Rabu, 25 Januari 2017

Refleksi kehidupan

Seorang ahli dibidang manajemen waktu memberi ceramah kepada sekelompok pengusaha. Ia menghadap para bos yang unggul dalam meraih prestasi yang hebat. 

Sebagai alat peraga ia menempatkan sebuah stoples kaca di atas mejanya. Ia mengambil selusin batu sebesar kepalan tangan dan dengan hati-hati ia memasukkannya satu persatu di dalam stoples. 

Ketika stoples penuh dan tidak lagi ada tempat untuk batu lain, ia bertanya: "Apakah stoples ini sudah penuh?" Semua peserta berkata: "Sudah!" Ia menjawab: "Yakin?"


Dari bawah meja ia mengeluarkan sebuah kantong berisi krikil halus dan menuangkannya ke dalam stoples. Kadang-kadang ia mengocok stoples itu, sehingga krikil turun ke bawah mengisi celah-celah di antara batu-batu. 

Sekali lagi ia bertanya: "Apakah sekarang stoples ini sudah penuh?" Kali ini para peserta mulai menduga ada udang di balik batu: "Mungkin belum, " jawab seorang. "Bagus sekali!" jawabnya. 

Kemudian ia membungkuk dan dari bawah meja ia mengangkat sebuah kantong berisi pasir. Pasir itu juga dituangkan dalam stoples, sampai setiap rongga antara krikil dan batu terisi. 

Sekali lagi ia mengulangi pertanyaannya: "Apakah sekarang stoples ini sudah penuh?" "Belum!" sahut semua peserta serentak. 

Sekali lagi ia menjawab: "Bagus! Bagus sekali!" Penceramah meraih sebotol air dan menuangkannya di dalam stoples, sampai hampir meluap.

Kemudian ia memandang kearah peserta yang terheran-heran dan bertanya: "Apakah yang dapat kita pelajari dari peragaan ini?"

Seorang dengan penuh semangat mengacungkan jari dan berkata: "Maksudnya, tak peduli seberapa padat jadwal kita, asal bekerja keras, kita dapat meraih prestasi yang lebih hebat!" 

"Oh bukan itu!" jawab penceramah, "Kebenaran yang sesungguhnya ingin disampaikan lewat peragaan ini adalah: Jika tidak dimasukkan batu-batu besar duluan, tak pernah lagi ada tempat bagi batu-batu yang besar."

Apa yang merupakan "Batu-batu yang besar" dalam hidup anda? Hal utama apa yang sudah kita isi dalam kehidupan ini? Apakah mungkin untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup kita?

Jika kita tidak pernah merefleksikan hidup, maka kita akan merasa hidup kita sudah maksimal sehingga hal ini berbahaya bagi kehidupan rohani kita.

Jika kehidupan kerohanian kita selalu diberi dan diberi tanpa ada proses berpikir, kita tidak bisa bertumbuh dalam iman.

Ada tiga langkah untuk menjadi bahagia dan berhasil didalam hidup

1. Mengetahui apa saja prioritas kita

Tulislah prioritas hidupmu dengan jujur. 

2. Mengetahui apa saja prioritas Tuhan dalam hidup kita

Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat 6:33), carilah sampai timbul kesadaran bahwa Tuhanlah yang paling utama dalam hidup kita sehingga segala prioritas kita dapat disejajarkan dengan prioritas Tuhan. 

Ketika nilai-nilai kehidupan kita sejajar dengan nilai-nilai Tuhan dan membiarkan prioritas-Nya menjadi prioritas kita, maka kita telah menjadi pemenang dalam kehidupan ini.

Banyak orang berhenti pada langkah ini karena mereka berpikir bahwa Tuhan akan menyuruh mereka melakukan pekerjaan yang sulit, yang harus mengorbankan diri mereka sendiri, yang tidak mungkin dapat dilakukan. 

Sesungguhnya perintah-perintah-Nya tidak berat (1 Yoh 5:3), asalkan kita tidak melekat pada sesuatu (Luk 18:23), karena melekat pada sesuatu dapat menyimpang dari iman dan dapat menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka (Bdk. 1 Tim 6:10). 

Bukankah Tuhan akan memberikan kepada kita apa yang diinginkan hati kita (Mzm 37:4), asal kita mempergunakannya untuk berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan (Mi 6:8) dan mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri (Gal 5:14) baik dalam keluarga maupun di lingkungan di mana kita berada. Jadi, lembaran buku kehidupan kita seharusnya berisi "kasih" (1 Kor 13:1-13), 

3. Tetap menjadi diri sendiri

Tuhan menciptakan kita untuk menjadi ekspresi unik dari kasih-Nya. Dia tidak akan menghancurkannya, namun malah akan memperbaharuinya. Jadi, tetaplah menjadi diri sendiri sesuai dengan anugerah yang telah diberikan-Nya.

(Sumber: Warta KPI TL No.101/IX/2012 » Renungan KPI TL Tgl 28 Juni 2012, Dra Yovita Baskoro, MM).