Jumat, 05 Juli 2019

20.32 -

Mat 20:17-28

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Rabu, 28 Februari 2018: Hari Biasa Pekan II Prapaskah - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: Yer 18:18-20; Mzm 31:5-6, 14, 15-16; Mat 20:17-28


Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."

Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.

Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."

Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."

Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."

Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.

(*) Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."


Renungan


1. Dasar kepemimpinan Kristian

Dalam tradisi Yahudi, Mesias indentik dengan kemuliaan dan kekuasaan. Namun Yesus – yang diakui Mesias oleh para murid justru menubuatkan kematian-Nya. Yesus tidak takut dan menyerah mewartakan sabda kasih Allah dan melakukan kehendak-Nya sekalipun harus mengalami penolakan, penderitaan dan kematian.

Para murid kaget, sedih dan bingung karena mengira bahwa kedudukan dalam Kerajaan Sorga dapat diraih tanpa penderitaan. Kenyataan sebaliknya justru derita dan kematian Yesus merupakan puncak pelayanan kasih-Nya kepada kita. Ia memberikan nyawa bagi tebusan kita.

Kematian-Nya menjadi bukti konkret kerendahan hati, pemenuhan nubuat ‘Hamba Allah yang menderita‘ dan kebesaran Diri-Nya, agar kita mendapat pengampunan dan jaminan hidup kekal.

(*) Melalui ‘Jalan Salib-Nya’, Yesus mengajarkan dasar kepemimpinan Kristiani, yakni menjadi hamba yang setia melayani sesama. Maka tempat di sebelah kiri dan kanan-Nya pasti diberikan bagi kita yang mampu hidup seperti-Nya: penuh kasih, semangat melayani sesama, pengorbanan dan kerja keras tanpa pamrih bagi kebahagiaan orang banyak.