Jumat, 24 Maret 2017

Membaca Kitab Suci terasa berbicara dengan Allah

Setiap hari saya memberi makan jiwa saya dengan membaca Kitab Suci sesuai dengan anjuran ibu Yovita. Dalam pembacaan itu, saya merasakan Allah berbicara secara pribadi dengan saya, Dia memberikan amanat-amanat ilahi-Nya kepada saya. 

Hal inilah yang menyebabkan setiap hari saya merasakan rindu untuk berjumpa dengan Allah melalui pembacaan Kitab Suci.

Sejak saya mengikuti SEP, setiap hari saya harus membuat PR, merenungkan sebuah perikop dengan cara Lectio Devina. Karena berbagai macam kesibukan, kadangkala saya tidak bisa mengerjakan PR secara rutin sehingga PR tersebut saya buat dalam tempo satu hari. 

Hal ini yang menyebabkan pikiran saya lelah, karena terbeban dengan PR yang sudah menumpuk. Ini adalah kesalahan saya. 

Dengan membuat PR, saya merasa sudah membaca Kitab Suci sehingga saya tidak melakukan pembacaan Kitab Suci seperti biasanya. 

Hal ini menyebabkan ada sesuatu yang hilang dalam jiwa saya, saya mulai merasakan kehidupan doa yang kering, doa saya: "Ya Tuhan, ini aku ..." 

Akhirnya saya bertanya kepada Tuhan: "Tuhan, kenapa ya ... akhir-akhir ini aku tidak lagi merasakan hadirat-Mu seperti biasanya?"

Pada suatu ketika saya bermimpi menjadi salah satu panitia dalam sebuah resepsi pernikahan. Semua panitia diberi seragam dan pengarahan oleh pemimpinnya tetapi saya tidak ikut masuk ke dalam ruangan itu. Diakhir pengarahan mereka diberi tongkat, sesudah itu mereka berpencar menempati posisi yang telah ditentukan. Melihat itu saya langsung memasuki ruangan dan mengambil sendiri tongkat yang berada di ruangan itu. 

Karena tidak mengerti tugasnya, maka saya bertanya pada sesama panitia tetapi mereka mengacuhkan saya. Karena bingung, saya lalu duduk di halaman. Saya tahu bahwa ada pengantin di dalam sebuah ruangan ... dan pintunya tertutup.

Ketika bangun saya langsung teringat perumpamaan gadis yang bodoh, membawa pelitanya tapi tidak membawa cadangan minyaknya. 

Dan saya teringat juga firman di Mat 7:21-23 (Bukan setiap orang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk Kerajaan Sorga … Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak mengenal kamu. Enyahlah dari pada-Ku …). 

Lalu saya berdoa: "Tuhan, aku bersyukur kepadaMu karena Engkau telah menegurku melalui mimpi ini. Ampuni kesalahanku. ...” 

(Sumber: Warta KPI TL No.114/X/2013).