18.48 -
*Panggilan Allah*
Diihormati Bapa
Ada satu jenis peperangan yang terbukti menghabiskan tenaga tetapi tidak berguna sedikitpun, yaitu peperangan diantara anak-anak Tuhan. Kepicikan ini seringkali mendominasi kehidupannya sehingga tanpa sadar menyingkirkan kelaparan rohaninya.
Tuhan tidak memilih anak-anak-Nya yang paling hebat, tetapi Dia memanggil setiap anak-anak-Nya untuk menggenapi rencana-Nya atas kehidupan kita masing-masing.
Jadi, masing-masing kita diberi talenta sesuai dengan kesanggupan kita (Mat 25:15). Jika kita mengerti ini, maka kita tidak akan seperti kambing.
Misalnya: saling berkompetisi, saling menghimpit, saling bertengkar dan saling membinasakan, ego kita lebih besar dibandingkan kesadaran rohani kita, sakit hati lebih mendominasi hidup kita sehingga kita sulit untuk mengampuni dll.
Lowongan pekerjaan yang selalu terbuka dan yang memberikan upah terbesar di sorga dan di bumi adalah menjadi pelayan.
Syaratnya sangat sederhana, yaitu: hanya menjawab “saya mau Tuhan”, maka Dialah yang akan memampukan kita; tidak dibutuhkan pengalaman, hanya dibutuhkan keberanian, kesungguhan, dan rela hati untuk dibentuk oleh Tuhan
Seorang manusia baru sukses menjadi hamba jika dalam melakukan pelayanan didasari kasih tanpa syarat akan Allah dan sesama.
Pelayanan adalah melakukan apa pun dengan penuh kasih, di mana pun Tuhan taruh kita. Yang Tuhan lihat bukan yang kita lakukan, tetapi apa yang mendasari apa yang kita lakukan (motivasinya).
Bagi setiap orang yang memiliki kemurnian hati di dalam melayani Dia, ada suatu anugerah yang tersembunyi yang tidak dapat dimakan ngengat dan karat (Mat 6:19-20).
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa (Yoh 12:26)
Pelayan yang benar memikirkan pelayanannya sebagai sebuah kesempatan tertinggi dari kehidupan untuk menyatakan kasih kepada Tuhan, dan sebagai ucapan syukur pada Tuhan. Jadi, jika melakukan sesuatu, lakukanlah semuanya itu untuk Tuhan (1 Kor 10:31), sehingga kemanapun kita pergi, orang bisa melihat Yesus yang ada dalam diri kita.
Syarat yang Yesus berikan “sangkal diri, pikul salib setiap hari.” Mengapa kita harus menyangkal diri? Karena kita harus mengambil karakter hamba.
Hamba adalah seseorang yang mempunyai kedudukan yang sangat rendah, bahkan dia tidak memiliki lagi kebebasan terhadap dirinya sendiri)
Banyak juga orang yang mau melayani, tetapi tidak mau berjuang untuk memiliki karakter seorang hamba sehingga mereka gagal menjadi pelayan yang sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh Tuhan. Sehingga tergenapilah firman “Pada hari terakhir, Aku akan berterus terang kepada mereka bahwa Aku tidak pernah mengenalnya, meskipun mereka bernubuat demi namaNya, mengusir setan demi namaNya dan melakukan banyak mukjizat demi namaNya. (Mat 7:21-23).
Janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan mengajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak. Jikalau kamu bebas dari ganjaran yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang (Ibr 12:5-12).
Ada banyak kesalahan istilah dalam dunia rohani. Misalnya: pewarta disebut sebagai hamba Tuhan, padahal kita semua adalah hamba Tuhan.
Istilah yang salah ini tanpa sadar akan mempengaruhi karakter kita. Sehingga kita tidak lagi mempunyai karakter ilahi (Yesus), tetapi mempunyai karakter seperti karakter iblis/dunia kegelapan, yaitu: mudah iri hati, mudah menghakimi, tidak mengampuni, sulit sekali memuji orang lain dll.
Ada 5 karakter hamba yang harus kita miliki agar sesuai dengan karakter Allah.
1. Harus selalu siap
Hamba identik dengan budak; tidak punya hak apa-apa karena sudah dibeli oleh tuannya (bdk.2 Tim 4:2).
2. Selalu memperhatikan kebutuhan orang lain
Seringkali kita kehilangan kesempatan untuk melayani karena kurang peka terhadap kebutuhan orang lain. Karena itu selama masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang (Gal 6:10).
3. Melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki.
4. Selalu setia pada tugasnya, melakukan pelayanan sekecil apapun tugasnya itu.
5. Selalu rendah hati
Seorang hamba yang sesungguhnya tidak menonjolkan dirinya sendiri atau mencari perhatian orang karena tugasnya adalah melayani. Juga tidak mencari populeritas atau kesuksesan melainkan berusaha agar senantiasa berkenan kepada tuannya.
(Sumber: Warta KPI TL No. 70/II/2010 » Renungan KPI TL Tgl 21 Januari 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).