06.42 -
*Panggilan Allah*
Belajar dari Ahok
Pemimpin beda dengan Bos. Kalau Bos bercirikan: banyak bicara, memegang kendali, memerintah, bekerja untuknya, menyalahkan, menjaga jarak.
Sementara, pemimpin bercirikan: banyak mendengarkan, memegang komitmen, challenge, bekerja bersama; bertanggung jawab; menjaga hubungan.
Bagi Jakarta, Ahok bukan Bos melainkan Pemimpin.
Ahok membantu mengembangkan kompetensi bawahannya. Ahok membantu memperbaiki kinerja bawahannya yang kurang memuaskan. Ahok membantu mendiagnosa permasalahan kinerja bawahannya. Ahok membina hubungan kerja yang produktif dengan bawahannya. Ahok meningkatkan kinerja dan produktivitas bawahannya.
Sedikitnya, ada lima karakteristik sebagai penanda, apakah anda termasuk Pemimpin bukan Bos:
1) Positif
a. Tugas anda bukan melakukan koreksi kesalahan, mencari kesalahan atau menyalahkan.
b. Fungsi anda adalah untuk mengembangkan produktifitas bawahan/anggota dengan cara melakukan kepemimpinan yang mendorong kinerja unggul .
2) Supportive
a. Tugas anda sebagai Pemimpin adalah untuk membantu bawahan/anggota Anda mendapatkan apa yang mereka butuhkan guna menuntaskan pekerjaan dengan baik.
b. Kebutuhan ini dapat mencakup kebutuhan fasilitas kerja, waktu Anda untuk berdiskusi, ataupun berupa instruksi kerja yang jelas.
3) Goal Oriented
a. Sampaikan tugas-tugas yang Anda berikan dengan sasaran yang jelas dan terukur.
b. Komunikasikan tugas dan sasaran tersebut kepada setiap bawahan/anggota agar mereka tahu apa yang diharapkan darinya.
4) Fokus
a. Pemimpin yang baik bersifat spesifik dan fokus.
b. Fokus pada tindakan yang hendak diperbaiki kualitasnya, dan spesifik ketika merancang solusi untuk meningkatkan kinerja.
5) Penuh Perhatian
Pemimpin yang baik memberikan perhatian (care) dan peduli terhadap segenap tantangan yang tengah dihadapi bawahan/anggotanya.
Ia senantiasa melibatkan diri bersama-sama dengan bawahan/anggota untuk merumuskan tindakan pengembangan terbaik yang diperlukan para bawahan/anggota-nya.
Sulit kah mempraktekkannya? Menurut saya, tidak. Ahok telah melakukannya dan sukses. Anda juga pasti bisa. Selamat mempraktekkannya.
Dalam perspektif Kepemimpinan transformasional, membedah sepak terjang Ahok membenahi Jakarta, amatlah menarik.
Kepemimpinan Transformasional saya artikan sebagai proses untuk merubah dan mentransformasikan individu dan lingkungan dimana Ia berada agar mau berubah dan meningkatkan kualiatas hidup diri dan lingkungannya.
Didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan terhadap masyarakat dan para bawahannya. Sampai disini, maka, Ahok saya kategorikan sebagai Transformational Leader. Sedikitnya ada delapan variabel amatan saya:
1. Ahok memiliki visi yang kuat
Ahok, bagi Jakarta masa kini dan masa depan memiliki kepercayaan yang kuat tentang bagaimana suatu organisasi dan masyarakat harus berjalan dengan baik serta mampu mentransformasikan visi dan misinya ke seluruh masyarakat Jakarta.
Dengan demikian visi dan misi dari Ahok itu akan menjadi visi dan misi bersama dari seluruh bawahan dan masyarakat seluruhnya.
Dalam total quality community, visi dan misi ini akan mencakup suatu transformasi dari masyarakat yang masih menganut nilai-nilai tradisional rendah kualitas hidup menuju komitmen total terhadap peningkatan kualitas kehidupan modern. Menuju Jakarta World Class City, contohnya.
2. Ahok memiliki peta untuk tindakan (map for action)
Ahok bagi masyarakat Jakarta masa kini dan masa depan harus mengetahui bagaimana menerjemahkan impian mereka yang telah dirumuskan dalam visi dan misi itu menjadi kenyataan.
Mereka dapat secara efektif merencanakan bagaimana mencapai visi dan misi yang telah disepakati bersama oleh seluruh anggota masyarakat itu.
3. Ahok memiliki kerangka untuk visi (frame for the vision)
Ahok bagi masyarakat Jakarta masa kini dan masa depan mampu menyusun visi dan misi ke dalam suatu gambar atau kerangka yang jelas yang secara kuat menggabungkan visi dan misi itu dengan nilai-nilai religius tanpa membeda-bedakan agama dan kepercayaan beserta adat-istiadat yang diyakini oleh seluruh anggota masyarakat Jakarta yang beragam itu. Membangun kualitas keimanan dan infrastruktur rohani masyarakat Jakarta yang berbeda iman dengannya, sebagai contoh.
4. Ahok memiliki kepercayaan diri (self confidence)
Ahok bagi masyarakat Jakarta masa kini dan masa depan memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta selalu bersikap optimis dan tidak kehilangan akal dalam menghadapi suatu masalah. Jangan hanya menjadi “anak manis yang pendiam dan penurut” dari kekuatan pemodal, apalagi hanya menjadi “boneka” bagi kepentingan politik (parlemen, mialnya) dan kekuasaan belaka. Kasus reklamasi, sumber waras, kalijodo, kampong pulo dan beberapa contoh lainnya, adalah bukti nyata.
5. Ahok berani mengambil risiko (risk taking)
Ahok bagi masyarakat Jakarta masa kini dan masa depan berani mengambil risiko dalam merealisasikan visi dan misi mereka yang telah ditansformasikan menjadi visi dan misi bersama dari seluruh anggota masyarakat Jakarta itu.
Ahok menginginkan perubahan-perubahan pendekatan berupa ide-ide baru, praktek-praktek baru, cara-cara baru dalam memecahkan masalah kemiskinan yang ada selama 71 tahun terakhir ini (sejak Jakarta terbentuk pada 17 Agustus 1945).
Memindahkan sekian ribu orang ke tempat yang baru dengan gaya hidup baru. Dari hidup bersesakkan secara horizontal merubahnya menjadi secara vertikal dalam rumah susun dengan habit yang sama sekali baru tapi hidup jauh lebih berkualitas, sebagai contohnya.
6. Ahok memiliki gaya pribadi inspirasional
Ahok bagi masyarakat Jakarta masa kini dan masa depan memiliki daya magnit pribadi yang kuat sehingga membuat pengikut-pengikutnya (masyarakat Jakarta) merasa dekat kepada si pemimpin itu.
Dengan demikian Ahok dapat memotivasi masyarakat menuju peningkatan kinerja dan kualitas kehidupan yang lebih baik. Menerima secara langsung maupun tidak langsung keluhan masyarakat. Baik yag datang ke Balaikota maupun saluran-saluran teknologi informasi seperti aplikasi clue, misalnya.
7. Ahok memiliki kemampuan merangsang usaha-usaha individual
Ahok bagi masyarakat Jakarta masa kini dan masa depan memiliki kemampuan mengidentifikasi potensi daerah Jakarta yang ada, baik potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia Jakarta, yang kemudian merangsang dan membantu masyarakat Jakarta itu secara intelektual agar berkembang untuk mencapai visi dan misi yang telah disepakati bersama.
Contoh, memberikan modal kerja dan jaminan sosial lainnya kepada masyarakat yang direlokasinya.
8. Ahok memiliki memampuan mengidentifikasi
Memiliki kemampuan mengidentifikasi manfaat-manfaat yang diperoleh apabila mengikuti visi dan misi yang telah disepakati bersama itu. Ahok bagi masyarakat Jakarta masa kini dan masa depan mampu secara langsung menunjukkan penghargaan dan pengakuan atas keberhasilan apabila tercapai kemajuan dalam masyarakat sesuai dengan visi dan misi yang telah disepakati bersama itu.
Contoh, program-program subsidi yang berpihak pada rakyat kecil dan program yang merujuk kepada keadilan social lainnya.
Dari berbagai karakteristik Ahok yang kelihatan sangat ideal dan teoritis di atas, maka saya merangkumnya kedalam bahasa awam, bahwa Pemimpin = Pemimpi + N, sehingga seorang Ahok bagi Jakarta masa kini dan masa depan yang diharapkan adalah:
Sebagai Pemimpi, memiliki visi dan misi yang sangat jelas untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Jakarta yang mandiri, maju dan sejahtera lahir dan batin secara adil dan merata.
Memiliki N = Niat (nyatakan impian agar terwujud) dengan mentransformasikan Visi dan Misi ke dalam program-program strategik dan rencana-rencana aksi (Action Plan) bagi pembangunan Jakarta.
Memiliki KASIH (Kehendak Allah Selalu Indah Harinya), berpengharapan, dan ber-iman (bersedia menjadikan Allah Nakhoda) hanya kepada Tuhan.
Kebanyakan pemimpin yang ada sekarang tidak takut kepada Tuhan sehingga terus-menerus mempraktekkan hal-hal yang dilarang Tuhan seperti korupsi, kolusi, nepotisme.
Membangun kepercayaan diri
Membangun kepercayaan diri
Pemimpin berintegritas memiliki ‘keterpercayaan diri’. Ia pemimpin yang dipercaya pengikutnya. ‘Keterpercayaan diri’ dapat dibangun.
Sedikitnya ada enam langkah membangunnya.
Saya menyebutnya langkah JEMPOL:
J=Jarkoni. Ujar Iso Nglakoni Iso. Bisa mengucapkan bisa menerapkannya. Satunya kata dan perbuatan.
E=Empati. Satu rasa satu hati satu aksi dengan rakyat.
M=Materi. Membuat jarak dengan hal-hal yang bersifat materi. Fokus pada pelayanan jangan pada kekayaan duniawi.
P=Pintar. Gemar dan rakus membaca. Haus akan pengetahuan baru. Senantiasa mencari tugas-tugas menantang.
O=Objektif. Mampu menunjukkan perlakukan yang adil kepada semua orang. Katakan benar atas benar, salah atas salah.
L=Lugas. Memilki penilaian yang baik tentang berbagai persoalan, dan menggunakannya untuk membuat keputusan yang terbaik pada waktu yang tepat.
Selamat membangun keterpercayaan diri menjadi pemimpin yang berintegritas. Ahok telah melakukannya. Kita...?
EARS
Kepemimpinan ‘mendengar’ jauh lebih baik dari kepemimpinan ‘memerintah’. Sebab, ada tertulis: ‘Barang siapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar’.
Pemimpin sibuk berkotbah tidak punya waktu banyak mendengarkan umatnya. Padahal, Tuhan telah memberikan sebuah lidah, namun dua telinga, sehingga kita mendengarkan dua kali lipat lebih banyak daripada berbicara.
Pemimpin yang ‘mendengar’, hendaknya membangun komitmen atasnya.
Saya menyebutnya EARS:
E=Empati. Menempatkan diri pada masalah umat.
Cobalah pakai sepatunya.
A=Ability. Mampu mendengarkan beban terberat umat.
Umat yang membagikan beban akan merasa ringan.
R=Respond. Tanggapi umat. Beri masukan, nasihat dan dorongan.
Bangkitkan sikap positif umat
S=Silent. Biasakanlah berdiam diri dan memasang telinga
untuk mendengarkan persoalan umat.
Pemimpin 3B = Bagan 319
Ketika melakukan eksegesis Yeremia 17:7-8, bertahun lalu, saya menemukan bahwa:
Pemimpin yang diibaratkan sebagai pohon yang ditanam ditepian air, haruslah berakar ke air dan daun nya bertumbuh rindang serta menghasilkan buah.
Berakar-bertumbuh-berbuah adalah tiga kata kerja kunci untuk memahami dan membangun 19 karakter kepemimpinan unggul.
Saya menyebutnya membangun BAGAN 319.
Berakar:
1) Tegas; 2) Pemberani; 3) Kuat; 4) Waspada; 5) Jujur; 6) Cermat.
Bertumbuh:
7) Melayani; 8) Bersahabat; 9) Percaya Diri; 10) Humoris; 11) Adil; 12) Inspiratif.
Berbuah:
13) Visioner; 14) Persuasif; 15) Pantang Menyerah; 16) Inisiator; 17) Tepat Janji; 18) Bersyukur; 19) Rela Berkorban.
Ahok telah membangun karakter kepemimpinan unggul. Kita…?
Seorang Pemimpin hendaknya memiliki Karakter Bersyukur dalam dirinya. Karakter Bersyukur adalah: Bersikap pengucapan syukur, berterima kasih, memimpin dalam penuh pujian kepada Tuhan.
Seluruh kehidupan kepemimpinannya adalah bentuk pengucapan syukur semata. Karena sebagai anak Tuhan yang diberi tugas memimpin, Ia adalah orang yang sudah diurapi dan memegang kendali kepemimpinan. Karenanya, selayaknya memimpin dengan ‘bersyukur’
“Sejak sekolah dasar kita sudah jadi pemimpin. Namun semakin berkembang, semakin kita menyadari bahwa kepemimpinan adalah proses pengembangan diri sepanjang hayat dikandung badan.
Bukan dari pelatihan satu dua hari diluar kota. Membangun komitmen kepemimpinan adalah perjalanan seumur hidup, bukan bepergian singkat.”
(Reinhard Samah Kansil)
Pemimpin 3B = Bagan 319
Ketika melakukan eksegesis Yeremia 17:7-8, bertahun lalu, saya menemukan bahwa:
Pemimpin yang diibaratkan sebagai pohon yang ditanam ditepian air, haruslah berakar ke air dan daun nya bertumbuh rindang serta menghasilkan buah.
Berakar-bertumbuh-berbuah adalah tiga kata kerja kunci untuk memahami dan membangun 19 karakter kepemimpinan unggul.
Saya menyebutnya membangun BAGAN 319.
Berakar:
1) Tegas; 2) Pemberani; 3) Kuat; 4) Waspada; 5) Jujur; 6) Cermat.
Bertumbuh:
7) Melayani; 8) Bersahabat; 9) Percaya Diri; 10) Humoris; 11) Adil; 12) Inspiratif.
Berbuah:
13) Visioner; 14) Persuasif; 15) Pantang Menyerah; 16) Inisiator; 17) Tepat Janji; 18) Bersyukur; 19) Rela Berkorban.
Ahok telah membangun karakter kepemimpinan unggul. Kita…?
*
Bersyukur
Seorang Pemimpin hendaknya memiliki Karakter Bersyukur dalam dirinya. Karakter Bersyukur adalah: Bersikap pengucapan syukur, berterima kasih, memimpin dalam penuh pujian kepada Tuhan.
Seluruh kehidupan kepemimpinannya adalah bentuk pengucapan syukur semata. Karena sebagai anak Tuhan yang diberi tugas memimpin, Ia adalah orang yang sudah diurapi dan memegang kendali kepemimpinan. Karenanya, selayaknya memimpin dengan ‘bersyukur’
“Sejak sekolah dasar kita sudah jadi pemimpin. Namun semakin berkembang, semakin kita menyadari bahwa kepemimpinan adalah proses pengembangan diri sepanjang hayat dikandung badan.
Bukan dari pelatihan satu dua hari diluar kota. Membangun komitmen kepemimpinan adalah perjalanan seumur hidup, bukan bepergian singkat.”
(Reinhard Samah Kansil)