Sabtu, 04 Agustus 2018

06.38 -

Yoh 6:1-15

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Jumat, 13 April 2018: Hari Biasa Pekan II Paskah - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Kis 5:34-42; Mzm 27:1, 4, 13-14; Yoh 6:1-15

Minggu, 29 Juli 2018: Hari Minggu Biasa XVII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 2 Raj 4:42-44; Mzm 145:10-11, 15-16, 17-18; Ef 4:1-6; Yoh 6:1-15



Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.

Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: (1) "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.

Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."

Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: (2) "Di sini ada (3)'seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"

Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 

Lalu (4),Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.

Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.

Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."


Renungan


1. Dimulai dari yang kecil

Pernahkah kita mendengar kata-kata bijak ini : Dengan kapak kecil orang dapat merobohkan pohon besar? Kata-kata ini mengingatkan kita supaya tidak meremehkan hal-hal yang kecil atau yang sedikit. Sebab dari apa yang kecil dan sedikit itu seringkali justru menjadi awal sejarah yang besar.

Yesus mengajak para murid untuk mulai dengan yang kecil dan sedikit itu, memulai pelayanan mereka dengan apa yang ada pada mereka, walau kecil dan sedikit, walau cuma dua roti dan dua ikan.

Ketika mereka mau memulai karya mereka dengan yang kecil dan sedikit itulah, mereka justru menyaksikan mujizat Tuhan. Andaikan mereka enggan memulai dengan yang kecil dan sedikit itu, barangkali mereka tidak akan pernah menyaksikan mujizat Tuhan hari itu.

Apakah kita ingin menyaksikan mujizat Tuhan terjadi dalam hidup kita hari ini? Bahkan dalam persoalan-persoalan hidup yang sekarang sedang kita hadapi? Mulailah dengan apa yang kita punyai dan tetaplah melangkah, walaupun itu mungkin kecil dan sedikit sekali.

Jikalau dengan penuh kesabaran kita mau memulai dengan yang kecil dan sedikit itu, kita akan menyaksikan Tuhan yang akan menolong kita melalui apa yang kita anggap kecil atau sedikit itu.


2. Janganlah memakai pikiran duniawi

(1) Filipus tidak berpegang pada imannya, dia telah melupakan pengakuan imannya (Yoh 1:45). Hal ini terjadi karena dia lebih memakai pikiran duniawinya daripada imannya.

Ketika menghadapi persoalan hidup yang sulit, seringkali kita langsung menyerah sebelum bertanding, langsung mengatakan ‘tidak mungkin’. Sama artinya kita melupakan iman kita kepada Tuhan, kita melupakan bahwa Tuhan selalu beserta kita.

(2) Andreas sudah memperlihatkan imannya kepada Yesus, mungkin ia berpikir bisa saja sesuatu dilakukan oleh Yesus, seperti yang dilakukan-Nya di Kana mengubah air menjadi anggur. Namun imannya tidak teguh karena masih terganggu dengan pikiran duniawinya.

Kita sudah memahami bahwa Tuhan itu baik, dapat menyelamatkan kita. Namun iman kita goyah karena kita belum sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan. 

(3) Anak itu mengikuti Yesus dengan membawa bekalnya, dia telah mempersiapkan diri untuk hal-hal yang tidak terduga. Dia rela memberikan apa yang ada padanya untuk Yesus.

(4) Sebelum melakukan mujizat-Nya Ia mengucap syukur. Jika yang sedikit itu kita mohon diberkat oleh Tuhan, maka akan dapat menjadi berkat bagi kehidupan kita. 

Maukah kita memberikan apa yang ada pada kita untuk dipakai oleh Yesus? Maukah kita memberikan hidup kita menjadi berkat bagi orang lain?