Sabtu, 29 September 2018

07.05 -

Mrk 9:30-37

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)

Penanggalan liturgi

Selasa, 22 Mei 2018: Hari Biasa VII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yak 4:1-10; Mzm 55:7-8, 9-10a, 10b-11a, 23; Mrk 9:30-37

Minggu, 23 September 2018: Hari Minggu Biasa XXV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Keb 2:12, 17-20; Mzm 54:3-4, 5, 6, 8; Yak 3:16 – 4:3; Mrk 9:30-37



Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit." (1A) Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka (1B) mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. 

Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: (2A) "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."

Maka (2B) Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan (3) barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."


Renungan


1. Mewarisi ilmumenjadi pelayan

Seorang murid yang baik selalu mendengarkan dengan baik ajaran-ajaran sang guru, menampung semua perkataan dalam pikiran dan hatinya. Hanya orang yang membuka diri, tidak asyik dengan pikiran-pikirannya sendiri serta cita-cita pribadilah yang siap menjadi murid sejati.

(1A) Perkataan Yesus tentang penderitaan sama sekali tidak menarik minat dan perhatian para murid-Nya sehingga mereka tidak menggali lebih dalam meskipun tidak mengerti.

Meskipun mereka sedang bersama dengan sang guru, bukanlah ajaran sang guru yang dipercakapkannya, melainkan soal (1B). Jadi, perkataan Yesus tidak mendapatkan tempat dalam pikiran dan hati para murid-Nya. Bagi Yesus, sikap seperti itu perlu dibenahi karena berkaitan dengan mentalitas yang menghalangi mereka dalam bertugas sebagai rasul.

(3) Barangsiapa menyambut Yesus, menyambut perkataan-perkataan-Nya, memiliki dan mengerjakan ajaran-ajaran-Nya, maka mereka akan mewarisi ilmumenjadi pelayan” Sang Sabda dan akan dinyatakan besar oleh Sang Guru sendiri, oleh Allah yang mengutus-Nya.


2. Menjadi pemimpin

(1A) Mereka berpikir bahwa Yesus Kristus akan menjadi pemimpin politik dan kepemimpinan-Nya akan diteruskan oleh para murid-Nya. Konsep kepemimpinan Yesus dan para muridnya sama sekali berbeda. Mereka berpikir bahwa menjadi pemimpin berarti akan dilayani, dihormati, didengar. 

(2AB) Yesus memahami cita-cita mereka, tetapi Dia merombak konsep kepemimpinan yang mereka pikirkan.

Menjadi  pemimpin berarti melayani orang yang tidak berdaya seperti anak kecil, membela orang yang hak azasinya diperkosa orang lain. Menjadi pemimpin lewat contoh hidup yang baik, seperti memberi contoh kepada anak-anak agar dengan mudah mereka mengikutinya; menjadi pemimpin berarti mempromosikan kebenaran dan kejujuran agar orang menaruh kepercayaan kepadanya; menjadi pemimpin berarti siap mendengarkan dan selalu menghargai dan menghormati sesama, apapun latar-belakangnya.

Apakah kita sudah menjadi pemimpin yang baik dalam keluarga kita? Apakah kita selalu menghargai dan menghormati pendapat orang lain? Apakah kita selalu siap melayani siapa saja yang sangat membutuhkan bantuan kita?