Kamis, 09 Maret 2017

Spiritualitas Kristiani menurut Santo Ignatius Loyola

Spiritualitas Ignatian tidak spesifik menunjuk pada panggilan hidup tertentu, misalnya sebagai imam atau biarawan, tetapi untuk semua orang Kristiani

Tiga ciri hakiki spiritualitas Ignatius Loyola menurut Romo Josephus Darminta, SJ:

1.  Manusia dari Allah

Manusia berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan

Segala sesuatu diarahkan pada pengabdian kepada Allah dan menolong sesama. Hal itu bisa terjadi bila manusia yang bersangkutan menjadi manusia pendoa

Ignatius tidak mementingkan banyaknya kata-kata atau lamanya orang berdoa. Yang penting orang itu dapat berjumpa dengan Tuhan secara intensif. Sebagai bahan renungan: Mrk 1:35.

2.   Manusia bagi sesama

Menolong orang lain, dan dengan demikian menyelamatkan jiwa diri sendiri, merupakan keprihatinan utama dalam hidup Ignatius. 

Oleh karena itu sharing pengalaman rohaninya ditulis untuk membantu orang lain, bukan sekedar sharing. 

Tulisan itu merupakan bantuan metode untuk membantu sesama seturut kondisi dan panggilan masing-masing manusia.  Ignatius tidak pernah memaksakan cara hidupnya (yang telah terbukti suci) untuk orang lain melainkan memberikan bantuan sarana pada orang untuk membantu orang lain. Sebagai bahan renungan: Mrk 1:29-34. 

3. Manusia dalam pengutusan

Bagi Ignatius, diutus berarti pengutusan di dalam Gereja. Mengabdi Kristus tidak mungkin di luar pengutusan Gereja. Agar secara efektif menjadi rasul, ia harus mempunyai semangat kemiskinan, artinya kemampuan menjadi lepas bebas, kesediaan untuk berubah untuk mengikuti dinamika pengutusan kita

Apakah itu berarti orang harus menjadi rohaniwan/biarawan? Tentu tidak. Jikalau kita sebagai awam, bekerja dengan penuh dedikasi bagi sesama, tidak korupsi dan kolusi, kita sudah menjadi rasul yang hebat dan menjalankan pengutusan Gereja. Sebagai bahan renungan: Mrk 1:36-39.

(Sumber: Warta KPI TL No. 122/VI/2014 »

 (Sumber: Renungan KPI TL Tgl 12 Des 2013, Sdri Agnes Sanata Dharma).