Minggu, 05 Agustus 2018

Hagar - Allah tidak pilih kasih



Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar. (Kej 21:17-18).


Sungguh malang nasib Hagar! Dari segi status sosial, dia belum pernah benar-benar bebas dari perhambaan. Sekalipun menjadi istri kedua Abraham, tetapi dia tetap sebagai hamba Sara. 

Dari segi hubungan keluarga, dia saat ini harus tersingkir dari hadapan suaminya. Dari segi ekonomi, dia pun sekarang harus berjuang ekstra keras untuk memenuhi kebutuhannya, apalagi menjadi single parent. Perjuangan hidup yang tidak ringan bagi seorang perempuan. 

Perjalanan “terpaksa” Hagar dan anaknya terhenti di padang gurun Bersyeba. Alasannya sangat jelas, yaitu karena air yang ada di kirbat sudah habis. Menarik untuk diperhatikan bahwa Abraham memberi bekal kepada Hagar dan anaknya hanya roti dan sekirbat air. Tentu tidak ada maksud Abraham supaya Hagar dan Ismael kehausan dan mati di padang gurun. 

Beberapa ahli Alkitab berpendapat bahwa Abraham sudah memperkirakan kalau sekirbat air itu cukup bagi Hagar dan Ismael untuk sampai di sebuah sumur yang telah dia tunjukkan sebelumnya. 

Beberapa ahli yang lain berpendapat bahwa Abraham menghendaki supaya Hagar dan Ismael tidak pergi terlalu jauh, sehingga sekirbat air sudah cukup bagi mereka. 

Bagaimanapun juga, kenyataan yang sekarang dihadapi adalah kehabisan air di tengah padang gurun yang tandus dan sinar matahari yang menyengat. Kecil kemungkinan untuk berharap Abraham tahu akan hal ini. Mengharapkan tiba-tiba ada hujan juga bagai pungguk yang merindukan bulan. Hagar hanya bisa menangis. Bahkan bayang-bayang kematian anaknya sudah ada di depan matanya, “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sebuah penderitaan yang sangat berat, baik secara fisik maupun jiwa

Namun, Tuhan tidak membiarkannya, Tuhan tetap memperhatikannya. Firman Tuhan yang mengawali perenungan kita di atas mengungkapkan kepedulian Allah kepada keluarga pilihan, Abraham dan Sara, juga kepada Hagar dan Ismael yang dibuang oleh mereka. 

Allah menggenapi janji kepada Abraham mengenai ahli warisnya. Ishak adalah penggenapan janji itu. Ya, Abraham sendiri tega mengusir Hagar dan Ismael, karena merasa kepentingan keluarganya terancam. Allah tidak demikian. Allah tidak pilih kasih. Allah tidak melupakan Hagar dan Ismael. Sesuai dengan janji-Nya kepada Hagar pada saat Ismael masih dalam kandungan, di padang gurun Bersyeba, Allah melindungi dan memelihara mereka. Bahkan Allah menjanjikan Ismael menjadi bangsa yang besar. Kepedulian Allah jauh melampaui kasih manusia.

Kita belajar dari sikap Allah ini untuk peduli kepada orang lain, jangan hanya berpusat kepada diri sendiri dan kelompok kita. Bahwa Allah peduli kepada kita sampai memberi penyataan anugerah-Nya seharusnya membuat kita lebih mempedulikan orang lain. Karena, sesungguhnya siapakah kita? Apakah lebihnya kita daripada orang lain, yang adalah sesama kita? Adakah orang yang tersisihkan oleh karena ego kita? Tunjukkan kasih Allah kepadanya melalui kepedulian Anda yang konkret dan praktis!

(Sumber: Kristen sejati, Untung Chandra Oei Khay Sing).