Sabtu, 20 Juli 2019

07.00 -

Pembunuh potensi



Mahatma Gandi tertarik dengan Kristus, ia sudah membaca Injil sampai katam dan ia juga melakukan apa yang Injil katakan, tetapi ia tidak mau dibaptis karena ia melihat kehidupan sebagian orang Kristen tidak sesuai dengan Injil, katanya: "Yesus saya suka, Injil saya kerjakan. Tetapi saya tidak mau menjadi orang Kristen karena ada sebagian orang Kristen yang tidak melakukan apa yang dikatakan Yesus." Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga melakukannya? 

Seringkali orang-orang Kristen sendiri menjadi penghalang besar bagi orang-orang yang ingin mendekati KristusKarena kita seringkali berkotbah tentang injil yang tidak kita hayatiInilah alasan mendasar mengapa begitu banyak orang di dunia ini yang tidak percaya (Mother Teresa) .

Pengikut Kristus atau orang percaya, bukan otomatis sudah menjadi murid Kristus. Yesus selalu dikelilingi banyak orang, tetapi hanya 12 orang yang terpilih menjadi murid-Nya. Jadi apakah cukup kalau kita hanya menjadi seorang pengikut? Tidak, karena Tuhan Yesus sendiri memerintahkan semua orang menjadi murid-Nya dan juga memuridkan (Mat.28:19). 

Ciri-ciri seorang murid dan pengikut 

1. Pengikut menunggu, murid mencari (Mat 14:13-21 » pengikut: orang banyak itu duduk di rumput; murid: memberi makan, yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan; murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Seorang murid tidak menunggu diberkati Tuhan lebih dulu, tapi mau menjadi berkat lebih dahulu). 

2. Pengikut memikirkan diri sendiri, murid berproduksi (Luk.4:42-44 » pengikut: orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Mereka mau Yesus menjadi milik mereka sendiri. Menjadi murid bukanlah untuk ambisi ingin kaya, populer, dsb, tapi untuk berproduksi, yaitu memenangkam jiwa. 

3. Pengikut dibawa, murid dibuat. Untuk menghasilkan pengikut kristus, yang harus kita lakukan adalah membawa injil kepadanya (Rm 10:14-15 » diutus membawa kabar baik, memberitakan-Nya, mereka mendengar tentang Dia, mereka dapat percaya kepada Dia, mereka dapat berseru kepada-Nya). Tapi tantangan sebenarnya adalah apakah kita bisa tetap tinggal di dalam Dia (Yoh 15:4). Itulah yang akan menjadikan kita murid kristus atau sekedar pengikut. 

4. Pengikut mencari pujian, murid berkorban. Ketika dalam mengikut Kristus, kita masih melakukan sesuatu hanya dengan tujuan mencari pujian, maka kita masih dalam level pengikut. Sebaliknya, seorang murid menyadari jika saat ini ia bisa melayani, bahkan berkorban bagi kristus, itu adalah ucapan syukurnya atas Yesus yang telah berkorban lebih dulu untuknya. 

5. Pengikut bisa terjebak pada rutinitas dan tidak menyukai perubahan, murid menyukai perubahan (Yoh 6:60-69 » pengikut: perkataan ini keras – mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia karena Yesus tidak berbuat sesuai dengan harapan mereka. Ketika mereka sudah biasa hidup dalam sukacita karena berkat Allah yang melimpah, mereka bisa terguncang bahkan mundur ketika Allah melakukan perubahan dalam hidupnya. Murid: perkataan ini keras – kami telah percaya dan tahu, bahwa ..., tetap setia walaupun ...). 

6. Pengikut mencari dukungan, murid memberi mendukung. Fokus pengikut sering kali masih terbatas pada dirinya sendiri, ia mencari Yesus hanya karena ingin disembuhkan atau dilepaskan dari masalahnya. Tetapi, fokus seorang murid adalah tetap setia pada-Nya dan selalu terlibat dalam pelayanan yang ia lakukan bagi orang lain, bahkan ia rela meninggalkan sanak keluarganya untuk mengikuti Yesus. 

7. Pengikut berbicara di belakang, murid mencari solusi (Kis 61-7 » pengikut: bersungut-sungut, hanya menuntut dan ketika tidak puas lalu bicara di belakang. Tapi seorang murid mau proaktif mencari jalan keluar. Mengapa? Karena mereka merasa memiliki tanggung jawab dan dedikasi untuk kebaikan bersama. 

Kristus telah meninggalkan teladan bagi kitasupaya kita mengikuti jejak-NyaSeorang murid yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya, memberi teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataan kita, dalam tingkah laku kita, dalam kasih kita, dalam kesetiaan kita dan dalam kesucian kita, memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu (1 Ptr 2:21; Yoh 13:15; 1 Tim 4:12; Yes 50:4) 

Sejak dibaptis, kita menjadi milik Kristus dan kita harus menyalibkan daging dengan segala nafsu dan keinginannya (Gal 5:24; Luk 9:23 » harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku). 

Kristus adalah tuan dan kita hamba-Nya (Kol 3:24). Kita telah menjadi pelayan-Nya sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya (Ef 3:7; 1 Kor 7:22; Kol 1:25; Mat 25:15 » diberi talenta/potensi, masing-masing menurut kesanggupannya). 

Marilah kita belajar dari Gideon agar potensi kita tidak terbunuh sehingga rencana Tuhan dapat tergenapi dalam hidup kita

Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan; sebab itu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Median, tujuh tahun lamanya (Hak 6:1). 

[Hak 6:11-14] Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Gideon dan berfirman kepadanya, demikian: “Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? ... Lalu berpalinglah Tuhan kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!"  

[Hak 8:18-21] Kemudian bertanyalah Gideon kepada Zebah dan Salmuna (raja-raja Median): "Di manakah orang-orang yang telah kamu bunuh di Tabor itu?" Jawab mereka: "Mereka itu serupa dengan engkau, sikap mereka masing-masing seperti anak raja." Lalu kata Gideon: "Saudara-saudarakulah itu, anak-anak ibuku! Demi Tuhan yang hidup, seandainya kamu membiarkan mereka hidup, aku tidak akan membunuh kamu." Katanya kepada Yeter, anak sulungnya: "Bangunlah, bunuhlah mereka." Tetapi orang muda itu tidak menghunus pedangnya, karena ia takut, sebab ia masih muda. Lalu kata Zebah dan Salmuna: "Bangunlah engkau sendiri dan paranglah kami, sebab seperti orangnya, demikian pula kekuatannya." Maka bangunlah Gideon, dibunuhnya Zebah dan Salmuna, kemudian diambilnya bulan-bulanan yang ada pada leher unta mereka . 

» Nama bukanlah hal yang sepele, dapat menunjukkan karakter/kepribadian seseorang. Jadi, “ada arti” yang terkandung di dalam nama seseorang. Gideon (pejuang yang tangguh); Zebah (korban); Salmuna (menarik diri dari perlindungan; Yeter (unggul). 

Gideon adalah pejuang yang tangguh, maka dia membunuh musuhnya, yaitu: Zebah dan Salmuna. 

Musuh yang pertama adalah: Zebah. Pembunuh potensi pertama, yaitu: hati yang tidak mau berkorban. Banyak orang yang mau melayani tetapi mereka tidak mau berjuang untuk memiliki karakter seorang hamba sehingga talenta/potensi mereka terbunuh oleh dirinya sendiri

Seorang hamba yang baik dan setia, tidak tawar hati ketika melayani tuannya karena batinnya dibaharui dari sehari ke sehari (2 Kor 4:1, 16). 

Ciri-ciri karakter hamba yang baik dan setia

1. Selalu siap sedia baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2; 2 Tim 2:4 » tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya). 

2. Selalu memperhatikan kepentingan orang lain (Flp 2:3-4; 1 Kor 10:33; Gal 6:10). 

3. Melakukan yang terbaik dengan apa yang dimilikinya (1 Ptr 4:10). 

4. Selalu setia pada pelayanannya, sekecil apapun tugas itu (Mat 25:23). 

5. Selalu rendah hati. 

Ketika kita mau mengambil komitmen untuk melayani, kita harus mau menjadi seorang hamba yang melayani dan melakukan segala sesuatunya hanya untuk kemuliaan Tuhan. Seorang hamba tidak memiliki kehendaknya sendiri, dia hanya tunduk dan mengerjakan kehendak tuannya. Jadi, apabila kita telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepada kita, hendaklah kita berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Luk 17:10). 

Musuh kedua adalah Salmuna. Pembunuh potensi kedua, yaitu: tidak ada penundukan diri. Allah membuat lembaga-lembaga, di mana setiap orang harus menundukkan diri kepada semua lembaga (1 Ptr 2:13-14), harus berpusatkan kepada Yesus Kristus sebagai Kepala dari segala sesuatu, pertama-tama taat kepada orang tua (Kol 3:20), taat kepada suami (Ef 5:24), taat kepada pemerintah (Tit 3:1) dll. 

Oleh karena penundukan diri adalah perintah Allah, maka dapat kita katakan bahwa penundukan diri itu merupakan bagian dari ibadah. Penundukan diri yang kita lakukan karena iman kepada Allah mengandung janji untuk hidup sekarang ini dan di hidup yang akan datang. Ketaatan kepada perintah Tuhan akan memberikan keuntungan besar jika kita melakukannya dengan setia (1 Tim 4:8). 

Penundukan diri menuntut penguasaan diri karena itu kita perlu sadar untuk merendahkan hati dan menguasai emosi kita untuk mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh orang-orang yang berwenang di atas kita. Mungkin hal yang ditetapkan kepada kita tidak kita sukai karena berbeda dengan cara dan pemikiran kita, namun tetap harus kita lakukan sejauh hal itu tidak melanggar perintah Tuhan. Jadi, kita harus menyalibkan daging dengan segala nafsu dan keinginannya (Gal 5:24). 

Bila seseorang mau belajar menundukkan diri pada wewenang yang ada di atasnya, maka lama kelamaan hal ini akan membentuk hatinya menjadi hati yang taat (Yeh 11:19-20). 

Gideon hendak mengunggulkan Yeter, anak sulungnya (mempromosikannya sebagai pahlawan), namun perasaan takut telah membuatnya layu sebelum berkembang. Pembunuh potensi ketiga adalah perasaan takut. Hal ini terjadi karena “kurang percaya pada janji Tuhan, yang akan menyertainya” (Mat 8:26; 28:20). Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan (1 Yoh 4:18). 

Orang Kristen sejati adalah mereka yang memakai pikiran Kristus, hidup menurut Roh, mengasihi Allah dengan segenap hati dengan berani membayar harga untuk melakukan kehendak-Nya (1 Kor 2:16; Rm 8:5; Gal 5:16-25; Yoh 4:34; Flp 2:7-8). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 171/VII/2019 » Renungan KPI TL Tgl ... 2019, Dra Yovita Baskoro, MM).