Senin, 06 Agustus 2018

23.12 -

Mat 10:7-15

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 12 Juli 2018: Hari Biasa XIV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Hos 11:1, 3-4, 8c-9; Mzm 80:2ac, 3b, 15-16; Mat 10:7-15

Kamis, 11 Juli 2019: PW St. Benediktus, Abas - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kej 44:18-21, 23b-29; 45:1-5; Mzm 105:16-17, 18-19, 20-21; Mat 10:7-15


Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. (1) Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

(2) Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.


Renungan


1. Kosongkanlah gelasmu sekarang

(1) “Tidak ada seorang pun dapat memberikan apa yang ia sendiri tidak punya." Untuk materi atau uang pasti ungkapan ini dibenarkan. Akan tetapi, jika kita menyadari bahwa Tuhan telah memberikan banyak hal kepada kita maka kita pasti tidak punya alasan untuk menahan apa yang kita punya ketika orang lain membutuhkannya.

Seorang pelayan akan menuangkan air baru ke dalam gelas kita, jika ia mendapati gelas kita telah kosong. Dengan kata lain, selama gelas kita masih terisi maka ia akan melewati kita. Itu pun akan diperbuat oleh Allah kepada kita.

Air rahmat Allah sekarang telah tertampung di dalam gelas kita, Dia menghendaki agar kita menjadi saluran berkat-Nya bagi orang lain (Mat 25:40, 35-36). 

Jika gelas kita tetap terisi bahkan terikat dengan sesuatu, baik itu materi maupun kebijaksanaan yang telah kita miliki dan kita tidak mau membagikan kepada orang lain, maka tanpa sadar kita telah menutup saluran air yang telah dibangun oleh Allah di dalam diri kita. Jadi, jangan katakan kita tidak punya sesuatu untuk dibagikan untuk sesama kita.

Allah bagaikan pelayan yang sedang berdiri di pinggir meja kita dan mengamati apakah kita mau mengosongkan air lama pemberian-Nya karena sesaat saja Ia melihat bahwa gelas kita telah kosong maka air rahmat baru akan dicurahkan kepada kita.


2. Melayani dengan hati

(2) Yesus minta para murid-Nya agar mereka tidak mengukur pelayanan mereka dengan materi, tetapi dengan ketulusan hati. 

Karena setiap orang yang melayani dengan hati, tidak akan kesulitan dalam pewartaan akan nilai-nilai Kerajaan Allah. Selain itu, juga akan menggerakkan orang lain untuk memperhatikan dirinya. Jadi, orang yang melayani dengan hati, pasti tidak akan merana dalam hidupnya.

Semakin ia mengandalkan kekuatan hatinya, semakin ia mengalami betapa hidupnya penuh dengan kelimpahan rahmat, yang datang dari mereka yang merasa hatinya terjamah oleh belas kasih Allah.