Selasa, 07 Maret 2017

22.08 -

Spasi

Terkadang kita kurang memperhatikan ‘spasi’. Kita kerap asyik mengagumi dan memuji keindahan kata-kata dari setiap huruf yang terjalin menjadi kalimat. Tanpa pernah kita sadari, bahwa di situ juga ada peran spasi, yang justru membuat kata-kata itu jauh lebih mudah kita pahami.

Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna bila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Semakin kita menyayangi seseorang, kerap semakin kita takut kehilangannya. Ini sebenarnya wajar saja. Tapi, jangan sampai jadi over-protektif, karena hal ini bisa menimbulkan konflik dalam hubungan. 

Ada orang yang mengekang pasangannya dengan cara mengecek HPnya terus-menerus dan curiga berlebihan, hal itu bisa bikin pasangannya tidak nyaman.

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? 

Spasi dalam suatu hubungan inilah yang bisa diartikan sebagai sikap memberi kebebasan/kepercayaan.

Genggamlah cinta seperti menggenggam pasir semakin keras kamu menggenggamnya, maka akan semakin lepas dia dari genggaman kita, tetapi jika kita menggenggamnya dengan kelembutan, maka akan berada dalam genggaman (Chichen Soup For The Soul)

Kesibukan dan banyaknya masalah membuat hati menjadi galau, kebanyakan orang lari ke tempat yang ramai: clubbing, nongkrong di mall, café, dll. 

Ada baiknya kita jeda sebentar dalam kehidupan, berhenti sejenak memberi makna dari setiap pengalaman. Pada moment ini kita berdoa, bersyukur, berdialog suka-duka dengan Tuhan. Percayalah, bagi Tuhan tak ada yang mustahil. 

Bagian kita hanya melakukan apa yang bisa kita lakukan dengan usaha terbaik kita. Dalam ‘saat teduh kita juga bisa menemukan begitu banyak inspirasi, ide, energi dan cara baru dalam menjalani kehidupan yang luar biasa. 

(Sumber: Warta KPI TL No.121/V/2014 » Spasi, Percikan Hati Vol. 12, No. 8, April 2014).