Sabtu, 28 Desember 2019

00.32 -

2 Mak 7:1, 20-31

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Rabu, 20 November 2019: Hari Biasa XXXIII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Mak 7:1, 20-31; Mzm 17:1, 5-6, 8b, 15; Luk 19:11-28


Terjadi pula yang berikut ini: Tujuh orang bersaudara serta ibu mereka ditangkap. Lalu dengan siksaan cambuk dan rotan mau dipaksa oleh sang raja untuk makan daging babi yang haram. 

Tetapi terutama IBU ITU sungguh mengagumkan secara luar biasa. Ia layak dikenang-kenangkan baik-baik. Ia mesti MENYAKSIKAN KETUJUH ANAKNYA MATI dalam tempo satu hari saja. Namun demikian, itu ditanggungnya dengan besar hati oleh sebab HARAPANNYA KEPADA TUHAN. 

Dengan rasa hati yang luhur DIHIBURNYA ANAKNYA masing-masing dalam bahasanya sendiri, penuh dengan semangat yang luhur. Dengan semangat jantan dikuatkannya tabiat kewanitaannya lalu berkatalah ia kepada anak-anaknya: "Aku tidak tahu bagaimana kamu muncul dalam kandungku. Bukan akulah yang memberi kepadamu nafas dan hidup atau menyusun bagian-bagian pada badanmu masing-masing! Melainkan PENCIPTA alam semestalah yang membentuk kelahiran manusia dan MERENCANAKAN KEJADIAN segala sesuatunya.

Dengan belas kasihan-Nya Tuhan akan memberikan kembali roh dan hidup kepada kamu, justru oleh karena kamu kini memandang dirimu bukan apa-apa demi hukum-hukum-Nya."

Adapun raja Antiokhus mengira bahwa ibu itu menghina dia dan ia menganggap bicaranya suatu penistaan. Anak bungsu yang masih hidup itu tidak hanya dibujuk dengan kata-kata, tetapi sang RAJA juga MENJANJIKAN dengan angkat sumpah bahwa ANAK BUNGSU itu AKAN DIJADIKANNYA KAYA dan BAHAGIA, asal saja ia mau meninggalkan adat istiadat nenek moyangnya. Bahkan ia AKAN DIJADIKANNYA SAHABAT RAJA dan kepadanya akan DIPERCAYAKAN PELBAGAI JABATAN NEGARA. 

Oleh karena PEMUDA ITU TIDAK MENGHIRAUKANNYA SAMA SEKALI, maka sang RAJA memanggil ibunya dan MENDESAK, supaya IA MENASEHATI ANAKNYA demi keselamatan hidupnya. Sesudah ia lama mendesak barulah ibu itu menyanggupi untuk meyakinkan anaknya.

Kemudian ia membungkuk kepada anaknya lalu dengan mencemoohkan penguasa yang bengis itu berkatalah ia dalam bahasanya sendiri: "Anakku, kasihanilah aku yang sembilan bulan lamanya mengandungmu dan tiga tahun lamanya menyusuimu. Akupun sudah mengasuhmu dan membesarkanmu hingga umur sekarang ini dan terus memeliharamu. 

Aku mendesak, ya anakku, tengadahlah ke langit dan ke bumi dan kepada segala sesuatunya yang kelihatan di dalamnya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menjadikan kesemuanya itu dari barang yang sudah ada. Demikianpun bangsa manusia dijadikan juga.

JANGAN TAKUT kepada algojo itu. Sebaliknya, hendaklah menyatakan diri sepantas kakak-kakakmu dan terimalah maut itu, supaya aku mendapat kembali engkau serta kakak-kakakmu di masa belas kasihan kelak." 

Ibu itu belum lagi mengakhiri ucapannya itu, maka BERKATALAH PEMUDA ITU "Kamu menunggu siapa? Aku tidak mentaati penetapan raja. Sebaliknya AKU TAAT KEPADA SEGALA KETETAPAN TAURAT yang sudah diberikan oleh Musa kepada nenek moyang kami. 

Niscaya baginda yang menjadi asal usul segala malapetaka yang menimpa orang-orang Ibrani tidak akan terluput dari tangan Allah. 


Renungan


1. Iman - mengalahkan dunia

Hubungan dengan Tuhan dan dengan anak-anak begitu kuatnya sehingga hati ibu tak terpatahkan di bawah tekanan yang berat. Sang ibu malah membesarkan hati sang anak. Dan akhirnya sang ibu dan semua anaknya menjadi martir.

Terorisme adalah tindakan iblis. Itu tak mungkin ditundukkan dengan upaya manusiawi saja. Itu hanya dapat dikalahkan dengan iman kita akan Yesus Kristus (1 Yoh 5:4 》inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita). Hanya nama Yesus-lah satu-satunya yang menyelamatkan kita (Kis 4:12). Berimanlah selalu pada Yesus, Dia-lah satu-satunya harapan kita.