Sabtu, 27 April 2019

08.40 -

Yoh 13:21-33, 36-38

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Selasa, 16 April 2019: Hari Selasa dalam Pekan Suci - Tahun C/I (Ungu)
Bacaan: Yes 49:1-6; Mzm 71:1-2, 3-4a, 5-6ab, 15, 17; Yoh 13:21-33, 36-38


Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: (1A) "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."

Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" 

Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?" Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." (3) Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada (1B) Yudas, anak Simon Iskariot.

Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.

Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.

Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.

Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.

Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.

Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku."

Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!" Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: (2) Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."


Renungan


1. Semangat cinta

(1AB, 2) Yesus tahu bahwa para imam berencana membunuh-Nya, Yudas akan mengkhianati-Nya dan Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali. Ia tahu bahwa pengkhianatan itu berujung pada sengsara dan kematian-Nya.

Meskipun demikian, Ia tidak menolak atau menghindarinya melainkan menerima serta menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan berani. Itu semua dilakukan Yesus karena cinta-Nya pada manusia.

Semangat inilah yang dikehendaki Yesus untuk dihidupi para pengikut-Nya.

Kita semua sesungguhnya telah dikaruniai karisma cinta ini sehingga mampu bertindak seperti Dia. Ada banyak pengalaman menunjukkan bahwa cintalah yang membuat orang tua rela bekerja lelah untuk menghidupi keluarga dan anak-anaknya. Cinta memampukan seseorang mengorbankan nyawanya demi kekasihnya.

Marilah kita belajar untuk selalu menghidupi semangat cinta, mengasihi sesama dan berani berkorban seperti Yesus.


2. Buah pengampunan

Yudas dan Petrus adalah orang-orang yang paling dekat dengan Yesus, mereka turut mengalami suka dan duka bersama-Nya. Yesus mengetahui siapa yang akan mengkhianati (3) dan yang akan menyangkali-Nya (2). Namun Yesus tidak menunjukkan sikap dendam terhadap mereka.

Ketika seorang sahabat mengecewakan hati kita, hendaknya kita mengikuti teladan Kristus dengan tidak memiliki perasaan dendam. Memang dikhianati dan disangkal itu sungguh menyakitkan.

Namun, dendam hanya membuat hidup tidak tenang dan membuat kita tidak dapat berpikir sehat. Satu-satunya cara, kita perlu mengampuni dan tetap menerima dia sebagai sahabat.

Pengampunan itu akan menghasilkan buah yang baik, yaitu: akan membebaskan orang tersebut dari rasa bersalah dan juga membebaskan kita dari rasa sakit hati. Dengan mengampuni kita akan merasakan sukacita, orang yang kita ampuni juga akan mengalami sukacita yang sama.

Maka sebagai orang beriman yang telah mengalami pengampunan, kita harus juga mengampuni, membebaskan orang tersebut dari rasa bersalah sehingga dia juga merasakan damai sukacita dan kasih dari Allah.