21.54 -
*Doa*
Dasar-dasar doa menurut St. Teresa Avila
St. Teresa Avila adalah guru doa, katanya: “Saya akan menyebutkan hal-hal yang perlu bagi mereka yang ingin mengikuti jalan doa, ini begitu penting sehingga kendatipun orang-orang ini tidak begitu kontemplatif, mereka bisa jauh lebih maju dalam mengabdi Tuhan bila memiliki hal-hal ini.
Dan bila mereka tidak memilikinya, tidak mungkin bagi mereka untuk menjadi kontemplatif karena sangat penting sekali bagi kita untuk menyadari bahwa mempraktekkan ketiga hal ini membantu kita agar memiliki secara lahiriah maupun batiniah kedamaian yang begitu dianjurkan Tuhan kepada kita.
Yang pertama adalah saling mengasihi, yang kedua adalah kelepasan dari segala ciptaan, dan yang ketiga adalah kerendahan hati sejati, yang walaupun saya sebutkan sebagai bagian yang terakhir, namun adalah yang terutama dan mencakup semua yang lainnya.”
Ada tiga kebajikan yang perlu menyertai kita
1. Cinta kasih kepada sesama
Ini adalah perintah Tuhan untuk saling mengasihi (Yoh 15:12). Orang yang saling mengasihi dapat menanggung segala sesuatu, bahkan hal-hal yang menyakitkan hati. Jika membenci saudaranya, yang dilihatnya, bagaimana mengasihi Allah yang tidak dilihatnya? (1 Yoh 4:20). Apakah kita bisa berdoa jika belum bisa mengampuni? (Mrk 11:25; Mat 5:23-24).
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.”
» jatuh dalam dosa kesombongan dengan menghakimi orang lain, melakukan segala sesuatu demi kemuliaannya sendiri, bukan untuk memuliakan Tuhan (1 Kor 10:31; Kol 3:17, 23).
Kasih rohani dimiliki oleh siapa saja yang dibawa Tuhan ketingkat kesempurnaan. Mereka ini adalah orang yang murah hati, berjiwa besar, tidak mementingkan diri sendiri, mereka ingin orang lain juga kaya dengan berkat-berkat sorgawi.
Mereka yang tertarik pada kesempurnaan sedikit demi sedikit akan mengurangi kekuatan kehendak sendiri dan total mengasihi Tuhan.
Marilah kita meneladan Yesus, mengasihi lebih besar dengan memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13).
2. Kelepasan
Kelepasan adalah merangkul Sang Pencipta dan sama sekali tidak memperhatikan ciptaan.
Bila kita merangkul Sang Pencipta dan tidak lekat pada segala ciptaan. Tuhan akan menanamkan kebajikan-kebajikan.
Kelepasan artinya mengosongkan diri, tidak terikat pada segala sesuatu yang bukan Allah sehingga dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan (Mrk 12:30).
Kelepasan dari hal-hal jasmani (Ingatlah! Tuhan selalu memenuhi segala kebutuhan kita), kelepasan hal-hal rohani (penghiburan rohani, karisma, pelayanan dan segala macam hal), kelepasan diri sendiri (dari cinta akan tubuh kita karena diantara kita dari kodratnya begitu mencintai kesenangan sehingga perlu banyak perjuangan di bidang ini), kelepasan dari sanak keluarga (kita harus menyerahkan sanak keluarga kita kepada Tuhan dan ini yang paling baik). Kalau kita mengabdi Allah dengan sungguh-sungguh, Allah akan memelihara keluarga kita lebih baik daripada yang dapat kita usahakan sendiri.
3. Kerendahan hati
Kerendahan hati adalah kebenaran. Kerendahan hati yang sejati terutama terdiri dari kerelaan untuk menerima apapun yang ingin diperbuat Tuhan dengan mereka, dan selalu merasa diri tidak layak disebut abdi-Nya. Mereka tidak boleh memperlihatkan kelemahan mereka dalam penderitaan, dan untuk itulah mereka diberi karunia-karunia yang begitu luhur.
Kerendahan hati adalah aspek yang penting dalam doa dan sangat diperlukan oleh mereka yang mempraktekkan doa (St. Teresa Avila).
Siapapun yang dengan rajin membaca karya St. Teresa Avila, tidak perlu pedoman lain untuk menghayati hidup yang sungguh-sungguh suci. Karena dalam karya-karyanya, tokoh kesalehan ini dengan jelas menunjukkan jalan yang aman untuk maju dari hidup Kristiani yang paling dasar menuju puncak kesucian.
Ia mengajarkan bahwa kemajuan yang sejati dalam doa di atas segala-galanya dinyatakan dalam pelaksanaan tugas-tugas secara lebih rohani dan usaha yang lebih sungguh untuk bertindak dengan cara yang suci, dan akhirnya, bahwa semakin seseorang dipersatukan dengan Allah secara mistik maka semakin bersemangatlah dia dalam melaksanakan cinta kasih terhadap sesama dan semakin besar kerinduannya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa (Paus Pius X).
(Sumber: Warta KPI TL No.121/V/2014 » Renungan KPI TL Tgl 6 Februari 2014, Bapak Effendy).