Minggu, 30 Oktober 2016

05.24 -

Berapa banyak roti ada padamu?

Sesudah dibaptis, biasanya orang itu akan disebut orang Kristen (Christonos = orang-orangnya Yesus) atau orang Nasarani (= pengikut orang dari Nasaret).

Di Antiokhia-lah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen (Kis 11:26).

Ada banyak orang yang mengikuti Yesus dan mau dibaptis, karena mereka mengira akan hidup berkelimpahan dan bebas dari masalah

Mungkin mereka kagum ketika melihat Yesus sebagai pembuat mujizat yang sangat hebat di Injil Markus (Injil para katekumen). 

Ketika kita menjawab panggilan-Nya dan percaya pada-Nya, maka kita disebut sebagai murid-murid-Nya. Seharusnya kita menghayati pengajaran-pengajaran-Nya yang terdapat di Injil Matius (Injil para katakese/pengajar). 

Berbagi adalah kodrat manusia. Kekayaan adalah harta yang berasal dari Allah harus dipergunakan oleh pemiliknya dan disebarluaskan agar orang-orang yang berkekuranganpun boleh menikmatinya

Setiap jenis penumpukan kekayaan yang tak selayaknya adalah amoral, karena hal itu secara terang-terangan bertentangan dengan tujuan universal yang dikenakan pada semua harta benda oleh Sang Pencipta (ASG 328-329). 

Jadi, kita harus keluar dari diri sendiri untuk membangun kehidupan sosial di masyarakat. Jika kita egois, hanya peduli dengan diri sendiri dan tidak mau berbagi dengan sesama, maka kita termasuk orang yang mengkhianati diri sendiri. 

Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kayaada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu kekurangan (Ams 11:24)

Ada semacam paradoks dalam diri manusia, semakin dia keluar dari dirinya sendiri, semakin hidupnya berkembang, sebaliknya semakin dia egois, semakin jauh terkurung dan kerdil. 

Semakin kita terbuka bagi sesama, semakin kita menjadi diri kita. Semakin kita tertutup bagi sesama, semakin kita tidak menemukan diri sesungguhnya. Hal ini dapat kita pelajari di Injil Lukas.

Agar dapat menghadapi tantangan yang begitu berat, kita harus mempunyai mata hati yang tajam/peka sehingga ada penghayatan iman yang sungguh-sungguh. Hal ini dapat kita pelajari di Injil Yohanes (Injil para mistik). 

Hati yang keras/membatu, meskipun ada tanda sulit untuk percaya (Bdk. Mat 12:39)

Kadangkala kita mengalami kebingungan dalam membaca Kitab Suci; kisah yang sama tetapi tempat/waktunya berbeda. 

Contoh Yesus memberi makan lima ribu orang » Yoh 6:3 - di atas gunung; Mat 14:13 - di darat, dekat pantai. 

Jadi, sekarang kita mau percaya Injil yang mana? Kedua-duanya tidak salah. Para pengarang Injil tidak melihat masalah tempat/waktu, bagi mereka yang terpenting adalah menghadirkan kabar gembira, yang berasal dari Yesus, yang melakukan mujizat demi kemuliaan Allah

Inti hidup seorang pengikut Kristus adalah “mengasihi.” Ini bukan anjuran (kalau ingat … ya buat; kalau tidak ingat … ya selamat jalan), juga bukan nasehat (boleh ikut, boleh tidak) tetapi adalah perintah (hukumnya wajib). Salah satu wujud dari perintah mengasihi adalah berbagi - identitas Kristiani.

Pola pelayanan Yesus:

Yesus mengumpulkan para murid. Dia mendidik mereka dengan berbagai macam cara (Mat 13:10-11; Mrk 4:33-34) agar mereka mengenal-Nya dan mengimani-Nya. Kemudian Dia mengutus mereka berdua-dua untuk pergi mewartakan Kerajaan Allah (Mrk 6:7). 

Jadi dalam pelayanan harus sehati dan sejiwa karena pelayanan bukan urusan satu orang. Untuk menghindari kesombongan dan ketidak jujuran, Yesus membuat evaluasi (Mrk 6:30; Mat 17:19-21; Luk 10:20).

Dalam melayani, seharusnya kita bukan mengambil alih pelayanan Yesus (melayani demi kepentingan/kemuliaan diri sendiri), tetapi kita ambil bagian dari pelayanan Tuhan Yesus

Ciri-cirinya: ada komitmen pribadi, komunikasi dan koordinasi dalam pelayanan sehingga tidak akan putus asa/kecewa/muntaber ketika menghadapi tantangan.

Marilah kita belajar dari Mrk 6:30-44:

Ketika Yesus melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

… Jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!”

Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.”

» Di dalam membuat mujizat, Yesus hampir tidak pernah melakukan-Nya sendiri. Dalam karya-Nya, Dia selalu mengikut sertakan manusia, ada unsur kerjasama; tidak mulai dari yang kosong.

Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok 

» duduk berkelompok bisa dimengerti sebagai strategi dalam pelayanan, supaya semua orang tersapa.

Setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.

Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.

Pesan-pesan:

Pengikut Kristus harus dan jangan takut berbagi. Karena tidak pernah di dalam sejarah orang jadi miskin karena membagi.

Pengikut Kristus harus menyadari berkat yang Tuhan berikan supaya dia bisa membagikan.

Dalam karya pelayanan perlu adanya komitmen pribadi, komunikasi dan koordinasi. Karena pelayanan bukan proyek pribadi. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 84/IV/2011 » Renungan hari doa sedunia tgl 17 Maret 2011, Rm Gregorius Kaha, SVD).