Sabtu, 20 Juli 2019

Roh Kudus-lah yang menjiwai Gereja



Ada seorang Kristen yang baik (X), ia selalu memberikan sepuluh persen dari hasil kerjanya. Sebelum berangkat kerja ke luar kota, X selalu mengumpulkan jemaat untuk berdoa, memohon penyertaan Roh Kudus dalam pekerjaannya. 

Suatu hari, ketika berada di Caruban, X mendengar bunyi suara sirene mobil polisi. Tiba-tiba ia merasa ketakutan dan putus asa, maka mobil box yang dibawanya itu ditinggalnya di pinggir jalan dan ia lari masuk ke dalam hutan untuk memohon penyertaan Roh Kudus. Saat berdoa, polisi menangkapnya. 

Saat saya bertemu di Lapas Sidoarjo, X mensharingkan hidupnya, katanya: “Selama empat tahun saya menjadi orang sukses dalam pekerjaan saya, karena saya selalu memohon penyertaan Roh Kudus. Namun, saat merampok di salah satu toko Elektronik di Ponorogo, kerjaan rutin saya merampok di-endus oleh polisi sehingga saya harus berada di sini selama lima tahun.” 

Ada banyak orang Kristen yang salah mengerti tentang karya Roh Kudus seperti X, mereka menganggap setiap keberuntungan adalah karya Roh Kudus. Sesungguhnya, allah yang X sembah bukan Allah Tritunggal Mahakudus tapi keberuntungan



Sebelum kita menerima Roh Kuduskita seperti seorang yang dibebani dengan umur dan kelemahanTetapi jika Roh Kudus datang ke dalam kitakita dibuat muda, indah dan penuh energi (St. Yohanes Krisostomus).



Marilah kita mengenal siapa Roh Kudus dan karya-karya-Nya



Tuhan menciptakan manusia karena cinta, ia diciptakan menurut citra Allah, dalam mata Allah ia lebih bernilai daripada segala makhluk. Diciptakan dalam keadaan kekudusan, manusia ditentukan supaya "di-ilahi-kan" sepenuhnya oleh Allah dalam kemuliaan (KGK 356-358).



Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati (Kej 3:1-11) di dalam hatinya, menyalah-gunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia (Rm 5:19) (KGK 397). 

Sesudah jatuh, manusia tidak dibiarkan Allah. Sebaliknya, Allah memanggil dia (Kej 3:9). dan memberitahukan kepadanya atas cara yang penuh rahasia (Kej. 3:15) (KGK 410). 



Abraham dipanggil dengan maksud mempersiapkan pengumpulan semua anak Allah dalam kesatuan Gereja (Yoh 11:52; 10:16). Bangsa ini menjadi akar pohon, yang padanya akan dicangkokkan orang-orang kafir, kalau mereka sudah percaya (Rm 11:17-18.24) (KGK 60).

Allah memilih Abraham dan mengadakan perjanjian dengan dia dan dengan keturunannya. Ia mempersiapkan bangsa ini melalui para nabi agar menerima keselamatan yang dimaksudkan untuk seluruh umat manusia. (KGK 72). Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus (Kis 13:23).



Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Ia memilih bangsa Israel menjadi Umat-Nya, mengadakan perjanjian dengan mereka, dan mendidik mereka langkah demi langkah ... untuk menyiapkan dan melambangkan perjanjian baru dan sempurna, yang akan diadakan dalam Kristus ... dalam darah-Nya. (KGK 781).



Maria dipanggil mengandung Dia, yang di dalam-Nya akan tinggal "seluruh kepenuhan ke-Allah-an secara jasmaniah" (Kol 2:9) (KGK 484). Putera tunggal Bapa, yang dikandung oleh Perawan Maria sebagai manusia, adalah "Kristus", artinya diurapi Roh Kudus (Bdk. Mat 1:20; Luk 1:35) (KGK 486). 

Kodrat manusiawi Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus sejak perkandungan-Nya karena Allah "mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas" (Yoh 3:34). "Karena dari kepenuhan-Nya" - Kepala umat manusia yang tertebus (Bdk. Kol 1:18) - "kita semua menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yoh 1:16) (KGK 504).



Allah sebegitu prihatin dengan keselamatan manusia, sehingga Ia tidak menyayangkan Putera-Nya yang tunggal untuk dia (KGK 410). Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31) (KGK 2853).



Berulang kali Kristus menjanjikan curahan Roh (Luk 12:12; Yoh 3:5-8; 7:37-39; 16:7-15; Kis 1:8) dan memenuhi janji-Nya itu untuk pertama kalinya pada hari Paskah (Yoh 20:22) dan lebih nyata lagi pada hari Pentakosta (Kis 2:1-4). Dipenuhi oleh Roh Kudus, para Rasul mulai mewartakan "perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah" (Kis 2:11) (KGK 1287).




[Kis 2:1-13, 41-47] Ketika tiba hari Pentakostasemua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit (1A) suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka (2A) lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka (2B) penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka (3A) mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. ... kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri (3B) tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Maka (1B) bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: “...” Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 

(4A) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 

Dan (4B) semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 

Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. 

Pada hari Pentakosta ada tiga fenomena yang terjadi


(1AB) Roh Kudus sebagai Pribadi Allah yang nyata namun juga misterius dan tidak mudah dimengerti. Namun, sebenarnya semua umat beriman yang telah dibaptis mempunyai Roh Kudus dan ketujuh karunia Roh Kudus.

Roh kudus sepertiangin bertiup ke mana ia mau, dan kita mendengar bunyinya, tetapi kita  tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi (Yoh 3:8). Demikianlah halnya dengan orang yang menerima pencurahan Roh Kudus, ada dorongan dan  daya-kekuatan-ilahi yang luar biasa yang membuatnya "bangkit" dan "bergerak".

Hari Raya Pentakosta merupakan perayaan kedatangan Roh Kudus, dan terjadi 50 hari setelah Minggu Paskah. Paskah merayakan kemenangan Yesus atas kematian, kebangkitan ke dalam kehidupan baru, kenaikan-Nya ke surga, secara spesifik adalah pemberian Roh Kudus. 



Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, diutus kepada para Rasul dan Gereja, Ia akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh 16:13). Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Tritunggal Mahakudus.

Roh Kudus adalah Bapa segala cahaya, cahaya yang menuntun untuk lebih mengenal dan memahami misteri-misteri karya Allah (St. Louise de Montford)

Roh kudus berasal dari Bapa dan Putra (Pengakuan iman Kristen, Puji Syukur No. 2; Roh Kudus keluar dari Bapa (Yoh 15:26); Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita (Gal 4:6); Roh Kudus akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku (Yoh 14:26). Perutusan Pribadi Roh sesudah pemuliaan Yesus (Yoh 7:39) menyatakan misteri Tritunggal Maha Kudus dalam kepenuhannya (KGK 244). Dogma Gereja tentang Tritunggal Mahakudus hanya dapat kita terima dengan iman, bukan dengan pengetahuan. 

Karena adanya Pentakosta, maka pengenalan YHWH yang dahulujauh”,  sekarang sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus (Ef 2:13). Oleh karena itu di Gereja ada Hari Raya Tritunggal Mahakudus. 

[Baca juga: Mengapa Allah menamai Diri-Nya sendiri?]

Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530) (KGK 253-256).



(2AB) Roh Kudus sungguh-sungguh dicurahkan secara pribadi, sehingga hati dan pikiran diubahkan menjadi baru oleh-Nya, hati yang keras diubah menjadi hati yang taat (Yeh 36:26) sehingga kita berakar dan dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam iman dan hati kita melimpah dengan syukur. Hal ini menghindari jiwa kita ditawan oleh filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-menurun dan roh-roh dunia (Kol 2:7-8). Jadi, Roh Kudus, penjamin kebakaan, peneguh iman kita, tangga surga menuju Allah (KGK 797).

Berkat bimbingan Roh Kudus, kita disadarkan bahwa Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kita dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita, sesudah kita menderita seketika lamanya  (1 Ptr 5:10). Allah akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus untuk hidup dalam damai sejahtera yang melampaui segala akal (1 Kor 7:15; Flp 4:7).

Kita dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib untuk bersekutu dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Ptr 2:9; 1 Kor 1:9) sehingga kita dimampukan melakukan apa yang kudus (1 Tes 4:7) dan memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (1 Ptr 2:9).



(3AB) Roh Kudus berperan sebagai "daya-aktif-komunikatif. Ketika jiwa dibakar oleh api Roh Kudus maka jiwa begitu berapi-api dalam mewartakan kabar gembira (Luk 12:49; Kis 1:8 » penuh semangat bersaksi). Roh Kudus adalah sumber dari Agape. Hati yang membara karena cinta dapat menggerakkan anggota-anggota lain untuk bekerja (KGK 826). 

Selama Yesus berkarya, para rasul hidup dan bersama-sama dengan-Nya. Namun, para rasul belum benar-benar mengenal Yesus secara penuh. Buktinya: ketika Yesus ditangkap hingga disalibkan, murid-murid-Nya meninggalkan Dia, bahkan Petrus pun menyangkal Dia. Para rasul mengenal Kristus lebih dekat dan lebih intim setelah mereka menerima Roh Kudus

Begitu pula dengan kita, Roh Kudus membuat kita mengenal Kristus, sama seperti Kristus yang membuat kita mengenal Allah Bapa. Jadi, kehidupan umat Kristiani tidak mungkin dilepaskan dari Roh Kudus. Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah (Rm 8:14).



(4AB) Roh Kudus mempersatukan Gereja-Nya, mempersatukan setiap umat dengan Kristus, dan dalam persatuan dengan Kristus itulah, maka Roh Kudus mempersatukan umat beriman yang satu dengan yang lain dalam suatu komunitas beriman



Roh Kudus juga mendorong umat beriman menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan (Luk 3:8, 11, 13-14 » mempunyai dua helai baju/ makanan, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya; jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu; jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu).

Jadi, Roh Kudus-lah yang menjiwai Gereja. Gereja hidup, berkarya, dan bertumbuh berkat adanya "daya-kekuatan-ilahi", "daya-dinamis", "daya-kreatif", dan "daya-aktif-komunikatif" dari Roh Kudus. 

Layanilah seorang akan yang lainsesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Ptr 4:10).



Tritunggal Mahakudus menganugerahkan kepada yang dibaptis rahmat pengudusan, rahmat pembenaran menyanggupkan kita hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus (anugerah-anugerah Roh Kudus);  menyanggupkan kita percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya (3 keutamaan teologikal/kebajikan ilahi: iman, harapan dan kasih – 1 Kor 13:13); menyanggupkan kita bertumbuh dalam kebaikan (4 keutamaan moral pokok/kebajikan manusiawi: kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan penguasaan diri - Keb 8:7) (KGK 1266).

Kristus memperlengkapi Tubuh-Nya, Gereja, dengan anugerah dan pelayanan, yang olehnya kita dapat membantu satu sama lain di jalan keselamatan (KGK 794). Untuk melaksanakan perutusan-Nya, Roh "memperlengkapi dan membimbing Gereja dengan aneka karunia hierarkis dan karismatik (KGK 768). 

Karunia hierarkis (7 karunia Roh Kudus – Yes 11:2-3) diberikan untuk pengudusan pribadi: bersifat tetap, karena karunia inilah yang membuat manusia terdorong untuk mengikuti gerakan Roh Kudus. Karunia ini dianugerahkan pada seseorang pada saat seseorang menerima Sakramen Baptis.

Karunia yang menyempurnakan akal budi: karunia pengertian, memberikan kedalaman pemahaman akan kebenaran Allah. Karunia kebijaksanaan, pengenalan akan Allah dan nasihat, memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Karunia kebijaksanaan membantu kita menimbang hal-hal yang berkaitan dengan Allah; karunia pengenalan akan Allah membantu kita menimbang ataupun menilai hal-hal sehubungan dengan ciptaan; karunia nasihat mengarahkan tindakan kita.



1. Karunia pengertian

Karunia pengertian adalah adalah karunia yang memungkinkan seseorang untuk mengerti kedalaman misteri iman. Karunia pengertian adalah seumpama sinar yang menerangi akal budi kita, sehingga kita dapat mengerti apa yang sebenarnya diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang harus kita percayai. Karunia pengertian memberikan kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan rahmat, pertumbuhan dalam sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita, yaitu Surga.

Dengan karunia ini, kita dapat terdorong untuk mengarahkan seluruh hidup kita ke Surga. Kita akan mengusahakan segala pikiran, perkataan dan perbuatan kita agar selaras dengan kehendak dan perintah Tuhan. Kita akan terdorong untuk terus mencari dan memahami apa yang menjadi kehendak-Nya dalam hidup kita dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk melaksanakannya.

Datanglah, ya Roh Pengertian, turunlah atas diri kami. Terangilah budi kami, agar dapat memahami ajaran Yesus, Sang Putra, dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.



2. Karunia kebijaksanaan (hikmat)

Karunia kebijaksanaan adalah karunia yang memungkinkan manusia untuk mengalami pengetahuan akan Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan

Karunia kebijaksanaan ini berhubungan erat dengan kasih. Karunia ini bukan hanya merupakan pengetahuan belaka, namun merupakan satu pengalaman ilahi yang diperoleh melalui kasih. Roh Kudus mengisi jiwa orang-orang yang sederhana dan penuh kasih dengan karunia ini, sehingga seolah-olah mereka memakai kacamata ilahi dalam melihat segalanya. Maka orang ini dapat menimbang segala sesuatunya dengan tepat, mempunyai perspektif yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik tanpa adanya kepahitan, dan dapat bersukacita di dalam penderitaan. Semua yang terjadi dilihat secara jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. 

Karunia ini memungkinkan seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan pandangan terfokus kepada Tuhan. Karunia ini membuat seseorang dapat mencerminkan Kristus (1Kor 3:8).

Datanglah, ya Roh Hikmat, turunlah atas diri kami, ajarlah kami menjadi orang bijak, terutama agar kami dapat menghargai, mencintai, dan mengutamakan cita-cita surgawi; dan semoga kami Kau lepaskan dari belenggu dosa dunia ini.


3. Karunia pengenalan akan Allah (pengetahuan)

Karunia pengenalan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk menilai ciptaan dengan semestinya dan melihat kaitannya dengan Sang Pencipta (Keb 13:1-3).

Dengan kata lain, karunia pengenalan akan Allah memberikan kepada kita, pengertian akan makna dari ciptaan dengan mengacu kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan

Dengan karunia pengenalan akan Allah, seseorang dapat memberikan makna akan hal-hal sederhana yang dilakukannya setiap hari, dengan mengangkatnya ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu sebagai jalan pengudusannya. Artinya, semua pekerjaan, jika dilakukan dengan jujur, bersungguh-sungguh, dan dengan motivasi untuk mengasihi Allah, dapat menjadi sarana bagi kita untuk bertumbuh dalam kekudusan (1 Kor 10:31; Kol 3:17, 23). Semua hal di dunia ini dapat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah menghargai tiap-tiap ciptaan-Nya itu.

Datanglah, ya Roh Pengenalan akan Allah. Ajarlah kami mengetahui bahwa semua yang ada di dunia ini sifatnya sementara saja. Bimbinglah kami agar dapat menggunakan hal-hal duniawi untuk kemuliaan-Mu.



4. Karunia nasihat

Karunia ini adalah karunia yang memberikan petunjuk jalan mana yang harus ditempuh untuk dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar bagi nama Tuhan (Mzm 32:8). Karunia nasihat memampukan kita untuk mempunyai intuisi akan jalan mana yang harus diambil sesuai dengan apa yang diinginkan Allah. 

Karunia ini menerangi kebajikan kebijaksanaan, agar kita dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Dengan demikian, karunia nasihat senantiasa menerangi jalan orang- orang yang dengan sungguh- sungguh mendengarkan Roh Kudus.

Yang terpenting sehubungan dengan karunia nasihat adalah kesediaan dan kerjasama kita dalam melaksanakan dorongan Roh Kudus. Kita tidak boleh menempatkan penghalang sehingga Roh Kudus tidak dapat bekerja secara bebas. Penghalang karunia Roh Kudus ini dapat berasal dari diri kita sendiri, seperti keterikatan pada pertimbangan kita sendiri, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan juga kurangnya kerendahan hati. Kita perlu belajar dari teladan Bunda Maria yang memiliki kesediaan penuh untuk bekerjasama mewujudkan karya Allah dalam hidupnya, dengan mengatakan, “Terjadilah padaku, Tuhan, menurut perkataan-Mu” (Luk 1:38).

Dengan terus membiarkan Roh Kudus memimpin jalan kita secara bebas, kita terus dimurnikan oleh Roh Kudus, sehingga lama kelamaan, kita mempunyai intuisi akan jalan mana yang harus diambil sesuai dengan apa yang diinginkan Allah

Karunia ini diperlukan bagi orang-orang yang memberikan bimbingan rohani, sehingga mereka dapat memberikan petunjuk sesuai dengan apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka.

Datanglah, ya Roh Nasihat, dampingilah kami dalam perjalanan hidup yang penuh gejolak ini. Semoga kami melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat.



Karunia-karunia yang menopangkeinginandaninderakita untuk menginginkan segala yang baik

Kesempurnaan “keinginan” ditopang dengan karunia kesalehan, membimbing kita dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama. Sedangkan untuk menopang “indera”, Roh Kudus memberikan karunia keperkasaan dan karunia takut akan Tuhan. 

Karunia keperkasaan memberikan kekuatan sehingga kita tidak menghindar dari kesulitan untuk mencapai kesempurnaan rohani, sedangkan karunia takut akan Tuhan memampukan indera kita untuk mengusahakan hubungan yang seharusnya antara Tuhan Sang Pencipta dan kita ciptaan-Nya, serta membatasi keinginan kita akan hal-hal yang bersifat duniawi. Di antara semua karunia Roh Kudus, karunia yang tertinggi adalah kebijaksanaan.



5. Karunia kesalehan

Karunia kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang membentuk hubungan kita dengan Allah seperti hubungan seorang anak dengan bapanya; dan pada saat yang bersamaan, membentuk hubungan persaudaraan yang baik dengan sesama

Karunia kesalehan memberikan kita kepercayaan kepada Allah yang penuh kasih, sama seperti seorang anak percaya kepada bapanya. Hal ini memungkinkan karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita dapat berseru “Abba, Bapa!” (Rm 8:15). Dengan hubungan kasih seperti ini, seseorang dapat mengerjakan apa yang diminta oleh Allah dengan segera, karena percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik

Dalam doa, orang ini menaruh kepercayaan yang besar kepada Allah, karena percaya bahwa Allah memberikan yang terbaik, sama seperti seorang bapa akan memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya. St. Theresia Kanak-kanak Yesus mempunyai karunia ini secara nyata, karena dia menempatkan dirinya sebagai seorang anak yang mau melakukan apa saja untuk Bapa-nya. Ia mengumpamakan kehidupan rohaninya sebagai seseorang yang naik dengan lift menuju Tuhan, yaitu dengan tangan Tuhan sendiri yang menopangnya dan mengangkatnya. Kuncinya sederhana: melakukan hal-hal yang kecil dan sederhana, dengan kasih yang besar kepada Allah.

Karunia kesalehan akan membuat kita memberikan penghormatan kepada Bunda Maria, para malaikat, para kudus, Gereja, sakramen, karena mereka semua itu berkaitan dengan Allah. Selain itu juga membaca Kitab Suci dengan penuh hormat dan kasih, karena Kitab Suci merupakan surat cinta dari Allah kepada manusia. 

Dalam hubungannya dengan sesama, karunia kesalehan dapat menempatkan sesama sebagai saudara dan saudari di dalam Kristus, karena Allah mengasihi seluruh umat manusia dan menginginkan agar mereka juga mendapatkan keselamatan. Mereka yang saleh ini akan menjadi lebih bermurah hati kepada sesama. Dan dalam derajat yang lebih tinggi, mereka bersedia memberikan dirinya demi kebaikan bersama. Karunia ini menyempurnakan kebajikan keadilan, yaitu keadilan kepada Allah – yang diwujudkan dengan agama – dan keadilan kepada sesama. 

Datanglah, ya Roh Kesalehan, bimbinglah kami untuk terus berbakti kepada-Mu. Ajarlah kami untuk menjadi orang yang tahu berterima kasih atas segala kebaikan-Mu dan berani menjadi teladan kesalehan bagi orang-orang di sekitar kami.



6. Karunia keperkasaan (kekuatan/keberanian)

Kebajikan keperkasaan adalah keberanian untuk mengejar yang baik dan tidak takut dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghalangi tercapainya kebaikan tersebut

Karunia keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian untuk mencapai misi yang diberikan oleh Tuhan, bukan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun bersandar pada kekuatan Tuhan. Dengan kebajikan keperkasaan, kita dapat berkata seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13). Juga, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm 8:31).

Melalui karunia ini, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk yakin, percaya, dan bersandar kepada kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas dalam banyak hal untuk memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih orang-orang yang bodoh, yang lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan, dan agar tidak ada orang yang bermegah di hadapan-Nya (1Kor 1:27-29).

Orang yang dipenuhi dengan karunia keperkasaan bukannya tidak pernah merasa takut, namun mereka dapat mengatasi ketakutannya karena mereka percaya pada Allah yang dapat melakukan segalanya

Dalam keseharian kita, kita juga dituntut untuk mati terhadap keinginan diri sendiri, dan berjuang dalam kekudusan. Dan orang yang secara sadar berjuang dalam kekudusan akan merasakan bahwa ini adalah tantangan yang sungguh berat. Keinginan dan perjuangan untuk hidup dalam kekudusan adalah karunia Roh Kudus. Roh Kudus memberikan kekuatan sehingga dapat memberikan keberanian untuk terus melakukan karya kerasulan walaupun ada banyak kekurangan, keberanian untuk menanggung sakit penyakit dan penderitaan, keberanian untuk mengutamakan orang lain dibandingkan diri sendiri, ataupun keberanian untuk mewartakan Kristus dan Gereja-Nya di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan pandangan relativisme dan keacuhan terhadap hal- hal rohani. 

Karunia keperkasaan diperoleh dengan kerendahan hati, yaitu dengan bertekun dalam doa dan sakramen. Sakramen Penguatan memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi tentara Kristus; Sakramen Ekaristi memberikan makanan spiritual yang akan menguatkan kita dalam perjuangan rohani; Sakramen Tobat memberikan kekuatan pada kita untuk melawan godaan; Sakramen Perminyakan memberikan kekuatan kepada kita dalam perlawanan terakhir.

Datanglah, ya Roh Keperkasaan, kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini, agar tabah menghadapi segala kesulitan dan derita. Semoga kami Kau kuatkan dengan memegang tangan-Mu yang senantiasa menuntun kami.



7. Karunia takut akan Allah

Ada ketakutan yang baik dan ada ketakutan yang tidak baik. Ketakutan yang bersumber pada keduniaan atau penderitaan fisik di atas segalanya tidaklah baik. Ketakutan seperti ini adalah ketakutan kehilangan kenyamanan fisik dan kenikmatan duniawi melebihi ketakutan akan kehilangan iman. 

Jika seseorang menganggap iman dan Gereja sebagai penghalang baginya, ia siap meninggalkan iman maupun Gereja supaya kenyamanan akan hal-hal duniawi dapat dipertahankan olehnya. Ketakutan seperti ini bukanlah ketakutan yang baik, bahkan dapat membawanya kepada penderitaan abadi di neraka, sebab ia rela meninggalkan iman akan Kristus yang sudah diketahuinya dapat membawanya kepada kehidupan kekal.

Namun demikian, ada ketakutan yang baik, yaitu takut akan Tuhan. St. Teresa mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan obat bagi manusia untuk menghindari dosa, yaitu takut akan Tuhan dan kasih. Takut akan Tuhan adalah takut akan penghukuman Tuhan, takut bahwa dirinya akan terpisah dari Tuhan untuk selamanya di neraka. Ketakutan pada tahap ini membantu seseorang untuk membawanya kepada pertobatan awal

Namun, bukankah Rasul Yohanes mengatakan bahwa dalam kasih tidak ada ketakutan? (1Yoh 4:18) Ya, dengan bertumbuhnya iman, maka takut akan penghukuman Tuhan akan berubah menjadi takut akan menyedihkan hati Tuhan, yang didasarkan atas kasih, seperti anak yang tidak ingin menyedihkan hati bapanya.

Karunia Roh Kudus ini menyadarkan bahwa satu-satunya yang memisahkan seseorang dari Tuhan adalah dosa (Yes 59:2 » segala kejahatan.  Kesadaran ini menuntunnya kepada kerendahan hati, membuatnya membenci dosa, menghindari dosa berat dan tidak mau melakukan dosa ringan) dan godaan duniawi (1 Yoh 2:16 » keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup. Kesadaran ini menuntunnya kepada penguasaan diri, belajar untuk membatasi diri dari kenikmatan duniawi). 

Karunia ini sangat penting dalam kehidupan kita, yang menjadikan kita anak-anak Allah yang dipenuhi Roh Kudus.  Berkat karunia ini, kita menjadi seperti Kristus, yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan Allah Tritunggal Maha Kudus.

Datanglah, ya Roh Takut akan Allah, ajarlah kami untuk takut dan tunduk kepada-Mu dimana pun kami berada. Tegakkanlah kami agar selalu berusaha melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Mu. Amin.

Karunia-karunia ini kemudian menerima pertambahannya oleh karena rahmat Allah yang diberikan melalui sakramen-sakramen selanjutnya, terutama Krisma (Penguatan) dan Ekaristi, dan juga dalam doa-doa, permenungan akan Sabda Allah, dan juga melalui persekutuan doa di dalam komunitas umat beriman.



Komuni memperdalam persatuan kita dengan Kristus. Buah utama dari penerimaan Ekaristi di dalam komuni ialah persatuan yang erat dengan Yesus Kristus (KGK 1391). Jadi, orang yang dibaptis menjadi serupa dengan Kristus, karena melalui pembaptisan ia digabungkan dengan Kristus (Rm 8:29) (KGK 1272). 



Sakramen Penguatan menghasilkan pertumbuhan dan pendalaman rahmat Pembaptisan: Ia menjadikan kita dengan lebih sungguh anak-anak Allah, dan membuat kita berkata, "Abba, ya Bapa" (Rm 8:15); Ia menyatukan kita lebih teguh dengan Kristus; Ia menambah di dalam kita karunia Roh Kudus; Ia mengikat kita lebih sempurna kepada Gereja (LG 11); Ia menganugerahkan kepada kita kekuatan khusus Roh Kudus, supaya sebagai saksi-saksi Kristus yang andal menyebarluaskan dan membela iman dengan perkataan dan perbuatan, mengakui nama Kristus dengan lebih berani dan supaya kita tidak pernah malu karena salib (DS 1319; LG 11;12).

Karunia karismatik (Ef 4:11-12 » rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar; Rm 12:6-8; 1 Kor 12:4-11 » Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Roh memberikan karunia sabda (kuasa untuk berkata-kata): bahasa roh, tafsiran, nubuat; karunia tanda (kuasa untuk bertindak): iman, penyembuhan, mujizat; karunia kebijaksanaan (kuasa untuk mengetahui): sabda kebijaksanaan, sabda pengetahuan, membedakan roh) untuk membangun Tubuh Kristus/pelayanan: bersifat tidak tetap/sementara, selalu baru dan secara cuma-cuma. Walaupun penuh kuasa, karunia ini janganlah disamakan dengan kesucian hidup karena karunia ini berbeda dengan rahmat pengudusan. Karunia ini sudah sempurna saat diberikan, karena Roh Kudus yang berkarya. 

Karunia ini merupakan manifestasi nyata cinta kasih Allah. Seseorang dimampukan menjadi saluran kasih Allah bagi orang lain, yang bertujuan untuk membangun Tubuh Kristus, yaitu Gereja. Jadi, karunia pelayanan ini berguna bagi karya evangelisasi Gereja.

Jadi, karisma menghantar pertemuan dengan Tuhan yang lebih mendalam, pengenalan akan Kristus, yang sungguh berarti suatu hubungan pribadi yang membahagiakan. Pengalaman ini akan mendorong ke arah yang hidup lebih Kristiani, baik dalam kesungguhan hati maupun terutama dalam kerelaan membantu sesama dalam pembangunan Gereja dan masyarakat. 

[Baca juga Karisma]



Langkah-langkah untuk memperoleh karisma:

1. Mengenali karunia tersebut. Belajar tentang arti, guna, tujuan karunia tersebut. Belajar dari buku dan orang-orang yang sudah berpengalaman.

2. Merindukan karunia tersebut. Menyadari kebutuhan akan karunia pelayanan untuk membangun Tubuh Kristus, yaitu Gereja. Berusaha untuk memperolehnya (1 Kor 12:31). Berusaha memenuhi syarat dan terbuka terhadap Roh Kudus.

3. Memohon karunia. Karunia adalah pemberian dari Tuhan secara cuma-cuma dan murah hati, karena itu harus dimohon dengan tekun (2 Taw 1:7, 10-12; Yak 1:5-6).

4. Melangkah dalam iman. No. 1-2-3 harus diikuti dengan tindakan pelaksanaan, tanpa ragu-ragu. Kadang-kadang gagal, namun dengan hati terbuka mau terus belajar dan melangkah maju.

Bahaya penggunaan karunia:  

1. Merasa “ahli” dalam karunia Roh, tidak mau dievaluasi.

2. Hanya mempergunakan satu karunia saja, tidak terbuka/berkembang dalam karunia lain.

3. Menjadi “charismania”, terlalu melebih-lebihkan karisma: memandang karisma Roh Kudus sebagai tujuan bukannya sarana, memandang karisma Roh sebagai tanda kesucian, mengabaikan penggunaan cara yang rational, mengabaikan ilmu pengetahuan. Misalnya: menderita sakit tetapi tidak mau ke dokter atau minum obat. Mengajar tanpa persiapan.

4. Mendasari penggunaan karunia dengan kesombongan dan bukan dengan kasih, kerendahan hati, ketulusan hati, tidak mau taat kepada pimpinan.

5. Mengatasnamakan karisma untuk keuntungan pribadi.



Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetapsupaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu (Yoh15:16). 

Tanda penggunaan karunia secara ontetik:

1. Orang yang dilayani dibawa kepada Tuhan (1 Kor 12:1-3).

2. Pengguna semakin berkembang dalam buah Roh

Kehidupan moral orang-orang Kristen ditopang oleh karunia-karunia Roh Kudus (KGK 1830). Mereka adalah sarana untuk menghasilkan buah Roh (Buah Roh ajaran Gereja Katolik: tunggal, memiliki 12 rasa - KGK 1832 » 1. Kasih 2. Sukacita 3. Damai sejahtera 4. Kesabaran 5. Kemurahan 6. Kebaikan 7. Kesetiaan 8. Kelemahlembutan 9. Penguasaan diri 10. Kerendahan Hati 11. Kesederhanaan 12. Kemurnian). 

Buah Roh adalah segala pekerjaan baik yang membuat suatu jiwa menyenangkan bagi Allah (St. Thomas), merupakan tanda kesucian hidup, berkembang bersama kebajikan teologal (iman, harapan dan kasih). 

Buah Roh bukan masalah perasaan yang dihasilkan Roh Kudus dalam diri kita, tetapi sebagai sikap, pikiran, tindakan, ucapan yang sesuai dengan karakter Yesus

Bertumbuh dalam buah Roh akan menjadikan kita manusia yang lebih utuh dan menampakkan kemuliaan Allah. Jadi, penggunaan karunia dengan benar akan menjadikan kita serupa dengan KristusHasil dari Buah Roh: membahagiakan diri sendiri dan orang lain, memuliakan Tuhan. 

Cara bertumbuh dalam Buah Roh

Bersatu dengan Kristus (dalam hadirat-Nya » berdoa dan membaca Kitab Suci; KGK 2653 » Doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya billa berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi ). 

Menjadi penurut Allah (Ef 5:1-2 » hidup dalam kasih). 

Bersedia dibersihkan dari penghalang Buah Roh (Yoh 15:2). 

Menghadapi ujian (Yak 1:2-4). 

Perbedaan Karunia Roh dan Buah Roh

Karunia: pemberian, sempurna waktu diberikan, makin disempurnakan dengan digunakan. Datang dari luar, tidak terlalu tergantung pada kematangan hidup seseorang dari dalam tetapi lebih sebagai tindakan Allah Sang Pemberi.

Buah Roh: hasil alami dari proses bertumbuh terus karena adanya kehidupan. Tumbuh bertahap sebagai hasil dari hidup ilahi dalam diri orang percaya.

3. Orang yang melayani dengan suatu karunia akan melakukannya dengan penuh sukacita dan tanpa beban.

4. Menghasilkan persatuan dan kedamaian dalam Tubuh Kristus, bukan perpecahan.

Karunia tidak sama dengan bakat

Karunia adalah pemberian dari Allah secara adi kodrati dan dianugerahkan pada waktu dibutuhkan dalam pelayanan. Tidak mempunyai sifat keturunan. Pada umumnya karunia bisa menyempurnakan bakat seseorang. Misalnya: bakat mengajar disempurnakan oleh karunia mengajar sehingga dapat menggerakkan/menyentuh hati orang yang mendengarkan pengajarannya. Karunia membawa orang lain untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Bakat adalah suatu kemampuan khusus yang dimiliki seseorang sejak lahir. Bakat bisa merupakan kemampuan yang bersifat keturunan. Misalnya: seorang ayah atau ibu memiliki bakat seni, maka anaknya juga memiliki bakat seni. Pada umumnya bakat seseorang menimbulkan daya tarik dan pujian kepada si pemilik bakat.

Tanda bertumbuhnya karunia-karunia Roh Kudus adalah kasih kepada Tuhan dan sesamabukannya cinta kepada karunia ini.



Pembaptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja. Orang yang sudah dibaptis menjadi “batu hidup” yang dipergunakan untuk membangunrumah rohani” dan “imamat kudus” (1 Ptr 2:5) (KGK 1267). 



Kristus satu-satunya Pengantara, di dunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan, dan cinta kasih sebagai himpunan yang kelihatan. Ia tiada hentinya memelihara Gereja. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang (LG 8).

Gereja bersifat katolik, karena ia diutus oleh Kristus kepada seluruh umat manusia (Mat 28:19; KGK 831). Gereja itu suci, dan sekaligus harus selalu dibersihkan, serta terus-menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan (LG 8) (UR 3;6). 

Gereja itu kudus, meskipun di tengah-tengahnya terdapat orang berdosa; karena ia tidak menghidupi kehidupan lain dari kehidupan rahmat. Di mana anggota-anggota Gereja mengambil bagian dalam kehidupan ini, mereka dikuduskan, tetapi di mana mereka mengabaikan kehidupan ini, mereka jatuh ke dalam dosa dan kekacauan. Tetapi dosa-dosa itu menghalang-halangi daya sinar kekudusan Gereja. Ia menderita karenanya dan membuat silih untuk dosa-dosa ini. Sementara itu, berkat darah Kristus dan berkat anugerah Roh Kudus ia memiliki kekuatan untuk membebaskan putera dan puterinya dari beban dosa" (SPF 19). Jadi, Gereja mengumpulkan manusia-manusia berdosa, yang walaupun telah ditangkap oleh keselamatan Kristus, namun masih selalu berada di jalan menuju kekudusan (KGK 827).

Gereja itu serentak merupakan: serikat yang dilengkapi dengan jabatan hierarkis dan Tubuh Mistik Kristus, kelompok yang tampak dan persekutuan rohani, Gereja di dunia dan Gereja yang diperkaya dengan karunia-karunia surgawi.

Gereja sekaligus bersifat manusiawi dan ilahi, kelihatan namun penuh kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagai musafir. Dan semua itu berpadu sedemikian rupa, sehingga dalam Gereja apa yang insani diarahkan dan diabdikan kepada yang ilahi, apa yang kelihatan kepada yang tidak tampak, apa yang termasuk kegiatan kepada kontemplasi, dan apa yang ada sekarang kepada kota yang akan datang, yang sedang kita cari" (SC 2) (KGK 771).

Tujuan utama Gereja ialah menjadi Sakramen persatuan manusia dengan Allah secara mendalam. Di dalam Gereja kesatuan ini sudah mulai, karena ia mengumpulkan manusia-manusia "dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa" (Why 7:9) (KGK 775).

Sebagai Sakramen, Gereja adalah alat Kristus. Gereja di dalam tangan Tuhan adalah "alat penyelamatan semua orang" (LG 9), "Sakramen keselamatan bagi semua orang" (LG 48), yang olehnya Kristus "menyatakan cinta Allah kepada manusia sekaligus melaksanakannya" (GS 45, 1). Ia adalah "proyek yang kelihatan dari cinta Allah kepada umat manusia" (Paulus VI, wejangan 22 Juni 1973). Cinta ini merindukan "supaya segenap umat manusia mewujudkan satu Umat Allah, bersatu padu menjadi satu Tubuh Kristus, serta dibangun menjadi satu kenisah Roh Kudus" (AG 7) (LG 17) (KGK 776).



Kristus selalu memberikan kepada Gereja-Nya anugerah kesatuan, tetapi Gereja harus terus-menerus berdoa dan bekerja untuk mempertahankan, memperkuat dan menyempurnakan kesatuan yang Kristus kehendaki untuk dia. Karena itu, Yesus sendiri berdoa pada saat kesengsaraan-Nya dan selalu kepada Bapa-Nya demi kesatuan murid-murid-Nya. "Semoga mereka semua menjadi satu, seperti Engkau ya Bapa, ada dalam Aku dan Aku dalam Engkau, mereka juga berada di dalam kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku" (Yoh 17:21). Kerinduan untuk memulihkan kesatuan semua orang Kristen adalah satu anugerah Kristus dan satu panggilan Roh Kudus (Bdk. UR 1) (KGK 820).

Perutusan Kristus dan Roh Kudus terlaksana di dalam Gereja. Perutusan bersama ini membuat umat beriman masuk ke dalam persekutuan Kristus bersama Bapa-Nya dalam Roh Kudus. Roh menyiapkan manusia dan mendahului mereka dengan rahmat-Nya, supaya menarik mereka kepada Kristus. Ia mewahyukan kepada mereka tentang Tuhan yang telah bangkit, mengingatkan mereka akan perkataan-Nya dan membuka bagi roh mereka arti kematian dan kebangkitan-Nya. Ia menghadirkan bagi mereka misteri Kristus, terutama dalam Ekaristi, supaya mendamaikan mereka dengan Allah, mempersatukan mereka dengan Dia dan dengan demikian menyanggupkan mereka untuk "berbuah banyak" (Yoh 15:5.8) (Bdk. Yoh 15:16) (KGK 737).

Melalui Roh KudusKristus menjadikan Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik, dan apostolikIa memanggilnya supaya melaksanakan setiap sifat itu (KGK 811).

[Baca juga: Gereja Katolik: Satu, Kudus, Katolik, Apostolik



Dalam Gereja hendaknya ada perserikatan-perserikatan yang berbeda dengan tarekat-tarekat hidup-bakti dan serikat-serikat hidup kerasulan, dimana orang-orang beriman Kristiani baik klerikus maupun awam atau klerikus dan awam bersama-sama, dengan upaya bersama mengusahakan pembinaan hidup yang lebih sempurna, atau untuk memajukan ibadat publik atau ajaran kristiani, atau melaksanakan karya-karya kerasulan lain, yakni karya evangelisasi, karya kesalehan atau amal dan untuk menjiwai tata dunia dengan semangat kristiani. Orang-orang beriman kristiani hendaknya menggabungkan diri terutama pada perserikatan-perserikatan yang didirikan, dipuji atau dianjurkan otoritas gerejawi yang berwenang. (Kan. 298 § 1, 2).

Keuskupan Surabaya memiliki 47 kelompok kategorial, dibagi menjadi 4 rumpun pastoral:

1. Rumpun Formatio 

Marriage Encounter (ME), Catholic Family Ministry (CFM), Wanita Berhikmat Katolik (Warberkat), Patriot, Pria Sejati Katolik (Priskat), Young Men Katolik (YM Katolik), Young Woman Katolik (YW Katolik), Choice (Distrik Surabaya), Wanita Bijak Katolik (WBK), Couple For Christ (CFC).

2. Rumpun Sumber

Alliance of Holy Family International (AHFI), Mary Help of Christian Community (MHCC), Badan Pelayanan Keuskupan Pembaharuan Karismatik Katolik (BPK-PKK) Surabaya, Benedictus Prayer Ministry (BPM) – Kepemudaan, Shalam Creative Ministry, Sentra Evangelisasi Pribadi (SEP), Heman Salvation Ministry (HSM), Dominikan Awam Surabaya, Gerakan Imam Maria (GIM), Karmelit Awam Indonesia, Komunitas Bunda Kudus, Komunitas St .Michael, Paguyuban Tulang Rusuk (PTR), Komunitas Doa Taize, Komunitas Emmanuel, Legio Maria, Paguyuban Doa Novena St.Theresia Lisieux, Pusat Spiritualitas Keuskupan Surabaya (PUSPITA), Gaudens Cor, Persekutuan Ekaristi Tuna Rungu Surabaya (Petrus), Kerabat KYM, Komunitas Keluarga Kudus, Komunitas Meditasi Kristiani, Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM), Komunitas Pendalaman Iman Katolik dan Pelayanan (KPIKP) – Mandarin, Paguyuban Devosi Kerahiman Ilahi (PDKI), Soverdia, Persekutuan Doa Katolik Vidya Graha.

3. Rumpun Kerasulan Khusus

Pelayanan Pastoral Mahasiswa Keuskupan Surabaya (PPMKS), Paguyuban Wartawan.

4. Rumpun Kerasulan Umum

Christian Life Community (CLC), Ikatan Sarjana Katolik (ISKA), Perkasih, Serikat Sosial Vincentius (SSV), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Komunitas Sahabat Yesus (KSY), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Surabaya, Profesional Usahawan Katolik (Pukat), THS-THM, Pemuda Katolik (PK), Perdaki, Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT), Kelompok Pelayanan St. Angelina, Komunitas Medis Katolik Surabaya (KMKS).

Pemberontak memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Kusehingga dosa mereka bertambah-tambah (Yes 30:1).

(Sumber: Warta KPI TL No. 171/VII/2019 » Hendaklah kamu mempergunakan karunia-karunia Roh untuk membangun jemaat, RD Agustinus Tri Budi Utomo, Pr - Rekoleksi Pentakosta kevikepan kategorial keuskupan Surabaya).