Jumat, 24 Maret 2017

Buah dari mengampuni

Sehari sebelum berangkat retret di Ngadireso Tumpang, pengasuh cucu saya pamit berhenti kerja. Saya bertanya pada Tuhan: “Tuhan, saya pergi retret apa tidak?” Suara hati saya berkata: “Tidak usah pergi.” 

Tetapi pada hari “H” ada dorongan yang kuat dalam hati untuk berangkat mengikuti retret. Lalu saya berpesan pada pembantu saya: “Tolong jagakan X (cucu saya) karena saya mau retret selama tiga hari.” Saya berpesan demikian karena A (ibu X) tidak perhatian terhadap anaknya.

Di dalam retret saya mendengar pengajaran “harus mengampuni, walaupun dalam keadaan apapun.” Sejak saat itu saya memutuskan “mau berjalan bersama Tuhan”, dan saya percaya bahwa Tuhan akan menyertai saya sehingga saya mampu untuk mengampuni dalam keadaan apapun juga. 

Tiba-tiba saya mendengar suara X: “Oma… Oma …” Pikiran saya berkata: “Aduh Tuhan, kehidupan saya berat lagi.” Meskipun berpikir demikian, pintu kamar saya buka, ternyata … X tertawa dan mencium saya. Melihat X, hati saya seperti disiram air yang sejuk, merasakan suatu kelegaan.

Lalu saya bangun dan membuka apotik. Karena apotik ramai, saya tidak bisa mengawasi X. Dengan asyiknya X menyobeki bungkus salep. Ketika melihat kejadian itu, saya panggil X dan X saya rangkul sambil berkata: “Kamu sobeki bungkus salep itu semua, bagaimana Oma bisa jual?” 

Pada saat itu saya merasa heran dengan keadaan saya, karena dengan tenang saya dapat berkata-kata tanpa nada kemarahan seperti biasanya, bahkan pikiran saya berkata: “Salep-salep itu akan saya jual dengan harga murah karena sudah tidak ada bungkusnya lagi dan saya rela merawat X dengan tulus.” 

Belum ada satu jam sejak kejadian itu, tiba-tiba ada seorang ibu yang datang dan berkata: “Ibu, saya mau menjaga cucu ibu.” 

Melihat campur tangan Tuhan dalam permasalahan ini, saya menangis sambil berkata: “Tuhan, Engkau sungguh baik, Engkau kirimkan pembantu yang benar-benar bisa membantu saya.”

Dari pengalaman ini saya belajar bahwa pada saat saya tidak mengandalkan Tuhan, hati saya mengalami kejengkelan-kejengkelan dengan keadaan di sekeliling saya yang tidak sesuai dengan harapan saya. Hal ini mengakibatkan sakit penyakit dalam tubuh saya sehingga kandungan saya diangkat.

Sejak saya memutuskanmau berjalan bersama Tuhan” sesuai dengan tema retret yang saya ikuti, banyak sekali yang Tuhan ubahkan dalam hidup saya.

Tuhan menyadarkan saya untuk menuntun A ke jalan yang benar. Sekarang saya dapat berkata-kata dengan lembut kepada A dan A sekarang juga mau ke gereja.

(Sumber: Warta KPI TL No.113/IX/2013).