Sabtu, 28 Desember 2019

20.04 -

Rm 12:5-16a

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Selasa, 5 November 2019: Hari Biasa XXXI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Rm 12:5-16a; Mzm 13:1, 2, 3; Luk 14:15-24


Demikian juga kita, (A) walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: 

(B) Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. 

(C) Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. 

(1) Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (2A) Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (3) Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! (2B) Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! 

Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! 


Renungan


1. Kasih - pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan

(AB) Di tengah zaman dengan semangat individualisme yang tinggi, kesatuan gereja sebagai tubuh Kristus sedang terancam. Banyak orang Kristen cenderung memilih untuk mengikuti egonya sendiri. Gereja yang sehat sadar bahwa setiap umat percaya adalah anggota tubuh Kristus yang diikat melalui sendi-sendi fundamental, yaitu karunia rohani yang diberikan untuk saling melayani dan membangun. Jadi, janganlah merasa lebih unggul, lebih pandai, atau lebih penting daripada orang lain. Sikap demikian adalah penghancur kesatuan dan kesehatian. 

(C) Membangun kebersamaan itu memang tidak mudah. Semakin banyak orang di dalam sebuah kelompok, semakin banyak perbedaan dan potensi konflik. Kasih adalah landasan dari gereja yang sehat. Jadi, kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kol 3:14).

Jika kita ingin dewasa dalam iman, maka kita harus mengikuti nasehat Paulus:

(1) Apa pun konflik yang sedang dihadapi, janganlah menyerah dengan konflik yang pahit itu, tetapi bertekunlah dalam doa dan bersikaplah positif dalam menggapai penyelesaian konflik tersebut. 

(2AB) Kemurahan hati adalah prinsip penting untuk mencegah konflik, bahkan mengobati jika konflik ini terjadi. Jadi, simpati dan empati adalah dua kata yang amat dalam dan penting artinya di dalam memelihara kesatuan. Ketika orang lain sedang bersusah hati, kita ikut bersusah hati, demikian pula sebaliknya, ketika orang lain bersukacita, kita pun larut di dalamnya. 

(3) Orang Kristen dipanggil menjadi satu tubuh untuk memperoleh berkat. Jadi hendaklah memberkati sehingga damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita (Kol 3:15; 1 Ptr 3:9).