Sabtu, 29 September 2018

07.25 -

Luk 8:4-15

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 22 September 2018: Hari Biasa XXIV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 1 Kor 15:35-37, 42-49; Mzm 56:10, 11-12, 13-14; Luk 8:4-15


1. Lahan yang subur

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:

"Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis

Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air

Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati

Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.

Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah

Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.

Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.

Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Renungan:

Sebagai pengikut Kristus, orang dituntut agar benih Sabda Allah berkembang dan bertumbuh sehingga menghasilkan buah dalam hidupnya.

Untuk menjadi lahan yang subur, tanah itu harus dibersihkan dari rumput-rumput kehidupan. Di sanalah orang belajar untuk terus-menerus membersihkan diri dan bertobat dari dosa-dosanya.

Selain itu, tanah itu harus digemburkan dengan “cangkul” kehidupan, yakni tantangan dan kerasnya perjuangan hidup. Dengannya, orang akan belajar tentang arti perjuangan dan keteguhan untuk menanggung penderitaan dalam hidup.


Lebih lagi, untuk menjadi lahan yang subur, tanah itu harus mendapat siraman air yang murni. Di sanalah, orang diajak untuk menyandarkan hidupnya kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk menurunkan hujan berkat-Nya agar membasahi dan menyegarkan hatinya. Di saat itulah, orang akan mengalami sukacita dan kebahagiaan karena boleh menerima karunia-karunia Tuhan yang dibutuhkan dalam perjalanan hidupnya.

Ketika kita sudah melaksanakan tugas kita dengan baik, rahmat Tuhan akan berkarya dan membuat benih-benih Sabda-Nya menghasilkan buah berlimpah pada akhirnya.

Tuhan Yesus memberkati.