Sabtu, 28 Desember 2019

00.42 -

2 Mak 6:18-31

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Selasa, 19 November 2019: Hari Biasa XXXIII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Mak 6:18-31; Mzm 3:2-3, 4-5, 6-7; Luk 19:1-10


Eleazar adalah seorang AHLI TAURAT yang utama. Ia sudah lanjut umurnya dan terhormatlah tampan rupanya. Ia dibuka mulutnya dengan kekerasan dan begitu dipaksa makan daging babi. 

Tetapi dengan MENGUTAMAKAN KEMATIAN TERHORMAT DARI PADA HIDUP TERNISTA ia menuju tempat pukulan dengan rela hati, setelah daging itu dimuntahkannya kembali. Dan demikian mestinya tindakan orang yang BERANI MENOLAK apa yang bahkan KARENA CINTA KEPADA HIDUP sekalipun tidak boleh dikecap. 

Tetapi para pengurus perjamuan korban yang tak halal menyendirikan Eleazar, oleh karena sudah lama mereka kenal baik dengan orang itu. Lalu mereka mengajak dia untuk mengambil daging yang boleh dipakai dan yang dapat disediakannya sendiri. Cukuplah kalau dari daging korban itu ia hanya pura-pura makan apa yang dititahkan raja. Dengan berbuat demikian ia dapat meluputkan diri dari kematian dan MENDAPAT PERLAKUAN BAIK DEMI PERSAHABATAN LAMA di antara mereka. 

Tetapi Eleazar MENGAMBIL KEPUTUSAN MULIA, yang pantas bagi umurnya, bagi kehormatan usianya, bagi ubannya yang jernih dan teramat mulia, pantas BAGI CARA HIDUPNYA YANG JERNIH sejak masa mudanya dan terlebih pantas BAGI PERUNDANG-UNDANGAN SUCI YANG DIBERIKAN OLEH ALLAH SENDIRI. Dengan tegas dimintanya, supaya segera dikirim ke dunia orang mati saja. 

Katanya: "BERPURA-PURA TIDAKLAH PANTAS bagi umur kami, supaya janganlah banyak pemuda kusesatkan juga, oleh karena mereka menyangka bahwa Eleazar yang sudah berumur sembilan puluh tahun beralih kepada tata cara asing. 

Boleh jadi mereka kusesatkan dengan berpura-pura demi hidup yang pendek dan fana ini dan dalam pada itu kuturunkan noda dan aib kepada usiaku. Kalaupun sekarang aku lolos dari dendam dari pihak manusia, tetapi tidak dapatlah aku melarikan diri dari tangan Yang Mahakuasa, baik hidup maupun mati. Dari sebab itu dengan berpulang sebagai lelaki aku sekarang mau menyatakan diri layak bagi usiaku. 

Dengan demikian akupun meninggalkan suatu teladan luhur bagi kaum muda untuk dengan sukarela yang mulia mati bagi HUKUM TAURAT yang MULIA DAN SUCI itu." Setelah berkata demikian, Eleazar segera menuju tempat siksaan. 

Adapun orang-orang yang mengantarnya ke sana merubah kesudian yang belum lama berselang mereka taruh terhadapnya menjadi permusuhan. Itu dikarenakan oleh PERKATAAN YANG baru DIUCAPKAN Eleazar dan yang MEREKA PANDANG SEBAGAI KEGILAAN BELAKA. 

Ketika sudah hampir mati karena pukulan-pukulan, maka mengaduhlah Eleazar, katanya: "Bagi TUHAN yang MEMPUNYAI PENGETAHUAN YANG KUDUS ternyatalah bahwa aku dapat meluputkan diri dari maut dan bahwa AKU SEKARANG MENANGGUNG KESENGSARAAN HEBAT DALAM TUBUHKU akibat deraan itu. TETAPI DALAM JIWA aku MENDERITA semuanya itu DENGAN SUKA HATI KARENA TAKUT AKAN TUHAN."

Demikian berpulanglah Eleazar dan meninggalkan kematiannya sebagai TELADAN KELUHURAN BUDI dan sebagai PERINGATAN KEBAJIKAN, tidak hanya untuk kaum muda saja, tetapi juga bagi kebanyakan orang dari bangsanya. 


Renungan


1. Menjadi martir

Eliazar memandang penganiayaan dengan alasan yang benar, dia menolak melanggar hukum. Ia menerima kematiannya dengan gembira, dihadapan para penganiaya. 

Mereka sampai terheran-heran melihat keberanian Eliazar dan ketabahannya dalam menghadapi penderitaan sampai mati.