Sabtu, 04 Agustus 2018

06.50 -

Mat 13:24-30

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 28 Juli 2018: Hari Biasa XVI - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yer 7:1-11; Mzm 84:3, 4, 5-6a, 8a, 11; Mat 13:24-30

Sabtu, 27 Juli 2019: Hari Biasa XVI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kel 24:3-8; Mzm 50:1-2, 5-6, 14-15; Mat 13:24-30


Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.

Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya.

Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?

Tetapi ia berkata: (*) Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.


Renungan


1. Tantangan hidup bersama

Benih yang baik dan lalang dipakai oleh Yesus untuk mengumpamakan anak-anak Kerajaan Allah dan anak-anak Si Jahat. Benih baik ditabur oleh Yesus, sementara benih lalang ditabur oleh Iblis, dan ladang ialah dunia.

(*) Kelihatannya seolah-olah Tuhan membiarkan gandum dan lalang, baik dan jahat, hidup bersama. Kondisi semacam ini menjadi tantangan bagi kita dalam hidup bersama.

Kalau kita adalah benih baik yang ditaburkan oleh Tuhan, seberapa kuatkah kita dapat bertahan di tengah himpitan lalang? Seberapa kuatkah kita dapat bertahan menjadi tumbuhan yang menghasilkan buah yang baik? Ataukah kita mati terhimpit atau justru memilih menjadi serupa dengan lalang yang tidak mengeluarkan buah?

Marilah kita bersama-sama berdoa dan memohon kekuatan dari Tuhan agar kita dapat bertahan di tengah himpitan itu! Tantangan hidup bersama kiranya tidak menyurutkan tekad kita untuk bertahan dalam iman, bertumbuh dalam kebenaran, dan berbuah bagi Kerajaan Allah.


2. Gereja - Rumah Sakit

Pembaptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja. Gereja itu suci, dan sekaligus harus selalu dibersihkan, serta terus-menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan. 

Gereja itu kudus, meskipun di tengah-tengahnya terdapat orang berdosa; karena ia tidak menghidupi kehidupan lain dari kehidupan rahmat. Di mana anggota-anggota Gereja mengambil bagian dalam kehidupan ini, mereka dikuduskan, tetapi di mana mereka mengabaikan kehidupan ini, mereka jatuh ke dalam dosa dan kekacauan. Tetapi dosa-dosa itu menghalang-halangi daya sinar kekudusan Gereja. Ia menderita karenanya dan membuat silih untuk dosa-dosa ini. Sementara itu, berkat darah Kristus dan berkat anugerah Roh Kudus ia memiliki kekuatan untuk membebaskan putera dan puterinya dari beban dosa. 

Gereja mengumpulkan manusia-manusia berdosa, yang walaupun telah ditangkap oleh keselamatan Kristus, namun masih selalu berada di jalan menuju kekudusan (KGK 827).

Jadi, Gereja adalah Rumah Sakit, yang menyembuhkan orang yang terluka oleh dosa, dan para uskup dan imam adalah terapis bagi umat Allah (St. Yohanes Krisostomus).