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.

Dalam Yesaya 30:15 dikatakan, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yes 30:15).

Ternyata ketenangan dalam diri seseorang mendatangkan kekuatan yang luar biasa! Orang yang tenang dapat kuat menghadapi persoalan apa pun. Sebaliknya orang yang tidak tenang, pikirannya akan cenderung menuju ke arah negatif. Banyak keputusan-keputusan yang salah atau keliru kita buat ketika kondisi hati kita sedang tidak tenang.

Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa (1 Ptr 4:7b).

Bila kita tenang kita bisa berdoa dan banyak persoalan yang dapat kita selesaikan ketika kita berdoa. Sungguh, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatkanku." (Mzm 62:2). Artinya, ketenangan hanya kita dapatkan ketika kita hidup dan tinggal dekat Tuhan.

Mari kita jalani hari-hari kita dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan, sehingga kita tetap tenang di segala situasi!

18.33 -

Pohon berduri



Di sebuah desa yg tenteram ada seorang pria yg menanam pohon berduri tepat di depan jalan menuju pintu masuk rumahnya. Sang Kepala desa sudah berulang kali memperingatkannya agar memotong pohon berduri itu. Setiap kali diingatkan, orang itu selalu mengatakan akan dipotong besok hari. Beberapa tahun berlalu, orang itupun bertambah tua tetapi pohon itu belum juga dipotong. 

Duri-duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan tetapi juga melukai pemiliknya. Sang pemiliknya kini sangat ingin memotong pohon itu. Tetapi apa daya usianya sudah sangat tua. Ia pun sudah lemah hingga tidak mampu lagi untuk memotong pohon tersebut. 

Itulah sebuah perumpamaan. Di dalam hidup ini, kita juga sering kali melakukan hal yang sama, kita banyak sekali menanam pohon berduri di dalam diri kita, duri-duri itu tidak saja menusuk orang lain tetapi juga menusuk diri kita sendiri

Pohon duri dalam diri tersebut adalah kebencian, kemarahan, kesombongan, dan hal-hal negatif lainnya. Selagi masih kecil dan belum terlalu terlambat, tebanglah pohon duri tersebut sekarang juga.

(Sumber: Warta KPI TL No. 169/V/2019)