Jumat, 24 Maret 2017

05.27 -

Aku kuat karena Tuhan

Saya berasal dari keluarga muslim, dengan sendirinya saya harus belajar sholat dan mengaji, tetapi pengajaran itu tidak dapat saya mengerti. Ibu saya suka bercerita tentang riwayat nabi-nabi. Pada kelas 4 SD, saya sangat terkesan dengan riwayat nabi Isa.


Pada suatu hari, paman saya yang beragama Katolik mendapat giliran Misa di rumahnya. Maklumlah pada saat itu di tempat kami tinggal belum ada gereja secara fisik. 

Jadi, persekutuan diadakan secara bergilir dari rumah ke rumah seperti Jemaat Perdana. Paman saya meminta saya untuk membantunya membagikan kue dan minuman setelah Misa selesai. 

Sejak saat itu, saya senang mendengar lagu-lagu Katolik. Menjelang Natal, di tempat kerja saya selalu diputarkan lagu-lagu rohani, lagu-lagu itu begitu menyentuh hati saya.

Calon suami saya beragama Kristen Pantekosta, karena surat baptisnya hilang maka kami menikah di KUA. Entah mengapa setelah menikah kami tertarik untuk mengikuti agama Katolik. 

Akhirnya kami mengikuti katekumen secara terpisah karena saya bekerja di Gudang Garam Kediri, sedang suami saya bekerja di Surabaya. Akhirnya kami berdua dibaptis secara Katolik.

Setelah mengarungi bahtera rumah tangga selama 17 tahun, saya merasa tidak kuat memikul salib kehidupan yang berat sehingga timbul pikiran untuk kembali menjadi muslim. 

Tiba-tiba saya ditawari untuk mengikuti Retret Awal secara gratis di Tumpang oleh kelompok TL. Pada sesi Pencurahan Roh Kudus, ada suatu dorongan tangan yang lembut, kuat dan besar yang mendorong saya untuk maju ke depan agar didoakan oleh suster-suster yang bertugas mendoakan. 

Pada saat pencurahan ini saya mendapatkan karunia bahasa roh. Sejak saat itu ada kerinduan di hati saya 

1. untuk mencintai Yesus yang ada dalam diri sesama. Membangun kehidupan rohani dan membuka diri untuk dibentuk Tuhan bukanlah hal yang mudah, awal mulanya saya mencucurkan air mata, tetapi saya percaya suatu saat saya akan menuainya dengan sorak-sorai; 

2. untuk mengambil bagian secara aktif dalam hidup menggereja, maka saya mengikuti pelatihan perawatan jenazah dan SBI; 

3. untuk membaca atau mendengar firman Tuhan. Kadangkala dalam membaca Firman saya tidak mengerti, maka saya bertanya pada Tuhan dalam doa, Dia menjawab-Nya dalam batin saya. Berkat penyertaan Tuhan dan pengetahuan ini, maka saya tidak lagi bersungut-sungut dalam melayani orang-orang disekitar saya.

Pada tahun 1995, saya bertemu dengan Ibu Tress yang sudah pensiun dari pekerjaannya, beliau meminta saya untuk membersihkan rumahnya dan kadangkala menemaninya ketika keluar. Banyak sekali suka dan duka dalam melayani beliau. 

Tetapi Tuhan memampukan saya melayani beliau dengan kesabaran. Hal ini bukan karena kekuatan diri saya sendiri tetapi berkat kekuatan yang Tuhan berikan pada saya. Selain itu saya menganggap beliau sebagai pengganti ibu saya yang sudah meninggal.

Beliau masuk rumah sakit karena jatuh. Setelah tulang panggulnya selesai dioperasi, penyakit jantungnya bertambah parah sehingga harus masuk ICU. 

Setelah pulang dari rumah sakit, saya merawat dan mendampingi beliau dengan doa-doa. Malam hari sebelum Tuhan memanggil Ibu Tress saya menyanyikan lagu-lagu (Sing sabar lan matep, Eling-eling o manungso bakale mati, Sakjek e aku nderek Gusti), beliau mulai bisa menerima keadaannya dan menyetujui kebenaran kata-kata dalam lagu tersebut sehingga beliau mengacungkan kedua jempolnya. 

Keesokan harinya saya menyeka tubuh Ibu Tress dan berdoa brevir seperti biasanya, tetapi tidak ada respon apapun juga dari beliau. 

Maka saya memohon keponakannya yang selalu setia mendampingi tantenya untuk menghubungi Ibu Suliani maupun Ibu Markus agar mendukung saya dalam doa. 

Ibu Suliani datang hanya sebentar karena dia ada tugas di KPI TL, sedangkan Ibu Markus pada saat itu sedang mengajar. Saya sungguh sangat bersyukur, karena pada saat itu ada kak Nina yang dapat mendampingi saya untuk mendukung dalam doa buat Ibu Tress sampai beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Saya dapat melakukan semuanya ini bukan karena kehebatan saya, tetapi Tuhan telah menyiapkan saya melalui firman-firman-Nya. Dan Tuhan juga memberi kekuatan dan kesehatan secara luar biasa selama merawat Ibu Tress, hal ini terjadi karena saya mengikuti Novena Roh Kudus dan tidak ada satu wujudpun yang saya minta tetapi saya berdoa: "Tuhan, ini aku, utuslah aku sesuai dengan kehendak-Mu. Amin."

(Sumber: Warta KPI TL No.110/VI/2013).





PENGAMPUNAN