Selasa, 21 Mei 2019

06.34 -

Pertobatan

Sebagian besar isi Kitab Suci adalah seruan orang untuk bertobat (berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, mengoyakkan hati, bukan pakaian - Yl 2:12-13).

Masa pertobatan adalah:
o  Masa rahmat/menata hidup yang berserakan.
o  Masa padang gurun (sunyi, sepi, tandus, berdoa terasa hampa).
o  Masa mengolah konflik batin (belajar tidak melihat kelemahan orang lain).
o  Masa untuk benar-benar mengikuti Yesus secara radikal.

Pertobatan dimulai dari hati (yang mampu mengasihi); bukan dari kepala (kasih kalkulator = selalu berhitung segala sesuatunya).

Perjalanan yang paling panjang di tempuh manusia yang tak pernah sampai, yaitu: perjalanan masuk ke dalam hati – ‘pertama melihat kebaikan-kebaikan, lalu masuk semakin dalam akan menjumpai kejelek-jelekan. Biasanya kalau menjumpai kejelekan maka akan ke luar, sehingga tidak akan pernah sempurna’ seperti yang dikatakan Kitab Suci.

Kalau orang bisa melihat dirinya tidak baik, itu satu langkah awal pertobatan sempurna.

Orang yang baru menerima sakramen baptis dengan penuh kesadaran bahwa namanya tercatat di sorga/kitab kehidupan – menjadi milik Tuhan, biasanya dipenuhi Roh Kudus yang menyucikan (1 Pet 3:21) dan Tuhan mengutusnya untuk melayani (akan memasuki padang gurun untuk mempersiapkan seluruh hidupnya untuk melayani).
Pembaptisan tidak membuat kita steril terhadap godaan iblis,  karena dosa terus menerus membayangi kehidupan. Dosa berasal dari godaan dan tawaran.

Ada tawaran yang diberikan Iblis pada Yesus (Luk 4:1-13):
1.    Batu menjadi roti – tawaran materi untuk menerimanya secara instant.
2.    Segala kuasa serta kemuliaannya akan kuberikan kepadamu ... jika Engkau menyembahku – sejauh mana dunia mempengaruhi kita.
3.    Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah ..., Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau – tujuan Yesus melakukan kehendak Bapa-Nya tanpa minta dipuji oleh manusia.
Tawaran Iblis kadang tanpa kita sadari juga secara Alkitabiah. Misalnya: Tuhan berjanji ... -  tanpa kita sadari praktek iman ini justru membawa kita pada kesombongan rohani.


(Sumber: Warta KPI TL No. 37/V/2007; Renungan KPI TL Tgl 29 Maret 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).